Chapter 22

515 24 0
                                    

DIRA

Aku tertegun mendengar ucapa Erika. Apakah aku baru aja nggak di restuin sama adik tirinya Raffa?

Raffa yang awalnya bengong perlahan nyengir kaku.

"Kok kamu ngomong gitu?", tanya Raffa dengan lembut pada Erika

"Soalnya kata Bunda aku gak boleh pacaran. Padahal waktu itu Alex ngajakin aku pacaran, tapi sama Bunda gak boleh", jawab Erika polos

Raffa terkekeh mendengar jawaban Erika. Seketika aku lega. Ternyata itu alesannya.

"Haha.. Kamu itu masih kecil, Er. Bener kata Bunda, kamu belum boleh pacaran", Raffa mengacak poni Erika

"Kalau aku gak boleh pacaran, berarti Kakak juga gak boleh dong", dahi Erika berkerut

"Kalau kamu udah segede Kakak, kamu juga boleh kok punya pacar. Tapi karena Erika masih kecil, lebih baik berteman aja dulu yang banyak", jelas Raffa dengan senyum merekah

"Oh gitu ya..", Erika mengangguk-anggukkan kepalanya

"Jadi udah mau kan kenalan sama Kak Dira?", tanya Raffa

Erika melirikku, lalu mengangguk. Aku tersenyum lebar.

"Kakak bawa kado loh buat kamu", ucapku sambil mengangkat kado yang ada di tangan kananku

"Wah! Kado! Aku suka kado", pekik Erika senang membuat aku dan Raffa terkekeh. Aku memberikan kado itu pada Erika

"Bilang apa sama Kak Dira?", ucap Raffa pada Erika

"Makasih Kak Dira kadonya", Erika tersenyum manis padaku

"Sama-sama, Er", balasku sambil mencubit pelan pipinya

Erika turun dari gendongan Raffa dan berlari menuju meja yang diatasnya sudah terdapat banyak kado. Tangan Raffa memeluk pinggangku dari samping, kami menatap Erika dengan senyum tersungging di bibir.

Aku menatap sekeliling, ada stall dimsum di salah satu sisi halaman. Kayaknya enak deh.. Tapi belum sempet aku ngajakin Raffa, aku dikagetkan dengan badan Raffa yang agak tersungkur ke depan diikuti kekehan perempuan dan laki-laki dari belakang kami. Refleks aku menoleh kebelakang.

Wow... Kalau ada Raffa versi cewek, ya kayak perempuan di depan ku ini bentukannya. Kalau Raffa itu ganteng banget, perempuan di depanku ini cantik banget! Aku aja yang sama-sama perempuan sampe bengong liatnya. Dan laki-laki disebelahnya juga charming banget. Bener-bener pasangan sempurna.

"Bener-bener ya lo gak berubah! Please deh Kak, kita udah berbulan-bulan gak ketemu dan hal pertama yang lo lakuin ke gue malah kekerasan kayak gini?? Sweet dikit kek", cibir Raffa sambil memegang kepala belakangnya yang ternyata di tadi di pukul oleh perempuan yang dia panggil Kak

"Hahaha... Ututututu... Adik bayi kesakitan ya?", ucap perempuan itu dengan nada mengejek

Raffa mendengus sebal lalu melihat ke arah laki-laki yang sedari tadi terkekeh disebelah perempuan itu.

"Istri lo agak-agak deh kayaknya, Kak. Bawa ke psikiater gih", ucap Raffa

"Kayak yang gak tau aja lo hahaha.. Apa kabar, bro?", tanya laki-laki itu setelah tertawa puas

Laki-laki itu mendekat dan memeluk Raffa sekilas.

"Baik. Kayaknya gue gak harus nanya kabar kalian ya kalau liat kelakuan Kak Raline kayak gini", sindir Raffa sambil memicingkan mata pada perempuan di depannya

"Hahaha.. Kangen gue sama lo", ucap perempuan itu sambil memeluk Raffa erat

Walaupun Raffa terlihat sebal, tapi dia memeluk perempuan itu sama eratnya. Aku tersenyum melihatnya. Setelah melepas pelukan mereka, Raffa menarik tanganku dan mengenalkan ku kepada dua orang itu.

"Kak Raline, Kak Latif, kenalin ini pacar gue, Dira. Sayang, ini Kakakku, Kak Raline. Sama ini suaminya, Kak Latif", ucap Raffa. Aku menyalami kedua orang itu

"Halo, Kak. Saya Dira", ucapku malu-malu

Tanpa bisa aku tebak, tubuhku udah di peluk sama Kak Raline.

"It is nice to finally meet you. Santai aja sama gue mah. Pacarnya Raffa berarti adik gue juga. Gak usah kaku gitu", ucap Kak Raline sambil mengusap punggungku

"Hehe.. Iya, Kak", balasku. Kak Raline melepaskan pelukan kami

"Kapan dateng dari Seattle?", tanya Raffa

"Tadi malem", jawab Kak Latif

"Nginep di Pondok Indah?", tanya Raffa lagi

"Iya. Maminya Latif udah heboh banget begitu tau kita mau balik ke Indonesia, katanya selama kami di Indonesia disuruh nginep di rumah Mami", kata Kak Raline sambil terkekeh

"Kangen dia sama anak dan menantunya, udah ngalahin bang toyib gak balik-balik", Raffa ikut terkekeh. Dari ucapan Raffa, aku menyimpulkan kalau Mami yang Kak Raline sebut itu Ibunya Kak Latif.

"Ya habis gimana, kita kan masih harus ngurusin hotel", kekeh Kak Raline

"Erikanya mana?", tanya Kak Latif sambil mengedarkan pandangannya

Kami semua jadi ikut mengedarkan pandangan. Aku menemukan Erika lagi ngobrol sama beberapa anak kecil seusianya.

"Itu", tunjukku

"Ah iya, kalau gitu kita kesana dulu deh. Nanti kita ngobrol ya, Dira. Gue punya banyak cerita seru tentang Raffa", ucap Kak Raline sambil mengedipkan sebelah matanya padaku

"Siap, Kak. Gue tunggu ya", ucapku

"Heh!", tegur Raffa sambil menyentil keningku pelan

Kak Raline dan Kak Latif tertawa liat aku dan Raffa. Lalu mereka berlalu dari hadapan kami menuju ke Erika. Aku menarik tangan Raffa menuju ke stall dimsum yang dari tadi udah melambai-lambai.

Aku langsung mengambil beberapa dimsum ke piring. Raffa ngekor aja di belakangku sambil nunjuk beberapa dimsum yang dia mau. Setelah itu aku dan Raffa duduk di salah satu kursi yang ada di deket stall dimsum. Raffa memintaku untuk suapin dimsumnya.

"Kalau Kak Raline cerita yang aneh-aneh tentang aku gak usah di dengerin. Kadang-kadang dia suka lebay dan gak sesuai sama kenyataan ceritanya", ucap Raffa

"Hehehe.. Iyaaa", kekehku

"Gak ngerti deh, orang yang tengil banget gitu bisa ngurusin hotel. Dia kalau udah ngurusin urusan hotel tuh bisa kayak dua orang yang berbeda sama dia sehari-hari", ucap Raffa sambil menatap Kak Raline dari kejauhan. Dari matanya aku bisa liat kalau Raffa sayang banget sama Kakaknya

"You love her", ucapku sambil tersenyum. Raffa mendengus

"Walaupun males ngakuinnya, yes, I do love her. Gitu-gitu dia yang nguatin aku dan Bunda waktu Ayah meninggal. Dia yang waktu itu punya mimpi jadi designer harus lupain mimpinya dan ambil kuliah yang berhubungan sama bisnis Ayah sambil terjun langsung ke perusahaan. Dia juga yang gantiin Ayah biayain semua kebutuhan aku sama Bunda dan make sure kami tetap bahagia walaupun udah di tinggal Ayah. You know what, Kak Raline juga ngenalin Bunda ke Ayah Chandra. Ayah itu temen golf Papanya Kak Latif", aku bisa melihat binar lembut di mata Raffa saat dia cerita tentang Kak Raline.

Enak ya punya saudara, gak kayak aku yang anak tunggal. Mana keluarga Raffa hangat banget walaupun Bunda nikah lagi sama Ayah Chandra dan Raffa dan Kak Raline punya adik tiri. Gak kayak aku, bisa satu ruangan tanpa ribut sama Papa aja rasanya gak pernah deh.. Ah elah, kok malah jadi ngebandingin gini sih..

 Ah elah, kok malah jadi ngebandingin gini sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Place in Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang