Chapter 7

575 42 2
                                    

DIRA


Ketika jam udah nunjukin jam 5 sore, aku segera membereskan barang-barangku. Tepat ketika aku menutup tas, ketukan terdengar di pintu dan sedetik kemudian Raffa melongokkan kepalanya untuk melihat ke dalam ruanganku.

"Ready?", tanyanya

"Yuk", ucapku sambil bangun dari kursi

Kami jalan beriringan, sambil keluar gedung, kami beberapa kali menyapa anak kantor yang juga mau pulang atau yang lagi lembur. Motor besar Raffa terparkir di samping gedung. Raffa memberikan satu helm padaku lalu memakai helmnya sendiri.

Ku lihat Raffa menghentikan gerakannya ketika dia mau naik ke motor. Dia berbalik ke arahku dan memperhatikan aku dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Lo gak bawa jaket?", tanyanya. Aku langsung melihat bajuku sendiri

"Oh iya, gue gak bawa. Tapi gak apa-apa kok, kan gue pake kemeja tangan panjang", aku emang gak pake jaket karena tadi kan pas berangkat naik mobil bareng Kai dan nggak ada janji pulang bareng sama Raffa. Raffa membuka jaketnya

"Nih", Raffa menyodorkan jaket kulit hitam yang tadi di pakainya padaku

"Gak usah. Gue gak apa-apa kok. Santai aja", ucapku sambil mendorong tangan Raffa

Tanpa banyak omong lagi, Raffa mau dan memakaikan jaketnya di tubuhku. Seketika aroma harum khas Raffa memenuhi indra penciumanku. Ugh... Ini bakalan jadi wangi kesukaanku kayaknya.

Setelah itu, Raffa naik ke motornya duluan dan memegang tangan kiriku supaya aku lebih mudah untuk naik ke motor. Aku memeluk pinggang Raffa. Sebenernya aku deg-degan banget sih, tapi waktu pertama kali aku di bonceng Raffa, Raffa bilang lebih baik kalau aku peluk pinggangnya supaya aku nggak jatuh.

Motor berjalan meninggalkan gedung kantor. Cuaca yang mendung dan angin membuat segalanya terasa jadi semakin dingin. Sekitar 35 menit kemudian, motor Raffa berbelok memasuki gedung apartemen. Kami turun dari motor dan berjalan beriringan menuju lift sambil membuat rencana makan malam. Nanti malam Raffa bakalan ke unitku untuk makan malam bareng. Aku akan memasak pasta sesuai dengan request Raffa.

Aku melambaikan tangan pada Raffa dan masuk ke unitku sendiri untuk mandi dan menyiapkan bahan makan malam. Tapi belum juga aku masuk ke dalam kamar, bel berbunyi. Aku langsung buka pintu tanpa liat siapa yang pencet bel karena ku pikir Raffa yang dateng. Tapi mood ku turun seketika ketika aku menemukan Papa dan Mama berdiri di luar unit apartemenku.

"Ma, Pa?", tanyaku bingung

"Hi, Sayang", Mama memelukku sambil mencium pipiku

"Ehm", Papa cuman berdehem lalu masuk ke dalam unit apartemenku tanpa memelukku

"Kok Mama sama Papa kesini?", tanyaku pada Mama sambil nutup pintu

"Emang orang tua kangen sama anaknya gak boleh?", Mama menepuk pipiku pelan

"Ya boleh aja sih, tapi kasih tau dulu. Gimana kalau aku belum pulang?"

"Ya kami tinggal nunggu kamu pulang"

"Ada acara di Jakarta?", tanyaku lagi pada Mama

"Iya, tadi Mama sama Papa habis reuni sama temen-temen di kantor Papa dulu. Karena pas di Jakarta, jadi kami mampir dulu kesini"

Aku mendesah pelan. Bukannya apa-apa, aku lagi gak mood buat beramah tamah sama Papa. Aku berjalan menghampiri Mama dan Papa yang udah duduk di sofa ruang TV.

"Mama sama Papa mau minum apa?", tanyaku pada mereka berdua

"Teh panas aja, Nak", jawab Mama sambil tersenyum

Place in Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang