Lara
Mama datang tepat waktu karena aku merasa ada yang sengaja mengetuk pintuku. Can dan Ben sepertinya pergi mencari makan dan salah satunya pergi ke toilet. Mama masuk dan membawakan paperbag dengan buket mawar kesukaanku. Dia mengucapkan selamat atas kelahiran bayiku. Aku mengeluh kepadanya ketika aku pertama kali memberikan asi kepada Alexander yang terasa sedikit aneh. Aku yang masih belum bisa menggendong dengan benar dan masih sedikit takut untuk merawatnya.
Untunglah perawat di sini cukup baik dan kooperatif, perawat Alexander juga sudah mulai bekerja meskipun memang aku yang harus rutin untuk memberikan Alexander asi. Mama menasehatiku banyak hal setelah melahirkan yang tidak begitu ku pahami karena dia berbicara kesana kemari mengenai banyak topik bukan hanya tentang topik hamil dan melahirkan. Aku tetap mendengarkannya sembari berkeluh kesah sedikit karena aku senang dapat meluapkan sedikit emosiku kepadanya.
"Jadi, bagaimana disertasimu?" tanyanya kepadaku padahal aku baru saja masuk semester kemaren.
"Masih belum selesai, aku mencoba penelitian baru dengan metode normatif karena tak ingin terlalu banyak terjun lapangan. Lagipula, untuk syarat lulus saja. Aku sudah praktek selama ini, itu lebih dari sekedar cukup." jawabku.
Mama mengangguk paham. Dia dan papa yang mendukungku penuh. Mereka pula yang memberikan komentar positif dan tak mengharapkan aku memiliki banyak anak sebab Alexander bukan cucu pertama mereka.
Namun, keduanya sama seperti mama dan papa mertua, mereka menginginkan seorang anak perempuan. Aku harap kehamilan keduaku nanti dapat melahirkan seorang anak perempuan. Setelah itu aku dapat bebas dengan kehidupan pekerjaanku tanpa harus memikirkan mengandung dan melahirkan. Meskipun untuk sementara waktu aku masih menikmati kegiatan penelitian dan penulisan hukum untuk mengisi waktu luangku sembari menyelesaikan beberapa hal yang perlu untuk dibersihkan.
Setelah Mama pergi aku meminta Ben untuk berjaga di dalam agar dia cepat tanggap sebab Alexander berada di ruangan yang sama. Aku tak ingin ada yang menyakitinya, dia baru saja lahir dan sudah ada orang yang mondar-mandir di depan kamarku. Aku sudah membawa senjata untuk berjaga namun, tetap saja tanganku ini ada infusnya. Jika menembak kemungkinan akan meleset dan akan menganggu jam tidur Alexander karena dia bisa saja terbangun meskipun di usianya masih belum dapat mendengar dengan baik.
Aku menelpon Zach, hasilnya nihil. Dia mematikan ponselnya lagi, pergi tanpa kabar. Sudah berkali-kali dia melakukan hal ini agar lokasinya tidak dilacak. Akupun tak berniat melacak dimana dia berada saat ini. Aku hanya ingin dia kembali karena setidaknya aku merasa aman berada di dekatnya.
"Ben, apakah kau tau dimana suamiku?"
Ben menggelengkan kepalanya, "Tidak, Nyonya. Tuan Foster pergi sendirian tanpa diantar oleh Can. Can masih berjaga di depan pintu kamar anda untuk keamanan. Tuan Foster tidak memberitau kemana dia pergi, dia bisa saja sedang ada pekerjaan penting." jawabnya.
Hari ini adalah hari selasa, mungkin saja apa yang dikatakan oleh Ben adalah kebenaran. Aku tak menghiraukan hal itu, bahkan ketika pulang hanya Ben dan Can yang mengantarkan aku. Zach tidak memunculkan batang hidungnya untuk membawa bayi kami pulang. Aku sendirian diantar oleh kedua pengawalku ini selamat sampai ke dalam rumat. Perawat sudah menunggu lebih dulu karena dijemput oleh supir rumah. Dia menggendong Alexander dan memberikan air susuku kepadanya.
Aku memeriksa seluruh ruangan untuk menemukan keberadaan Zach akan tetapi, nihil. Aku mencoba untuk menelponnya sekali lagi sebelum bekerja hasilnya sama saja. Aku membiarkan dia pergi tanpa kabar sejak saat itu. Aku tidak pernah menelponnya, tidak pernah bertanya dimana dia sedang berada, sedang apa dan bersama siapa? Pertanyaan dasar tanpa harus ditanya pun dia seharusnya mengirim pertanyaan itu dilengkapi dengan diskusi ilmiah seperti biasanya. Aku sedikit merindukan masa-masa dimana kami sering berdiskusi mengenai hal sekecil apapun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to His Lies
RomanceFoster S-2 Zach & Lara (21+) Lara Lea Stevenson tak menyangka akan berakhir dalam satu ranjang bersama anak dari musuh ayahnya, Zach Foster. Meskipun malam itu adalah malam terindah untuk Lara karena dia selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai seor...