Extra Part

12.8K 256 7
                                    

Hari ini, hari yang begitu membahagiakan bagi keluarga Netha dan juga Bian. Karna hari ini mereka melangsungkan janji suci pernikahan, yang dihadiri oleh kerabat dan juga saudara.

"Sah!" Dengan satu tarikan napas yang dilakukan oleh Bian saat membacakan sebuah ijab kabul. Membuat Netha dan yang lainnnya terharu.

"Sekarang, silahkan cium kening sang mempelai wanita." Mendengar intruksi yang disampaikan oleh penghulu, membuat jantung Bian berpacu lebih cepat, saat menatap lekat manik mata Netha yang sangat indah.

"Cantik." Netha dapat mendengar gumaman dari Bian, yang membuat jantungnya juga bergetar lebih hebat.

"Woy! Cium terus woy! Akhh elah, lelet amat lo." Mendengar teriakan sahabatnya yang bernama Jordan, membuat Bian dan Netha menjadi malu. Karna semua mata kini melihat ke arah mereka berdua.

"Ciee ciee ... Onty ndak laku-laku, udah laku!" Tentu ucapan Kia membuat gelak tawa untuk para tamu undangan, yang datang menghadiri pernikahan mereka.

"Hust! Gak sopan." Kia hanya bisa menyengir mendengar teguran dari Lica.

Akhirnya, Bian mendekatkan bibirnya ke arah kening Netha, dan mengencupnya dengan sangat dalam. Hingga tanpa sadar Bian menitikkan air matanya, karna terharu bisa menikahi wanita yang dicintainya.

"Makasih, Sayang!" Netha menatap Bian dengan lekat, dan mulai tersenyum tipis.

"Buat apa bilang makasih? Seharusnya, aku yang makasih sama kamu! Udah mau nerima anak broken home kek aku," ucap Netha dengan suara yang lirih.

"Kamu gak sendiri, Sayang, aku juga anak broken home, dan mungkin ini cara Allah untuk menyatukan kita! Kita sama-sama tidak bisa mendapatkan orang yang kita cintai, kita sama-sama bukan dari keluarga cemara! Tapi aku janji, anak kita nanti gak bakal rasain apa yang namanya broken home! Yang seperti kita alami." Netha terharu mendengar ucapan dari mulut Bian, entah kenapa Netha sangat yakin dengan apa yang dikatakan oleh Bian.

"Aku percaya!"

Akhirnya, sekarang mereka sedang bersalaman dengan semua para tamu undangan, hingga saat sedang sibuk bersalaman. Netha kaget melihat seseorang yang sudah lama tidak dia lihat itu kini berdiri di hadapannya, dengan seorang perempuan yang cantik yang ada disampingnya dengan memakai dress berwarna putih.

"Z--zein?" Bukan Netha saja yang shock, Bian pun sama halnya, dia sampai melihat ke arah Zein dengan tatapan sinis. Takut sang istri direbut oleh cowok tengil yang sekarang sedang berdiri di depannya.

"Hai Neth, hai Bian! Selamat yah, gue seneng banget dengar pernikahan kalian."

"Siapa yang ngundang lo ke sini? Gue rasa gue gak ngundang lo?"

"Gue yang undang dia!" Netha kaget melihat Lica yang datang dengan menggendong seorang bayi yang baru berusia lima bulan.

"Gue yang undang Zein, gimana pun juga! Zein udan pernah nolong lo? Dan gue! Udah pasti dong, kita undang Zein. Sebagai tanda terima kasih."

"Tapi, bukannya Zein masih sekolah? Emang gak papa?"

"Gak kok Kak, kita lagi libur," ucap perempuan cantik itu yang bernama Mita.

"Ya udah, silahkan duduk gih! Nikmati makanannya, semoga suka yah?" ucap Netha dengan senyuman manisnya, yang membuat Zein membuang wajah ke arah lain, dan mulai menyadarkan dirinya bahwa Netha sudah menikah dengan orang lain.

"Ya udah, kita permisi yah." Melihat kepergian Zein dan Mita, membuat Lica menatap tajam ke arah Netha.

"Lo gak pantes ngomong gitu! Sadar, kalau bukan karna Zein dulu? Lo gak bakal selamat, Zein udah nyelametin hidup lo!" Netha dan Bian hanya bisa bungkam mendengar ucapan tajam dari Lica. Karna mereka juga sadar, kalau tadi mereka terlalu menatap ke arah Zein dengan tatapan yang tidak suka.

"Sorry, Lic, bukan gitu maksud gue! Gue cuma kaget aja tadi, kok bisa Zein tiba-tiba dateng? Kan gue gak ngundang?"

"Yah, tapi kan---"

"Sayang, kok berdiri di sini sih? Itu Kana nangis di sana, mau mimik susu dia." Lica menghela napas mendengar ucapan suaminya, dan menatap ke arah Zein dan juga Netha.

"Gue ke sana dulu! Anak gue nangis!" Netha dan Bian hanya bisa diam, dan enggan menjawab ucapan ketus Lica.

"Maafin, Lica yah? Dia lagi dateng bulan, wajar kalau dia sensian," ucap Aksara dengan kekehan kecil.

"Gak papa, Sa, gue maklumi kok! Gue juga salah tadi, sinis banget ke Zein."

"Iya, Sa, ini salah kita."

"Udah lah, gak usah dipikirin! Ini itu hari membahagiakan bagi kalian, dan semangat untuk malam pertamanya!" Netha hanya bisa menundukkan kepalanya mendengar ucapan ceplas-ceplos dari Aksara.

"Aman tuh, nanti gue buat kembar lima," ucap Bian dengan bangga.

"Ditunggu!"

Rasanya Netha ingin menghilang saat ini juga, mendengar ucapan sengklek dari ipar dan suaminya itu.

Tak terasa acaranya sudah selesai, bahkan semua para tamu undangan sudah pulang ke rumah mereka.

Di dalam kamar pengantin Netha dan juga Bian, Netha memegang dadanya dengan raut wajah yang sangat gugup, karna Netha tau bahwa dia sekarang harus memberi hak batinnya kepada Bian.

'Duh! Nih jantung gak bisa diajak kompromi, anjir! Deg-deg kan banget, gue.' Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, menampakkan sosok seorang pria yang memiliki tubuh atletis dan wajah yang sangat tampan. Hingga rasanya ingin membuat Netha pingsan di tempat.

"B--bian? Kok gak pakek baju? Cuma pakek handuk doang?" tanya Netha dengan gugup.

Bian yang mendengar ucapan Netha pun menaikkan sebelah alisnya, lalu tersenyum dengan tatapan yang sinis. Seakan siap menerkam Netha hidup-hidup.

"Emangnya kenapa, kalau cuma pakek handuk doang? Siapa yang larang coba?"

"Enggak ada."

Bian pun mendekat ke arah Netha dan menyentuh wajah Netha dengan tangan dinginnya.

"Kamu siap?"

Deg!

Nyawa Netha seakan rasanya mau lepas dari tubuhnya, saat Bian mengucapkan, ucapan yang membuat dia seakan lupa caranya bernapas.

"Ta--tapi, Bian ...." Bian tersenyum kecut mendengarnya, dia paham maksud dari ucapan Netha yang membuatnya hanya bisa tersenyum.

"Gak papa, aku paham kok! Kamu pasti belum siap, aku gak bakal maksa kamu! Sampek kamu sendiri yang siap."

Netha menjadi merasa bersalah atas ucapannya kepada Bian. Saat melihat Bian berdiri dengan gesit Netha menahan tangannya. Dan langsung mengencup bibir Bian dengan lembut. Hingga membuat Bian kaget setengah mati, akibat perbuatan Netha.

"Kamu?"

"Aku siap! Aku siap jadi istri kamu seutuhnya!" Bian tersenyum senang lalu tanpa aba-aba mereka melakukan apa yang seharusnya dilakukan.

Tamat

Ini buat yang minta extra partnya yah! Maaf kalau terlambat, makasih yang udah support aku sampai detik ini! Kalau bukan kalian? Siapa lagi? Kalian readers terbaik aku!

Hayyy semuanya! Kenalin ini akun instagram kuu, jan lupa follow yah😁



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang