22

175 81 8
                                    

Athea sampai di depan kantor Jenandra, ia memarkirkan mobil nya, lalu keluar sambil menjinjing tas makan siang. Athea menghampiri seorang resepsionis yang kini seperti tengah mengobrol dengan rekannya.

"Selamat siang mbak, ada yang bisa saya bantu?" Ucap resepsionis itu ketus saat sadar Athea berada di depan nya.

"Saya cari Jenandra, apakah ada?" tanya Athea.

"Apakah mbak sudah membuat janji dengan pak Jenandra?"

"Belum." ucap Athea.

"Mohon maaf mbak, pak Jenandra berpesan kepada saya jika ada tamu yang tidak ada pemberitahuan jangan menerimanya," ucap resepsionis itu menilai penampilan Athea.

Athea yang sadar bahwa ia sedang diperhatikan, ia jadi sedikit kesal kenapa Jenandra menempatkan seseorang yang memiliki sifat seperti itu di bagian resepsionis. Posisi Resepsionis adalah wajah pertama dalam sebuah kantor, jadi sebisa mungkin posisi itu harus diisi oleh orang yang profesional.

"Saya kenal dengan Jenandra, mbak bisa menelpon dia sekarang, cukup ucapkan Athea datang."

"Maaf mbak tid-"

"Loh Thea lagi ngapain?"

Belum sempat resepsionis itu menjawab pernyataan Athea, lebih dulu ada suara Jemery di belakangnya.

"Hai Jem," sapa Athea menampilkan senyum manis nya.

"Hai juga, mau ketemu sama Jen ya, ke atas aja langsung padahal."

"Gue mau ngasih surprise ke Jenan, tapi nanya dulu mbak resepsionis takut dianya lagi gak ada," ucap Athea melirik resepsionis yang kini menatapnya takut.

"Ada kok dia lagi di ruangan nya, gue ajak makan siang gak mau soalnya. Ayo gue anterin ke ruangan Jenandra," ajak Jemery membuat Athea mengangguk.

"Jika ada nona Athea datang lagi, langsung antarkan ke ruangan pak Jenandra jangan membuatnya menunggu lama. Masih untung saya yang melihat kelakuan buruk kamu barusan, jika sampai pak Jenandra yang melihat mungkin kamu sudah dipecat saat itu juga." ucap Jemery tajam, membuat wajah resepsionis itu memucat.

"Ayo Thea ikut gue." ajak Jemery lagi.

Mereka berdua berjalan beriringan memasuki lift menuju ruangan Jenandra.

"Gue nganternya sampe sini ya, lo langsung masuk aja," ucap Jemery saat mereka sudah sampai di depan pintu ruangan Jenandra.

"Iya, makasih ya Jem."

"Sama-sama, gue pergi dulu, bye thea."

"Bye bye."

Setelah berpamitan Jemery pergi meninggal Athea yang kini membuka pintu itu perlahan.

"Jenandra," ucap Athea.

Di sana terlihat Jenandra yang tengah tertidur di mejanya, masih dengan dokumen-dokumen yang menumpuk di sampingnya, bahkan laptop nya pun masih menyala.

"Jenandra," ucap Athea sekali lagi saat ia sudah berada di samping Jenandra.

Tapi dipanggil berapa kali pun laki-laki itu tidak kunjung bangun dari tidur nya. Melihat tidak ada tanda-tanda Jenandra yang akan bangun Athea menyentuh kening Jenandra. Betapa terkejut nya saat ia menyentuh kening Jenandra ternyata panas, laki-laki itu demam.

"Jenan kamu panas banget astaga," ucap Athea khawatir.

"Nggak mom, Jen gak sakit, Jen gak mau ke dokter." lirih Jenandra masih dengan mata yang tertutup.

Hampir saja Athea menyemburkan tawanya jika saja ia tak ingat Jenandra yang tengah sakit.

"Jen bangun, Jenandra ini aku." ucapnya sambil mengelus surai lembut Jenandra.

[ Anagata👑 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang