Berulang kali Sera berusaha mencari posisi tidur yang nyaman tapi rasa kantuk masih saja tak kunjung datang, hal itu sontak membuatnya mengerang kesal sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa ia menjadi susah tidur sekarang, padahal tadi ketika membuka laptop matanya terasa sangat panas hingga membuatnya ingin terpejam.
Sera melirik Kavi yang tidur memunggunginya, ia menjadi penasaran apakah pria itu sudah tidur atau belum. Karena sebelumnya, jika ia bergerak sedikit saja pria itu pasti akan langsung terjaga. Kavi sangat peka dengan suara dan keadaan sekitar. Jadi rasanya tidak mungkin jika pria itu sudah tidur mengingat sejak tadi Sera sangat banyak tingkah.
"Mas udah tidur?" tanya Sera dengan lirih, tapi tidak ada sahutan sama sekali. Bergerak pun juga tidak pria itu lakukan.
Dengan berani Sera akhirnya mendekat kearah Kavi dan memeluk tubuh pria itu dari belakang. Jujur ia sudah lelah dengan semua drama yang mereka lewati. Sera ingin menjalani kehidupan rumah tangga yang normal dengan pria itu.
"Aku sebenernya capek kita kayak gini terus, tapi kenapa Mas malah nyebelin dan nggak berusaha buat memperbaikinya?" Gumam Sera sambil menempelkan pipinya ke punggung Kavi. Ia tidak peduli apakah pria itu sudah tidur atau belum, yang ingin Sera lakukan sekarang hanyalah mengeluarkan semua unek-unek yang selama ini ia pendam.
"Iya, aku tahu aku salah karena udah bohongin Mas. Tapi kalau aku nggak bohong, Mas nggak akan izinkan aku untuk pergi kan malam itu." Sera menarik napasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan.
"Aku sama Raka udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Aku udah putusin dia sebelum kita nikah, meskipun aku nggak jujur apa alasan yang sebenarnya. Tapi sekarang dia udah tahu semuanya dan kita memilih untuk berteman."
"Udah sih, itu aja yang mau aku jelasin. Aku minta maaf udah buat Mas marah. Tapi kalau Mas masih mau kayak gini, yaudah itu terserah Mas yang penting aku udah minta maaf."
Setelah mengatakan itu Sera langsung berbalik memunggungi Kavi sambil memeluk guling. Sepertinya apa yang ia lakukan sia-sia karena Kavi tidak meresponnya sama sekali. Tapi Sera tidak peduli, yang jelas ia sudah mengutarakan semuanya hingga hatinya sekarang terasa sedikit lebih lega dari pada sebelumnya meskipun masih ada sesuatu yang mengganjal.
Sementara Kavi langsung membuka mata saat merasakan Sera melepaskan pelukan. Ia hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar kalimat terakhir yang gadis itu ucapkan. Sera tetaplah Sera yang masih saja egosi dan keras kepala meskipun sudah meminta maaf. Dengan segera Kavi berbalik dan balas memeluk pinggang Sera seperti yang gadis itu lakukan tadi.
Sera membuka matanya sambil menahan napas saat merasakan pelukan Kavi. Ternyata tebakannya benar jika pria itu belum tidur sejak tadi.
"Kalau udah tahu nggak akan Mas izinkan untuk pergi kenapa masih nekat sampai berbohong?" tanya Kavi.
Mendengar suara Kavi, Sera hanya bisa menggigit bibirnya.
"Kenapa Ser, kamu masih nekat bohongin Mas?" Ulang Kavi sambil menyusupkan wajahnya ke leher Sera dan mengecupi disana.
"Aduh, geli." Sera berusaha menghindar dari serangan Kavi sambil menjauhkan wajah pria itu.
"Jawab pertanyaan Mas." Tegas Kavi.
"Karena aku nggak enak sama Via dan Vano kalau nggak datang ke ulang tahunnya. Makanya aku bohong sama Mas," sahut Sera sambil menunduk karena posisinya sekarang sudah berbaring terlentang dengan Kavi yang sedikit menindih tubuhnya.
"Kalau kamu jujur, Mas akan perbolehkan datang dengan syarat Mas sendiri yang akan mengantarkan."
"Semua bisa tahu dong, kalau Mas yang nganterin aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Dream Wedding
RomanceMencintai atau Dicintai? Mungkin sebagian perempuan akan memilih untuk dicintai. Namun berbeda dengan Anasera Yasmeen Effendi yang memiliki prinsip harus menikah dengan orang yang dicintai dan mencintainya. Ia akan merasa ilfeel apabila harus berhu...