Chapter 28

501 34 2
                                    

RAFFA

Seminggu sudah berlalu semenjak Dira nginep di apartemenku. Selama seminggu itu juga aku mencoba mengurangi intensitasku menemui Haifa. Aku sadar banget kalau aku salah ketemu sama Haifa dibelakang Dira, walaupun niatku bener-bener cuman bantuin Haifa aja.

Rasa cinta yang dulu aku punya untuk Haifa udah hilang sepenuhnya. Gak ada lagi getaran-getaran di hatiku seperti saat aku sama Dira. Aku bantu Haifa karena walaubagaimanapun, Haifa pernah menjadi bagian dari hidupku untuk waktu yang cukup lama. Haifa itu udah aku anggap kayak apa ya... Tetangga dekat? Sepupu? Pokoknya kenalan dekat kita yang kalau mereka butuh bantuan, kita pengen bantu. Ngerti kan?

Hari ini jadwal Haifa cek kandungan ke dokter. Aku bakalan nemenin dia karena aku udah terlanjur janji mau nemenin. Jadi, setelah aku nganter Haifa ke dokter, aku bakalan hubungin keluarga Haifa dan dalam waktu dekat akan jujur sama Dira tentang apa yang udah aku laluin selama tiga minggu ini.

Jam 11 tadi, Dira udah pergi sama Kai untuk ketemu klien. Sedangkan aku tadi bilang ke Dira kalau setelah makan siang aku mau ke Vybrant karena aku ada urusan disana. Aku gak tau bakalan selesai jam berapa, jadi aku minta Kai untuk anterin Dira pulang nanti.

Aku lagi nungguin Haifa untuk turun dari kamarnya setelah tadi aku ngabarin dia kalau aku udah sampe di lobi. Aku meminimalisir untuk naik ke kamar Haifa kayak kemarin-kemarin. Di Vybrant aku lebih memilih untuk ketemu Haifa di restaurant, di ruanganku, atau di manapun yang jelas bukan di kamarnya.

Kaca mobilku di ketuk dari luar. Aku melihat Haifa sudah berdiri di samping mobilku sambil melambaikan tangan dan tersenyum. Aku membalas senyumnya lalu turun dari mobil untuk membantu Haifa naik ke mobilku yang tinggi ini.

"Hai", sapa Haifa sambil menarik lenganku untuk mencium pipiku. Aku sedikit menghindar dan Haifa mengerutkan keningnya

"Hai", balasku sambil tersenyum kaku

Setelah membantu Haifa naik ke mobil, aku mengelilingi mobilku untuk duduk di kursi pengemudi dan menuju ke rumah sakit.

Setelah membantu Haifa naik ke mobil, aku mengelilingi mobilku untuk duduk di kursi pengemudi dan menuju ke rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

DIRA

Hari ini aku ada lunch meeting dengan klien di Plaza Senayan. Habis meeting kayaknya aku mau langsung pulang aja soalnya gak tau kenapa kayaknya badanku lemes banget. Kayaknya aku kecapean karena banyaknya kerjaan yang harus aku kerjain.

Aku gak bawa mobil hari ini karena tadi berangkat ke kantor bareng sama Raffa. Hari ini Raffa bilang dia lagi pengen naik mobil, jadi kami tadi berangkat pake mobil gede Raffa. Pas berangkat ke Plaza Senayan tadi, aku nebeng mobil Kai. Kai juga yang nanti bakalan nganter aku pulang soalnya Raffa habis makan siang katanya harus ke Vybrant karena ada urusan, jadi nitipin aku ke Kai untuk di anter pulang.

Selama meeting aku agak gak fokus karena badanku rasanya gak enak banget. Kepalaku juga keleyengan. Untung ada Kai, jadi meeting kali ini berjalan lancar walaupun aku lebih banyak nggak fokusnya. Setelah meeting selesai, aku dan Kai berjabat tangan dengan klien kami lalu mereka pamit untuk pergi duluan. Begitu mereka nggak terlihat lagi, aku langsung menjatuhkan badanku di kursi sambil memijat keningku.

"Lo sakit? Muka lo pucet", tanya Kai sambil memperhatikan mukaku

"Gak tau nih. Dari tadi pagi sih kayaknya badan gue udah gak enak, kepala juga keleyengan. Pucet banget ya gue?", aku menepuk mukaku pelan

"Ke rumah sakit aja dulu ya sebelum pulang", ucap Kai

"Gak usah. Istirahat bentar juga gue bakalan baikan kok", tolakku

"Nggak, Adira. Kita ke rumah sakit sekarang. Habis itu baru gue anterin lo balik"

Aku menatap Kai pasrah. Kai kalau udah ngomong serius gini tandanya dia udah gak bisa di bantah lagi. Lagian gak ada salahnya aku ke rumah sakit, mungkin aku bakalan recovery lebih cepat.

Setelah membayar pesanan kami, aku dan Kai segera menuju ke mobil. Sebelum naik mobil, Kai membuka pintu penumpang lalu merebahkan sandaran kursi supaya aku bisa sedikit rebahan. Kai memastikan aku nyaman lalu dia masuk ke dalam mobil. Aku menutup mataku di sepanjang jalan ke rumah sakit.

20 menit kemudian, mobil Kai memasuki salah satu rumah sakit terbesar di Jakarta. Kebetulan rumah sakit ini searah dengan apartemenku. Kai membantuku turun dari mobil dan kami menuju ke tempat pendaftaran. Aku diminta Kai untuk duduk di kursi tunggu sementara dia mengurus pendaftaran.

Untung hari ini rumah sakit nggak terlalu ramai, jadi aku hanya perlu nunggu 2 antrian sebelum namaku di panggil untuk masuk ke dalam ruang dokter. Aku dan Kai duduk bersebelahan sementara dokter memberikan beberapa pertanyaan padaku. Setelah itu, suster membantuku untuk berbaring untuk di periksa lebih lanjut oleh dokter.

Aku diminta untuk duduk lagi di sebelah Kai setelah dokter selesai memeriksaku. Ternyata aku kecapean. Akhir-akhir ini aku emang lagi banyak banget kerjaan. Hampir setiap hari tidur di atas jam 1 malam dan sering skip makan. Dokter memintaku untuk beristirahat satu sampai dua hari untuk memulihkan stamina tubuhku. Nggak lupa dokter juga memberikan resep vitamin dan obat. Aku dan Kai mengucapkan terima kasih pada dokter lalu keluar dari ruangannya.

"Lo tunggu di tempat tadi ya. Gue ngurusin dulu obat lo", ucap Kai padaku

"Oke. Thanks ya, Kai", ucapku yang dibalas senyuman dan anggukkan Kai

Aku duduk di tempatku menunggu tadi sedangkan Kai menuju ke sisi lain rumah sakit untuk menebus obatku. Aku memperhatikan sekeliling. Ternyata tempatku menunggu ini dekat dengan poli Obgyn. Karena banyak ibu hamil yang sedang menunggu giliran cek kandungan. Senyumku mengembang ketika melihat sepasang laki-laki dan perempuan yang terlihat bahagia. Perut perempuan itu besar dan tangan laki-lakinya mengusap perut perempuan itu sambil tersenyum cerah.

Ah... aku jadi inget Raffa. Aku sama Raffa bakalan sampai kayak gitu gak ya? Aku harap sih iya hehehe..

Tiba-tiba mataku seperti melihat orang yang aku kenal. Tapi aku buru-buru menggelengkan kepalaku. Gara-gara inget Raffa, kayaknya mataku jadi ikutan kebawa-bawa deh. Masa aku barusan kayak liat Raffa jalan di sebelah perempuan hamil sambil senyum? Kan nggak mungkin... Efek badanku yang lagi gak enak juga nih kayaknya.

Daripada makin aneh, kayaknya aku mending nyusulin Kai aja deh. Aku berdiri dan berjalan ke arah Kai pergi tadi. Baru juga melangkah beberapa meter, langkah kakiku terhenti. Mataku terpaku pada sepasang laki-laki dan perempuan di arah yang berlawanan dariku. Mereka sedang berdiri di sisi kiri koridor. Si perempuan keliatan tertawa mendengar apapun yang sedang laki-laki itu ucapkan. Si laki-laki menatap perempuan hamil di hadapannya lalu mengusap kepala perempuan itu.

Aku mengerjapkan mataku dan menggelengkan kepalaku. Nggak mungkin.. Nggak mungkin kan itu Raffa? Dia kan di Vybran. Dengan perlahan kakiku melangkah mendekati mereka. Dan semakin jelaslah, itu beneran Raffa. Jantungku berdegup kencang dan nafasku tercekat. Siapa perempuan di depan Raffa itu?

"Raffa?", bisikku lirih. Tapi ternyata laki-laki itu mendengan suaraku. Dia menolehkan kepalanya. Matanya terbelalak begitu dia menyadari siapa yang barusan memanggil namanya. Saat itu juga rasanya jantungku meloncat keluar. Laki-laki itu beneran Raffa!

 Laki-laki itu beneran Raffa!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Place in Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang