5. Alasan

1.2K 74 8
                                    

Mulut Sera rasanya sudah gatal ingin membahas perihal perjodohan dengan Mama Papanya, tapi ia bingung dari mana harus memulainya. Apalagi sekarang sedang makan malam, rasanya waktunya kurang tepat. Tapi jika tidak sekarang, mungkin Sera tidak memiliki keberanian lagi untuk membahasnya.

"Ma Pa," panggil Sera dengan pelan, "Mama sama Papa masih berniat menjodohkan aku sama Pak Kavi?" Sera akhirnya mendongakkan wajahnya untuk menatap Mama Papanya yang ada di depannya.

Rudi menaruh sendok dan garpunya, lalu meminum air putih dari gelas di sampingnya.

"Papa sama Mama merencanakan ini demi kebaikan kamu kedepannya Ser," ujar Rudi menatap Sera dengan serius.

"Iya aku ngerti, tapi apa alasannya Pa? Berulang kali mikirin pun, aku nggak bisa menemukan alasan yang masuk akal untuk menerima perjodohan ini," ujar Sera ingin meminta penjelasan dari Papanya.

"Kamu ingat Papa pernah melayat teman Papa yang meninggal bersama istrinya? Teman Papa itu meninggalkan anak perempuan semata wayangnya, setiap melihat anaknya Papa merasa kasihan dan nggak bisa membayangkan jika kamu yang ada di posisi anak itu. Papa nggak mau hal seperti itu sampai terjadi ke kamu. Papa mau kamu ada yang jagain, supaya Papa bisa merasa tenang Ser."

Sera hanya bisa terperangah mendengar alasan Papanya.

"Papa ngomong apa sih, Mama sama Papa akan selalu sama aku. Dan akan seperti itu selamanya. Lagi pula aku masih punya Abang Arash dan Ansel yang bisa jagain aku."

"Nggak ada jaminan hal itu akan terjadi Ser, sewaktu-waktu Mama sama Papa bisa pergi ninggalin kamu. Dan dua Abang kamu, dia punya kehidupan sendiri. Mereka nggak mungkin bisa jagain kamu terus."

"Papa jangan memikirkan hal yang belum tentu terjadi, kita fokus masa sekarang aja. Jangan bahas yang terlalu jauh, lagi pula aku masih terlalu muda untuk menikah." Dalam bayangannya, Sera ingin menikah di usia dua puluh tujuh tahun. Ia tidak ingin menikah secepat ini.

"Kamu putri kesayangan Papa Ser, Papa melakukan ini demi kebaikanmu dan Kavindra laki-laki tepat yang bisa Papa percayai untuk menjaga kamu."

"Aku bahkan nggak kenal dekat dengan Pak Kavi Pa, yang aku tahu dia hanya dosen di kampusku yang menyebalkan. Aku nggak mau menikah dengan orang yang nggak aku cintai, Papa mau menjerumuskanku ke dalam masalah ya?" tanya Sera yang mulai marah hingga menuduh Papanya yang tidak-tidak.

"Mungkin bagi kamu sekarang Papa gila dan tega kepada anak sendiri. Tapi percaya, suatu saat nanti kamu akan bahagia dengan keputusan yang Papa ambil sekarang. Yakin sama Papa," sahut Rudi.

Sementara Sera sudah menangis sambil menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau menjalani perjodohan ini dan bingung bagaimana harus menolaknya.

"Emang Pak Kavi mau sama aku?" Heran Sera yang belum mengenal Kavi dengan dekat.

"Tentu saja dia mau, nggak mungkin Papa menawarkan perjodohan ini ke kamu kalau Kavi menolaknya."

Awalnya Rudi hanya iseng menjodohkan Sera kepada Kavi karena melihat anak itu suntuk dengan masalah yang di hadapinya. Tapi tanpa ia duga Kavi menyetujuinya dan hal itu semakin membuat Rudi yakin saat melayat di tempat temannya kala itu. Ia tidak mau hal itu terjadi kepada Sera, ia harus memastikan hidup Sera terjamin sebelum ia meninggalkan putrinya nanti.

Bukannya tenang, tangis Sera malah semakin keras. Ia juga tidak mengerti kenapa Kavi dengan mudahnya menyetujui tawaran yang Papanya ajukan.

"Papa mohon Ser, kali ini saja turuti permintaan Papa. Apa selama ini Papa pernah menuntut sesuatu ke kamu? Engga kan nak? Bahkan Papa selalu berusaha mengabulkan semua permintaan kamu tanpa banyak mengeluh. Jadi bisakah kali ini kamu kabulkan permintaan Papa?"

A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang