14. Hukuman

1.5K 89 3
                                    

Acara akad nikahnya dengan Kavi akhirnya selesai juga. Keluarga Kavi sore tadi sudah pulang dari rumahnya, begitu juga dengan keluarga Sera yang sebagian sudah pulang. Tapi masih ada beberapa saudaranya yang menginap, sehingga membuat suasana rumah Sera masih terlihat ramai.

Sambil menatap cermin di depannya, Sera kini sedang fokus menghapus make up di wajahnya. Foundation dan bedaknya sudah bersih dari wajahnya, tinggal menghapus riasan di matanya saja.

Sera menggerutu kesal saat kesusahan mengambil lem bulu mata yang masih tertinggal di ujung bulu matanya. Matanya sampai terasa perih karena Sera terlalu keras mengusapnya dengan kapas. Ia yang sudah lelah, akhirnya menyerah juga. Sera memilih untuk membiarkannya saja dan beranjak menuju kamar mandi karena tubuhnya sudah terasa lengket akibat terkena keringat selama seharian.

Saat akan membuka pintu kamar mandi, Sera mengurungkan niatnya karena mendengar pintu kamarnya terbuka. Ia melihat Kavi masuk ke dalam kamar sambil membawa koper. Mereka bertatapan selama beberapa detik sebelum akhirnya Sera mengalihkan tatapannya kearah koper pria itu.

Melihat koper Kavi, Sera seolah tersadarkan jika mulai malam ini ia harus berbagi ruangan dengan pria itu. Kamarnya yang terasa nyaman dan selalu menjadi tempat Sera meluapkan segala keluh kesah kini sudah tidak sama seperti dulu lagi. Akan ada dosen menyebalkan yang akan sekamar dengannya yang sialnya kini sudah berstatus sebagai suaminya.

"Tempat buat baju bapak ada di sebelah kiri," ujar Sera sambil menunjuk lemari putih besar di samping meja riasnya.

Karena Kavi akan tinggal disini, Sera sudah dibelikan lemari baru oleh Papanya. Dan berkat bantuan Mamanya Sera akhirnya berhasil memindahkan baju-bajunya dari lemari lama ke lemari baru. Kavi hanya kebagian tempat sedikit dari lemari itu dan semoga saja cukup karena baju Sera yang terlalu banyak. Meskipun begitu Sera masih saja suka mengeluh tidak memiliki baju ketika akan keluar.

Kavi yang akan membuka kopernya seketika mengurungkan niatnya saat mendengar ucapan Sera.

"Tadi sudah benar kamu memanggil saya Mas kenapa sekarang memanggil bapak lagi?" tanya Kavi heran sambil menatap Sera. 

"Tadi kan banyak keluarga Bapak makanya saya panggil Mas, karena sekarang hanya tinggal kita berdua saya akan memanggil dengan panggilan Bapak lagi."

"Jadi kamu akan memanggil Mas di depan keluarga saja?"

"Iya."

"Saya nggak suka panggilan itu karena sekarang bukan di kampus dan saya bukan Bapak kamu." Tolak Kavi.

"Terus?" Heran Sera sambil menaikkan satu alisnya.

"Panggil saya Mas."

"Nggak mau!" Sera menolak mentah-mentah ide itu. Lidahnya saja masih terasa aneh setiap memanggil Kavi dengan sebutan Mas.

"Kenapa?"

"Bapak sendiri masih memakai kata saya, emang Bapak pikir saya klien bapak."

Kavi hanya bisa menatap Sera tidak percaya, gadis itu selalu bisa menjawab semua ucapannya.

"Baiklah, mulai sekarang saya biasakan tidak terlalu formal dengan kamu dan kamu juga biasakan memanggil saya dengan sebutan Mas."

"Terserah saya dong Pak, kenapa Bapak jadi ngatur-ngatur sekarang."

Kavi langsung membuang muka, habis sudah kesabarannya untuk menghadapi Sera. Dengan segera ia melangkah menghampiri gadis itu dan mengunci tubuhnya agar tidak bisa bergerak.

"Bap.. bapak mau apa?" tanya Sera dengan panik saat melihat Kavi sudah berdiri di hadapannya. Ia ingin membuka pintu kamar mandi di belakangnya tapi tidak bisa karena tangan Kavi sudah mengunci tubuhnya hingga membuatnya tidak bisa bergerak.

A Dream WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang