Chapter 6

600 42 2
                                    

DIRA


Semenjak makan bareng, kejadian aku termehek-mehek, dan bantuin Raffa beresin apartemennya, aku ngerasa aku dan Raffa semakin dekat. Nggak jarang ketika aku keluar dari apartemen buat berangkat ke kantor, Raffa udah berdiri di depan apartemennya sambil menenteng dua helm dan ngajak aku buat berangkat bareng.

Gitu juga dengan makan siang, setiap ada kesempatan kami pasti makan bareng. Ya kadang bareng sama anak kantor lainnya sih, tapi kami selalu duduk bersisian. Raffa selalu ngasih sayur yang ada di makanannya ke aku dan aku selalu ngasih sebagian nasi ke piring Raffa karena aku nggak pernah habis makan seporsi nasi.

Di sisi lain, Kai juga jadi lebih perhatian sama aku. Nggak jarang dia gandeng tangan aku kalau jalan dan nganterin aku pulang sehabis event. Rasanya aku jadi punya dua bodyguard hehe..

Sore ini aku keluar dari ruanganku dan menuju ke ruangan Raffa untuk nanya pembayaran event minggu lalu. Barusan klienku whatsapp mastiin kalau bawahannya udah transfer bayaran secara full. Klienku kemarin itu seniorku pas kuliah dulu, makanya dia kalau nanya apa-apa langsung ke aku.

Ku ketuk pintu ruangan Raffa. Setelah mendengar suara Raffa yang mempersilahkan masuk, aku segera membuka pintu ruang kerjanya.

Aku tertegun melihat pemandangan indah. Raffa duduk di kursi kerjanya dengan muka serius menatap komputer dan kaca mata yang bertengger di hidungnya. Baru kali itu aku liat Raffa pake kacamata. Rambutnya agak acak-acakan, tapi itu yang menambah kadar kegantengannya.

"Raf, sorry ganggu", sapaku ketika aku udah bisa nguasain diri

"Santai aja. Kenapa?", tanya Raffa sambil menengadahkan kepalanya

"Ini, klien acara di Moses kemarin nanyain kalau bawahannya udah transfer full bayaran event kemarin atau belum. Boleh tolong cekin?", tanyaku setelah aku duduk di kursi di hadapan Raffa

"Wait", Raffa kemudian mengetik sesuatu di komputernya

Lagi-lagi aku memperhatikan wajah Raffa yang serius menatap monitor. Karena posisinya sedikit nyamping, hidung mancungnya jadi terlihat lebih jelas. Sesekali matanya sedikit memicing ketika membaca deretan kalimat dan angka di Excel.

"Moses tuh yang PT Geotama ya?", tanya Raffa

"Iya betul"

"Hmm.. Mereka udah DP 50 juta ya awal bulan lalu, terus.. Mmm.. Udah nih. Mereka udah transfer sisa pembayarannya tadi pagi 70 juta. Jadi total mereka udah bayar full sebesar 120 juta", jelas Raffa

"Sip kalau gitu. Kemarin tuh ketua pelaksananya senior gue pas kuliah. Makanya dia tadi langsung whatsapp gue", aku menjelaskan pada Raffa tanpa dia minta

"Udah full payment kok", ucap Raffa sambil menatap mukaku

"Oke kalau gitu. Thanks ya", aku tersenyum lalu berdiri dari kursi

Baru aja aku mau buka pintu ruangan Raffa, ku dengan Raffa manggil namaku. Aku segera membalikkan badan.

"Nanti balik bareng?", tanya Raffa

"Emang lo bawa helm?", tadi pagi kami emang nggak pergi bareng karena aku harus visit venue event sama Kai

"Gue selalu bawa helm dua jaga-jaga lo mau bareng sama gue", ucap Raffa santai. Deg! Jantungku berdebar lagi.

"Oh hehe.. Hmm.. Kalau lo nggak keberatan sih boleh nanti kita balik bareng. Kebetulan gue gak harus kemana-mana lagi kok habis ini", ucapku dengan senyum lebar

Raffa tersenyum tipis lalu mengangguk. Aku balas mengangguk lalu melambai singkat pada Raffa sebelum keluar dari ruangan itu dengan jantung yang masih berdebar kencang. Senyum belum hilang dari wajahku.

"Kesambet lo?", suara Kai yang khas mengagetkan aku. Aku menoleh dan mendapati Kai yang berjalan di belakangku

"Eh ada Bangkai", ucapku sambil memasang senyum lebar yang dibuat-buat

"Ada apa gerangan? Kok Beb Dira keluar ruangan Raffa sambil senyam-senyum jelek kayak kambing gitu?", tanya Kai dengan nada mengejek

"Bangke! Masa gue dikatain mirip kambing", ucapku sambil cemberut

"HAHAHA", Kai malah tertawa kencang. Beberapa orang menatap kami penasaran

"Berisik! Lo ganggu anak-anak lain kerja", ucapku sambil menggeplak lengan Kai

Kami kembali berjalan menuju ruanganku. Bukannya pergi, Kai malah ikutan masuk ke ruanganku.

"Ngapain lo ikutan kesini?", tanyaku bingung

"Lo belum jawab kenapa lo senyam-senyum gitu pas keluar dari ruangan Raffa", Kai duduk di sofa yang ada di ruanganku sedangkan aku duduk di kursi kerjaku

"Hehe.. Raffa ngajakin balik bareng nanti", ucapku sambil cengengesan

Senyum di wajah Kai sedikit menghilang.

"Lo.. Lo beneran suka sama Raffa?", tanya Kai sambil menatapku

"Gimana ya... Kalau liat Raffa tuh gue suka deg-degan. Bawaannya seneng aja gituuu kalau deket dia. Ditambah apartemen kita juga secara kebenaran banget di lantai yang sama. Jadi yaaa.. Gitu deh hehe", ucapku

"Oh.."

"Raffa tuh orangnya gimana sih, Kai, pas dia lagi SMA? Terus keluarganya gimana?", tanyaku penasaran

"Dari dulu dia terkenal dari keluarga berada, bokapnya punya beberapa bisnis gede gitu. Tapi emang dasarnya kalau orang yang tajir beneran nggak suka pamer, nah si Raffa tuh nggak pernah show off gitu. Gue juga taunya dia tajir gara-gara denger dari kakak kelas katanya bokapnya Raffa nyumbang peralatan basket buat eksul kita. Selebihnya sih ya gitu aja. Jarang ngomong, nggak suka bergaul, gue juga gak pernah liat dia nongkrong habis pulang sekolah kecuali latihan band atau basket. Oh! Gue inget, dia tuh pacaran sama adik kelasnya, pas gue kelas 10 cewek ini kelas 11, katanya sih mereka masih pacaran sampe mereka kuliah. Si ceweknya ini bela-belain ikutan kuliah di UGM supaya tetep deket sama Raffa. Tapi tau dah mereka masih pacaran apa nggak sekarang", jelas Kai

Seketika senyumku luntur. Iya juga ya.. Kok aku nggak pernah kepikiran kalau Raffa punya pacar atau nggak? Walaupun selama ini aku gak pernah liat dia deket sama cewek, tapi kan siapa tau sebenernya dia udah punya pacar tapi dia gak pernah publish.

"Jadi sekarang Raffa masih punya pacar atau nggak?", tanyaku pada Kai

"Mana gue tau. Gue gak pernah nanya. Tapi di instagramnya sih kayaknya gue gak liat foto cewek. Eh tapi dia udah nggak update instagram dari beberapa bulan lalu sih. Kenapa nggak lo tanya aja sendiri?", tanya Kai

"Malu lah, anjir! Masa gue yang nanya duluan?"

"Jaman sekarang udah wajar aja kali kalau cewek yang approach duluan. Siapa tau Raffa itu tipe cowok yang nunggu cewek maju duluan"

"Tapi gue malu lah kalau deketin duluan"

"Ya udah. Sabar aja kalau gitu nungguin manusia es yang deketin lo duluan. Udah ah, gue balik ke ruangan gue dulu", Kai bangun dari duduknya dan berjalan keluar dari ruanganku

Helaan nafas berat tanpa sadar keluar dari hidungku.

Helaan nafas berat tanpa sadar keluar dari hidungku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Place in Your HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang