Chapter 47: Running The Plan

48 1 0
                                    

Zach

Setelah melihat pertunjukkan malam itu. Kami melanjutkan hidup seperti biasanya. Aku kembali ke pekerjaanku sementara, Lara mengerjakan disertasinya yang belum sempat selesai akan tetapi, sudah memasuki masa bab akhir. Dia sehat sepanjang mengandung anak kedua kami. Bahkan kami selalu berbincang seperti dulu ketika awal menikah. Kami juga merayakan ulang tahun kedua pernikahan kami di Melbourne karena Lara tak ingin pergi ke luar negeri. 

Ketika usia kandungannnya memasuki hari dekat kelahiran, aku mengambil cuti selama beberapa hari untuk menemaninya berada di rumah. Aku tak ingin dia marah-marah sama seperti ketika dia melahirkan Alexander karena aku tak pernah ada di sampingnya. Kami duduk berdua di atas sofa yang ada di balkon. Dia sedang membaca buku sementara, aku memantau pekerjaan dari ponselku. Aku memang tidak sepenuhnya liburan karena selalu ada pekerjaan yang harus ku pantau. 

"Menurutmu apakah kita tidak mencoba keberuntungan yang terakhir setelah ini untuk memiliki anak perempuan?" 

Dia tertawa kecil merespon ucapanku, "Tidak, aku bisa paranoid jika harus berhenti bekerja. Bahkan sekarang aku mencari pekerjaan baru selain mengerjakan disertasi dan menjadi dosen. Aku menyibukkan diri dengan menulis berbagai penelitian dan buku." jawabnya. 

"Kau bisa bekerja ketika hamil." ucapku.

"Dan kau akan memintaku berhenti karena aku terlalu stress. Yang benar saja, Zach. Aku tidak mau, biarlah dia menjadi yang terakhir. Lagipula, setelah ini kita memiliki tugas besar yang harus kita selesaikan." jawabnya. 

"Sebenarnya aku tidak ingin melakukan hal itu. Almonds itu musuh yang cukup berbahaya." ucapku sedikit ragu.

Lara menutup bukunya dan meletakkannya di atas meja, "Akupun sebenarnya sedikit takut akan tetapi, kita tidak bisa diam saja. Mereka bisa jadi yang membunuh kita terlebih dulu jika kita tidak bergerak satu langkah ke depan. Kita tidak akan bisa menebak pemimpin Almonds yang bersembunyi di balik ruangan merah itu." Dia meneguk susu hangatnya setelah beranjak dari tubuhku. 

"Lagipula dewan sudah setuju. Kita tidak sendirian, Almonds memiliki banyak sekutu juga memiliki banyak musuh. Semua itu sebenarnya setara. Lagipula, mereka telah membunuh 3 orang tetua Foster. Jadi, kita memang sudah harus menjalankan rencana yang telah kita susun sejak lama." ucapnya menambahkan. 

"Ya, kau benar, dunia kita memang sudah kejam sejak awal. Mustahil tidak ada pembunuhan yang terjadi di antara kita. Bahkan sebelum kita mengetahui tentang Almonds, Foster dan Stevenson sudah sering membunuh di pelabuhan." ucapku mengingat malam-malam dimana aku sering menembak pria penyusup suruhan Stevenson. 

"Ya, Piers adalah salah satu korbannya walau dia selamat. Dia tetap dibunuh seolah terjadi kecelakaan. Piers adalah pria yang cerdas." 

Aku tertawa kecil mendengar ucapannya yang terlihat sedikit sendu, "Cerdas meniru strategi yang digunakan Foster untuk memasarkan dan memproduksi obat-obatan."

"Meski begitu, aku tau bahwa kau adalah orang yang paling ku benci karena telah membunuh mantan kekasihku. Itulah mengapa aku perlu waktu untuk mencintaimu meskipun kita sudah berkali-kali berakhir di ranjang sebelum akhirnya kebetulan mempertemukan kita untuk menikah." Dia tersenyum tipis mengingat pernikahan atas perjodohan paksa dua tahun yang lalu.

Aneh memang, dia yang sangat membenciku akan tetapi, dia juga dapat jatuh cinta denganku. Sepertinya dia memang sudah benar-benar selesai dari Piers, dia mengatakan bahwa dia hanya mengingat tentang Piers namun, cinta itu sudah benar-benar sirna dari hatinya ketika dia menaruh sepenuh hatinya kepadaku. Kami memang saling mencintai, hanya saja aku selalu butuh sedikit pelarian ketika rumah tangga kami mengalami dinamika yang tidak bisa ku jelaskan bagaimana. Aku bahkan kebingungan ketika harus menghadapi masalah itu. Aku belum menemukan akar dari permasalahan itu. 

Married to His LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang