Zach
Seperti biasa aku menerima panggilan dari si biru. Setelah sekian lama dia akhirnya memutuskan untuk menelponku. Aku meninggalkan Lara yang sudah pingsan karena terlalu banyak minum whiskey dengan gerakanku yang cukup brutal mengguncang seluruh tubuhnya di atas meja makan. Sekilas aku menatapnya yang masih telanjang, dia begitu indah. Aku jadi tertarik untuk memesan sebuah lukisan baru kepada Antonnio. Aku mengangkat telpon biru sembari memakai bajuku karena sepertinya dia memiliki suatu hal penting untuk disampaikan.
"Mengapa kau menelponku malam-malam begini, biru? Bukankah kau sudah memutuskan untuk menghilang selamanya, hmm? Mengapa kau kembali ketika-"
"Jangan banyak basa-basi, Zach. Aku tidak kembali untuk itu. Lagipula kau sudah mengerti bahwa semuanya telah usai. Ada beberapa hal yang harus aku sampaikan kepadamu, datanglah ke hotel ini."
"Baiklah aku akan datang." ucapku setelah selesai berpakaian.
Aku meminta pelayan untuk membersihkan dan membereskan kekacauan yang terjadi di ruang makan.
Aku meminta Can untuk sekalian menyiapkan pakaian untuk bekerja besok. Ponselku memang harus mati selama kunjungan di hotel pribadi ini. Aku rasa tempat ini jauh lebih baik daripada dulu ketika aku masih remaja. Bangunan ini adalah milik kakekku, Carlos Foster yang hanya digunakan untuk kepentingan pribadi. Biru bukanlah orang asing, selama ini kami mempercayainya. Dia jelas mendapatkan izin masuk.
Dia menyambutku dengan minuman dan alunan musik romantis. Persis seperti musik dimana pertama kali kami bertemu. Aku masih ingat tepatnya dimana kami bercumbu dan dimabuk cinta semalaman tanpa henti. Dia adalah satu-satunya wanita perawan yang pernah ku tiduri. Bagaimana tidak? Dia tak pernah berhubungan dengan lelaki lain selain aku. Meskipun hubungan kami cukup lama akan tetapi, dia memilih untuk meninggalkanku tanpa alasan. Aku masih tidak mengerti mengapa dia tetiba menampakkan diri dan mengatakan ada hal yang perlu disampaikan. Bodohnya aku datang dan meninggalkan istriku sendirian di rumah.
"Bukankah kau menyukai, lagunya?" Dia mendekat membawakan segelas whiskey.
Aku tadinya sudah puas minum bersama Lara. Namun, tak bisa ku tolak apa yang dia berikan. "Kau berlebihan, Karina. Aku sudah memiliki seorang istri dan bukan ini yang aku mau. Kau mengatakan akan menyampaikan sesuatu. Lagipula aku sudah minum bersama istriku."
Dia tersenyum menyeringai menatapku. Aku meletakkan gelasnya kembali ke atas nampan yang dibawa oleh pelayan. "Aku memang akan menyampaikan sesuatu akan tetapi, setelah kau menolak apa yang ku berikan sepertinya kau-" Dia berhenti sembari berbalik badan menatap seorang pelayan yang membawa sebuah box besar berwarna merah.
"Aku membawakan sebuah hadiah, aku harap kau tidak keberatan menyimpannya. Istrimu tidak akan tau siapa aku, bukan? Lagipula, istrimu itu terlalu polos. Dia tidak mengerti dunia kita."
Dia membelai wajahku dengan tangannya.
Dia memberikan boxnya kepadaku. Aku meminta Can untuk menyimpannya di museum pribadiku. Aku tak ingin Lara melihat koleksi pribadiku berada di rumah kami. Meskipun Lara tidak mencintaiku akan tetapi, keretakan dalam rumah tangga kami adalah hal yang dilarang. Aku harus menjaga Lara sebab selain mencintainya, dia adalah simbol dari perjanjian kami. Aku tak ingin keluarga kami memiliki masalah dengan Stevenson sebab mereka memiliki separuh saham dari red. Aku khawatir mereka akan menguasai sepenuhnya orang red karena Everly Stevenson adalah orang dibalik semua itu.
"Jadi, kau ingin aku datang untuk memberikan box berisi omong kosong kepergianmu selama 3 tahun lalu itu? Atau kau ingin menjelaskan tentang mengapa kau pergi dan akhirnya kembali lagi?" Aku duduk membiarkan dia berdiri menatap ke arah lain kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to His Lies
RomanceFoster S-2 Zach & Lara (21+) Lara Lea Stevenson tak menyangka akan berakhir dalam satu ranjang bersama anak dari musuh ayahnya, Zach Foster. Meskipun malam itu adalah malam terindah untuk Lara karena dia selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai seor...