Zach
Aku menyusul Lara yang sedang mual ke toilet sebelah ruang makan. Semua orang terkejut termasuk kedua orangtuanya yang baru datang. Ketika aku mencoba untuk membuka pintunya, dia ternyata sudah mengunci pintunya yang membuatku tak dapat masuk. Aku menarik gagang pintunya sembari berteriak memanggil namanya yang masih mual.
"Lara, buka pintunya. Apa yang terjadi denganmu?" tanyaku panik.
Aku masih mencoba menarik gagang pintunya yang percuma saja bila ku lakukan. Aku mengambil kunci cadangan yang berada di laci yang terletak di sebelah pintu.
"Lara, apa yang terjadi?"
Ketika aku memutar kuncinya, itu sama sekali tidak berfungsi yang berarti kuncinya masih terpasang di dalam.
"Zach, jangan panik begitu. Aku hanya sedikit mual-" Dia membuka pintunya, wajahnya begitu sayu, keningnya penuh dengan keringat. "Kau berkeringat, sayang. Kita pergi ke dokter, ya? Aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu."
Dia menggelengkan kepalanya, "Tidak usah, setelah acara ini selesai aku akan langsung istirahat." jawabnya.
"Kau yakin, wajahmu tampak semakin pucat. Aku tidak ingin terjadi sesuatu denganmu."
Dia masih memijat pelipis kepalanya. Napasnya terdengar sedikit berat.
"Sayang, kau baik-baik saja, kan?" tanyaku sekali lagi karena dia tak merespon ucapanku.
"Iya, sebaiknya kita kembali. Kepalaku hanya sedikit sakit."
"Baiklah, kalau begitu." Aku mengulurkan tanganku untuk menggandengnya akan tetapi, dia sudah lemas dan terjatuh pingsan. Aku menangkapnya, menepuk pipinya akan tetapi, dia tidak merespon. Aku menggendongnya dan akan membawanya ke rumah sakit.
"Ben, kau beritau kepada para tamu, mereka bisa menikmati hidangannya tanpa harus menunggu kedatangan kami. Lara sepertinya sedang sakit." perintahku kepada Ben setelah aku memasukkan Lara ke dalam mobil.
"Baik, Tuan." Dia masuk ke dalam rumah untuk memberitaukan keluargaku.
Aku meminta Can untuk menyetir lebih cepat karena aku tak ingin terjadi sesuatu kepada Lara meskipun mungkin saja dia sedang kelelahan sampai pingsan. Tak biasanya dia mual sampai pingsan. Tempo hari dia tidak mabuk namun, dia memang disibukkan dengan pengurusan berkas-berkas pemindahan warisan kepada anaknya Lily Almonds yang berada di bawah pengampuan orangtua angkatnya. Dia juga sangat sibuk dengan pekerjaan mengajar, menyelesaikan disertasi sampai akhirnya dapat meraih gelar doktor hukum. Itu merupakan pekerjaan yang berat menurutku. Akhir-akhir ini sering ku lihat dia lembur di ruang kerjanya. Meskipun dia mengatakan kepadaku dia merasa bahagia karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan akan tetapi, dia mengabaikan kesehatannya.
Sherlien yang sudah ku telpon ketika perjalanan pun menunggu kami di lobi lengkap dengan bedpan untuk membawa Lara agar segera ditangani olehnya. Aku menunggunya di luar selama dia diperiksa. Aku hanya melihat dari luar ketika dia diperiksa di seluruh bagian tubuhnya. Sepertinya Lara sadar sesaat setelah diperiksa. Mereka juga terlihat bicara. Setelah serangkaian pemeriksaan yang memakan waktu setengah jam. Sherlien keluar dari ruang pemeriksaan karena para perawat sepertinya mengganti pakaian dan memasang infus pada tubuh Lara.
"Tuan Foster, kita bisa bicara di ruanganku." ucapnya.
Aku mengikutinya sampai ke ruangannya bekerja. Dia memintaku untuk duduk.
"Istri anda sepertinya sedang kelelahan akan tetapi, kami akan memeriksanya lebih lanjut besok karena ada beberapa hal yang mesti dipastikan dengan pemeriksaan medis. Jadi, aku harap anda menandatangani berkas-berkas ini sebagai prosedur." Dia menyerahkan templat berkas yang dia isi dengan nama Lara kepadaku untuk ditandatangani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married to His Lies
RomanceFoster S-2 Zach & Lara (21+) Lara Lea Stevenson tak menyangka akan berakhir dalam satu ranjang bersama anak dari musuh ayahnya, Zach Foster. Meskipun malam itu adalah malam terindah untuk Lara karena dia selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai seor...