Chapter 27: Make a Peace

50 3 0
                                    

Zach

"Aku tidak mengerti mengapa kau terlihat sangat cantik hari ini." 

Dia tertawa kecil mendengar pujianku, "Bukankah birumu selalu terlihat biru, cerah, dan menyenangkan." Dia menatap mataku dalam.

Aku sangat menyukai tatapan matanya. Sekilas membawaku ke masa-masa dimana aku begitu mencintainya. Dia membawa kenangan-kenangan yang masih tersisa di kepalaku, mewujudkannya menjadi nyata. Aku nyaris menemukan obat dari setiap rindu yang ku rasakan saat ini. Dia adalah obat atas apa yang selama ini aku cari.

"Jangan menatapku begitu, aku takut." 

Aku tertawa kecil mendengar ucapannya, persis ketika waktu itu. Dia selalu takut menatap mataku yang melotot tajam. Namun, begitulah caraku untuk memahami seseorang, dengan cara menatap dalam kedua matanya.

"Aku baru saja mendengar kabarnya, mengapa kau tidak memberitauku?" tanyanya kepadaku, 

"Aku tak ingin menganggumu, biru. Semalam memerlukan waktu untuk memutuskan apa langkah selanjutnya yang harus ku ambil." Aku mengambil satu rokok dari dalam wadah yang telah tersedia di meja, menyalakannya kemudian, menyesapnya.

"Tidak ada yang mengangguku selama itu dirimu. Kau tidak akan pernah menganggu hidupku, Zach. Kehadiranmu adalah sesuatu yang ku tunggu." ucapnya merayuku. 

Bodohnya aku jatuh pada rayuannnya.

Di tengah-tengah suasana pagi yang indah dengan jendela terbuka. Aku terbuai dalam ciumannya, sensasinya begitu berbeda, berbeda dari malam-malam sebelumnya. Aku menyukainya yang begitu aggresive melepaskan seluruh busana yang melekat pada tubuhku. Akupun melakukan hal yang sama, melucuti seluruh pakaiannya dengan gentle. Meremas kedua payudaranya pelan, memberikan tanda dengan mengecup lehernya. Dia terus mencium bibirku tanpa henti sementara, aku meraih kewanitaannya, memasukkan dua jariku ke dalamnya.

Dia tertawa kecil tepat di telingaku yang membuatku semakin terangsang untuk menyetubuhinya di pagi yang indah. Sinar matahari masuk melalui kaca ruang tamu. Aku terus memggerakkan pinggulku memenuhi liang kewanitaan milik biru yang terus basah karena hentakkanku yang begitu keras. Aku sangat menikmatinya, dia adalah seseorang yang ku inginkan saat ini. Aku sangat menginginkannya, membalikkan tubuhnya, memasukkan batangku ke dalam liangnya sampai dia mengerang kesakitan.

Setiap detik kenikmatan di pagi hari tidak akan pernah ku lupakan. Sejenak biru menyenangkan hasrat dan kemauanku. Aku yang haus akan kesenangan pun akhirnya telah terpenuhi. Dia telah mengobati sebagian dari rasa rindu dan kekesalan akan kehidupan yang ku jalani akhir-akhir ini. Dia melayaniku, menyenangkan aku, memijat tubuhku dengan baik yang membuatku meregangkan otot dan sendi yang lelah karena bekerja siang malam.

Biru menyajikan sarapan, dia mempersiapkan semuanya sendiri. Aku sekilas menatapnya, dia memang wanita yang cantik.

"Katakan kepadaku, informasi apa yang kau dapatkan mengenai Almonds?" tanyaku setelah dia selesai menyajikan makanan di piring kami berdua.

"Bukankah Opa Calvin diculik? Aku rela melakukan apa saja untuk menyelamatkan opa Calvin. Aku akan masuk ke dalam rumah mereka, jika kau mengizinkan aku." pintanya.

"Tidak, aku tidak ingin kau menjadi pelacur untuk mereka. Aku akan membawa orang lain yang lebih ahli nantinya sekalian menawarkan perjanjian damai kepada mereka."

Dia mengangguk setuju, "Ku dengar anak mereka mencoba untuk bunuh diri setelah mendengar pernikahan Louis dan Jade. Aku mendapatkan informasi dari dokter Bentle."

Aku menyipitkan mataku heran, "Benarkah? Aku tidak pernah tau bahwa akibatnya akan begitu fatal seperti ini. Aku khawatir jika Almonds akan menyerang lagi."

Married to His LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang