RAFFA
Jam 11 malam aku sampai di parkiran apartemen dan segera menuju ke unitku. Rasanya badanku cape banget setelah seharian di kantor terus ke Vybrant buat memenin Haifa.
Aku memasukkan passcode di gagang pintu lalu membuka pintu unit. Lampu ruang makan menyala, aku mengernyitkan kening. Seingatku, tadi pagi aku udah matiin seluruh lampu di apartemen. Aku berjalan ke ruang makan.
Lagi-lagi aku mengernyitkan keningku. Ada beberapa piring yang berisi lauk pauk yang semuanya di wrap menggunakan plastic wrap. Di salah satu piring aku melihat sticky notes pink. Dengan penasaran aku langsung ngambil sticky notes itu dan membacanya.
Raffa, maaf ya aku masuk ke apartemen kamu. Aku udah nungguin kamu dari sore tapi kamu gak dateng-dateng, aku telpon juga gak di angkat. Tadinya aku mau makan malem bareng sama kamu, tapi sampe jam 9 kamu belum pulang. Kasiannn, kayaknya kamu masih sibuk banget yaa. Aku gak mau ganggu kamu, jadi makanannya aku simpen di meja aja. Di makan yaaa..
I miss you, Sayang
-Dira-
Setelah membaca notes itu, seketika perasaan bersalah yang amat sangat menyeruak. Aku baru inget kalau aku bilang mau ketemu Dira kalau dia udah pulang dari Bandung. Shit!!
Aku menjatuhkan sticky notes ke meja. Kakiku bergerak sendiri keluar dari unitku dan segera menuju ke unit Dira. Aku mengangkat tanganku untuk memencet bel, tapi aku tersadar, ini udah jam 12 malam. Dira pasti udah tidur.
Perlahan tanganku memasukkan passcode unit Dira, pintupun terbuka. Dengan langkah sepelan mungkin aku memasuki unit Dira yang sudah gelap dan menuju ke kamarnya. Dira terlihat sudah berbaring dengan selimut yang membungkus tubuhnya ketika aku membuka pintu kamarnya.
Ku dekati Dira. Perlahan aku duduk di sebelah Dira dan memandang wajah cantik Dira yang terlelap. Lagi-lagi perasaan bersalah itu menyeruak di dada. Aku sayang Dira, tapi aku gak bisa nelantarin Haifa kayak gitu aja ketika dia butuh bantuanku, kan... Tanganku mengusap helai rambut yang terjatuh di pipi Dira.
Kelopak mata Dira sedikit berkedut sebelum Dira membuka matanya. Matanya yang sayu menangkap mataku. Aku segera melebarkan senyumku. Seketika mata Dira terbelalak.
"Raffa?", tanya Dira dengan suara sengau
"Hey", bisikku
"Kok kamu disini? Ini jam berapa?", Dira terdengar bingung. Aku terkekeh pelan
"Udah jam 12 lebih dikit. Maaf ya kamu jadi kebangun gara-gara aku", aku mengusap kepala Dira
Tiba-tiba Dira duduk dan langsung memeluk tubuhku. Jantungku berdebar, aku selalu suka ketika Dira memeluk atau menciumku. Aku balas memeluk tubuhnya erat, menghirup aroma Dira yang ku suka.
"Kangen", bisik Dira lirih
"Aku juga..", balasku. Aku serius, aku juga kangen banget sama Dira
Dira melepaskan pelukan kami. Matanya menelusuri wajahku dan tangannya mengusap pipiku. Aku memejamkan mata menikmati usapan Dira di pipiku. Bibir Dira menyunggingkan senyum manis.
"Cape ya?", tanya Dira. Tanpa aku sadari, napasku tercekat
"I-iya", aku tersenyum kaku ketika menjawab Dira
"Kasiannn", tangan Dira kini mengusap kepalaku lembut
"Gimana Bandung?", tanyaku sambil menggenggam tangan Dira
"Acaranya sukses. Aku juga sempet ketemu Mama lagi sebelum balik ke Jakarta"
"Good", aku tersenyum pada Dira
KAMU SEDANG MEMBACA
Place in Your Heart
RomanceLove at first sight. Aku gak pernah percaya sama yang namanya cinta pada pandangan pertama. That's bullshit, you know.. Tapi semuanya berubah setelah suatu hari sebuah tatapan mata yang tajam tapi hangat menembus masuk langsung ke hatiku. 21+ Welcom...