"Makasih yah, Bian!" ucap Lica sambil tersenyum ke arah Bian, saat mereka sudah sampai di rumah Lica.
"Sama-sama," ucap Bian dengan tersenyum manis ke arah Lica.
Tanpa mereka sadari, Aksara melihat interaksi mereka dengan tatapan yang tajam dan tangan yang terkepal kuat.
Dia pun menjalankan mobilnya dan mengklakson dengan kuat, hingga membuat Lica dan Bian kaget, dan menatap ke belakang. Dimana Aksara keluar dari mobilnya dengan tatapan yang dingin.
"Om Aksa," cicit Lica dengan pelan, saat lirikan Aksara kepadanya kurang bersahabat.
Bian tersenyum ke arah Aksara, dan mulai mengulurkan tangannya untuk menyalim Aksara, karna dia pikir Aksara adalah om, Lica.
"Salam kenal Om, perkenalkan nama saya Arbian Mahendra!" sapa Bian dengan senyuman yang manis.
Aksara hanya melihat uluran tangan Bian, tanpa ada niatan untuk membalasnya. Karna tatapan hanya pada Lica, sedangkan Lica sudah ketakutan melihat tatapan dingin dari Aksara.
Melihat Aksara tak membalas uluran tangannya, Bian menarik lagi tangannya karna dia ingin bersikap sopan di hadapan Aksara.
"Om, saya mau---"
"PULANG! SAYA TIDAK MENERIMA ORANG ASING!" tegas Aksara dengan lantang dan menekan kata asing pada Bian.
Bian hanya diam dan tak membawa hati ucapan Aksara, walaupun dia sedikit tersinggung. Namun dia mencoba untuk tidak memasukkan dalam hati kata dingin dari Aksara.
Aksara berjalan ke arah mobilnya dan masuk ke dalam mobilnya, lalu mengklakson agar Bian mundur karna dia ingin masuk, padahal jalan masuknya sangat lebar, tapi Aksara tetap mengklaksonnya hingga membuat Bian menepi dan membiarkan mobil Aksara untuk masuk.
"Gue pulang duluan yah, Lic!" Bahkan Bian bicara sudah tak direspon oleh Lica, karna sekarang Lica sedang gelisah melihat tatapan dari Aksara.
"Lic!" panggil Bian lagi dengan sedikit tegas.
"Iya, Bian, ya udah kalau gitu aku masuk duluan yah!" Lica langsung lari masuk ke dalam rumahnya, dan meninggalkan Bian sendirian.
'Lica kenapa sih? Kok kayak ketakutan gitu?' Tapi Bian tak ingin ambil pusing, dia langsung naik ke motornya dan menjalankannya, dan mulai meninggalkan perkarangan rumah Lica.
"Om Aksa!" Lica melihat Aksara yang sedang duduk di sofa dan sibuk dengan berkas-berkasnya, tanpa ada niatan melihat ke arah Lica.
"Om!" panggil Lica lagi, dia pun berjalan ke arah Aksara dengan takut, bahkan rasanya jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya saat Aksara tak meresponnya.
"Om Aksa, tadi Lic---"
"Shut up!" Lica terdiam mendengar ucapan Aksara yang menyuruhnya untuk diam.
"Puas? Kamu memang tidak tau diri yah? Asal kamu tau? Hidup saya hancur, saat kamu masuk dikehidupan saya! Saya mencoba baik pada kamu, tapi dengan tidak tau dirinya kamu? Kamu malah jalan dengan laki-laki lain! Murahan!"
Deg!
Hati Lica sakit saat Aksara dengan teganya mengatakan hal itu padanya, bahkan dia mencoba menjelaskan apa yang terjadi, tapi Aksara tak memberinya celah untuk menjelaskan.
"Lica bukan perempuan kek gitu, Lica masih ada harga diri, Om!" Lica langsung pergi dari hadapan Aksara dengan badan yang bergetar menahan tangis, dan dia langsung masuk ke kamar meninggalkan Aksara yang sendirian di ruang tamu.
'Apa perkataan saya terlalu kasar?' ucap Aksara dalam hati.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Tuan Aksara (End)
Teen Fiction"Saya seakan berdosa, sudah menikahi gadis belia seperti kamu." Aksara Putra Dewana