22. Addicted

1.2K 78 3
                                    

Seperti biasa, jadwal kuliah Sera hari Senin adalah siang. Tapi ia terpaksa bangun pagi sekarang karena takut diomeli Mamanya mengingat dua minggu kemarin ia selalu tidur saat Kavi akan berangkat ke kampus.

Saat Sera akan membuka pintu kamar, tangan Kavi menahan tangannya. Hal itu membuat ia heran dan langsung berbalik untuk menatap pria itu.

"Ada apa?" tanya Sera dengan kesal.

"Cium dulu." Kavi memajukan wajahnya ingin mencium bibir Sera.

Tapi dengan cepat, Sera menahan dada Kavi dan menutupi bibirnya sendiri agar pria itu tidak bisa menciumnya.

"No! Kan semalam udah." Tolak Sera mengingat semalam ketika Kavi juga menciumnya dengan paksa. Meskipun pada akhirnya ia juga menikmati permainan bibir pria itu.

"Hari ini belum."

Sera langsung berdecak kesal mendengarnya, "Mas kesambet apa sih minta cium terus?"

Kavi hanya mengedikkan bahunya sebagai jawaban, ia merasa tidak kesambet apa-apa hanya saja ia sudah kecanduan dengan rasa bibir Sera.

"Udahlah, ayo keluar nanti Mas keburu telat." Saat Sera akan membalikkan badan, Kavi langsung memeluk pinggangnya hingga membuatnya tidak bisa bergerak.

"Kita nggak akan keluar sebelum Mas dapat cium."

"Mas bisa telat," ujar Sera mengingatkan.

"Gapapa, nanti tinggal bilang ke mahasiswa Mas kalau sudah dikurung sama istri di kamar, makanya bisa telat."

Sera langsung mendelik mendengar alasan Kavi, "Siapa yang mengurung Mas, yang ada malah aku yang dijebak."

Karena tidak sabar melihat Sera terus berbicara, Kavi langsung melumat bibir gadis itu. Ia menahan kepala Sera agar tidak bisa memberontak sambil terus memperdalam ciuman mereka.

Setelahnya Kavi melepaskan pertautan bibir mereka, ia lalu tersenyum melihat wajah Sera yang sudah merah padam seperti tomat. Karena terlalu gemas ia melumat bibir Sera sekali lagi sambil menggigit bibir bawah gadis itu sebelum menyudahi ciuman mereka pagi ini.

"Mas naik ojek pagi ini, nanti kita pulang bareng ya." Bisik Kavi tepat di depan bibir Sera.

Sera akhirnya membuka matanya sambil mendongak menatap Kavi. Dengan kesadaran yang masih belum pulih sepenuhnya ia hanya bisa menganggukkan wajahnya sebagai jawaban.

"Yuk turun." Tanpa rasa bersalah, Kavi membuka pintu kamar Sera dan menarik tangan gadis itu untuk menuruni tangga.

Sementara Sera langsung berdehem sambil berusaha menyadarkan diri. Entah kenapa ia merasa ciuman Kavi selalu memabukkan dan membuatnya sering lupa diri.

***

Sebelum dosen datang, para mahasiswa biasanya masih asyik mengobrol bersama teman-temannya. Tak terkecuali Sera, Shiren, Diva dan Via. Mereka juga merapatkan meja sambil mengobrol. Via sedang meminta saran harus membelikan hadiah apa untuk ulang tahun Vano yang tinggal beberapa hari lagi.

"Kado sepatu aja nggak sih, si Vano suka kan koleksi sepatu." Saran Shiren.

"Iya, gue juga kepikiran mau ngado itu tapi bingung pilih sepatu yang mana."

"Tinggal beli yang Vano belum punya, kan lo ceweknya." Timpal Diva.

Sementara Sera hanya diam saja, ia sedang berpikir bagaimana cara menolak untuk datang ke ulang tahun Vano yang rencananya akan dirayakan di club hari Sabtu nanti.

"Kalau gue titip kado aja ke lo gapapa kan? Gue kayaknya nggak bisa datang deh," ujar Sera sambil menatap Via dengan sungkan.

"Kenapa nggak bisa datang?" tanya Via.

A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang