"Shhh ...." Lica meringis saat merasa semua badannya remuk dan bagian sensitifnya juga sakit. Lalu dia menatap ke arah Aksara yang tertidur pulas seperti tidak ada beban setelah apa yang diperbuatnya.'Aku kecewa sama kamu, Sa!' Untuk pertama kalinya Lica memanggil Aksara dengan sebutan nama, hatinya sakit apa yang telah diperbuat Aksara padanya. Walaupun, Aksara itu adalah suaminya sendiri.
Lica berjalan ke arah kamar mandi dengan tertatih-tatih. Karna, rasanya badannya mau remuk semua.
Di bawah aliran air, Lica menangis melihat keadannya yang jauh dari kata baik.
'Aku hancur, masa depan aku masih panjang! Kamu udah rebut disaat aku seakan jadi pelampiasan kamu.' Bahkan Lica tak sanggup menahan apa yang di dalam hatinya, dan memukul dadanya dengan sesak karna hatinya begitu sakit dan kecewa.
Aksara terbangun dan mulai menatap sekelilingnya dan tak menemukan keberadaan Lica, dan saat melihat ke seprai dia melihat bercak darah di seprai itu hingga membuat Aksara menyesali perbuatannya.
'Arghhh ... kenapa bisa bablas sih?!' Jujur sekarang Aksara takut Lica akan membencinya karna perbuatannya semalam.
Aksara melihat Lica yang keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit ditubuhnya dan Aksara juga melihat mata Lica yang sembab. Akibat, kejadian semalam yang telah dia lakukan.
"Lica, saya sebenar---"
"Stop! Aku gak mau dengar kata yang keluar dari mulut kamu!" Aksara menatap tak percaya saat Lica tidak memanggilnya dengan sebutan Om melainkan kamu.
"Saya minta maaf untuk yang saya lakukan, tapi saya memang tidak bisa berpikir jernih semalam," ucap Aksara dengan rasa bersalah yang sangat besar, bahkan menatap ke arah Lica saja dia sudah berdosa.
"Aku hancur ...." Mendengar lirihan Lica, Aksara semakin merasa bersalah dengan semua kesalahannya.
"Maaf, Lic ... maaf." Lica membuang wajahnya ke samping dengan rasa kecewa yang mendalam.
"Buat apa minta maaf? Semua sudah terjadi bukan? Gimana kalau misalnya aku hamil? Bukannya aku masih lama untuk lulus?" Deretan pertanyaan dari Lica seakan ingin membuat kepala Aksara pecah.
"Saya pastikan kamu tidak akan hamil!"
"Kenapa kamu seyakin itu? Bukannya kamu mengeluarkannya di dalam?" Wajah Aksara berubah menjadi pucat basi, bahkan bibirnya keluh seakan tak bisa menjawab semua pertanyaan Lica.
"Itu tidak akan terjadi, percaya dengan saya! Dan tolong maafin saya, Lica. Saya tidak bisa kamu diamkan seperti ini." Aksara tak pernah memelas seumur hidupnya, dan ini untuk pertama kalinya dia memelas kepada orang dan orang itu adalah Lica.
"Aku capek, batin aku sakit! Aku minta tolong sama kamu, jauhin sebentar!" Aksara menatap tajam ke arah Lica dengan apa yang dikatakannya.
"Kenapa kamu menjauhi saya?"
"Aku mohon! Aku mau sendiri dulu, terima kasih." Lica pergi dari hadapan Aksara dengan hati yang kecewa dan sakit tentunya.
'Maaf kan saya, kenapa ini bisa terjadi?'
***
"Itu bukan anak gue!" sentak seorang laki-laki dengan marah pada perempuan yang ada di hadapannya.
"Ini anak kamu! Apa kamu lupa apa yang aku perbuat waktu itu? Ini anak kamu!" Perempuan itu menatap tajam ke arah laki-laki yang di hadapannya saat laki-laki itu tak mengakui anaknya.
"Terserah! Dan yang harus lo tau? Gue gak akan tanggung jawab!"
"Brengsek kamu! Kamu jahat!"
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Tuan Aksara (End)
Подростковая литература"Saya seakan berdosa, sudah menikahi gadis belia seperti kamu." Aksara Putra Dewana