Bab 44

6.9K 192 1
                                    


"Om Aksa ngeselin!" Baru saja ingin masuk ke dalam kamar, Aksara sudah mendengar gerutuan dari Lica hingga membuatnya terkekeh kecil melihat wajah kesal Lica.

"Lagi ngomongin saya, hm? Kenapa gak ngomongin di depan orangnya langsung?" Lica membeku di tempat dan saat berbalik badan. Dia melihat Aksara yang sedang melipat kedua tangannya di atas dada.

"E--enggak. Siapa juga yang ngomongin, Om? Pede banget sih!" Lica membuang wajahnya yang memerah ketahuan saat sedang membicarakan Aksara di belakangnya.

"Masa sih? Apa perlu tadi saya rekam?"

"Gak perlu! Iya aku ngomongin, Om. Puas?" Aksara semakin semangat membuat Lica marah.

"Sensian banget kamu, kek dugong tau gak." Lica menatap tajam kepada Aksara sampai matanya melotot sangking emosinya.

"Om Aksa!" Lica berjalan ke arah Aksara dan memukul punggung Aksara dengan sekuat tenaga. Bukannya terasa sakit malah semakin membuat Aksara tertawa lepas karna tidak terasa apa pun pukulan Lica.

"Hahaha ... itu sekuat tenaga? Kok kayak digigit semut." Lica menghentikan aksi memukulnya itu, lalu menatap ke arah Aksara dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis.

"Gak lucu, tau gak! Jahat!" Aksara cengo di tempat melihat Lica yang langsung membaringkan diri ke tempat tidur dengan suara yang bergetar menahan tangis.

'Dia yang memukul saya? Kenapa saya yang dikatakan jahat?'

Karna tak tega mendengar tangisan Lica yang semakin lama semakin besar. Aksara pun berjalan ke arah Lica dan mengelus pelan rambut Lica.

"Maaf, yah. Saya bikin kamu menangis?" Bukannya semakin mereda, tangisan Lica malah semakin deras.

"O--om ... Aksa, jahat!" Aksara menghela napas jengah mendengar jawaban Lica.

"Iya saya jahat, iya, Lica." Lica membalikkan badannya dan melihat ke arah Aksara dengan wajah yang merah dan ingus yang mengalir dari hidungnya. Hingga membuat Aksara ingin ngakak namun dia tahan.

"Kenapa jawabannya gak ikhlas hah! Bilang aja gak mau minta maaf, 'kan?!" Akhirnya apa yang ditahannya keluar juga, dia tertawa ngakak hingga membuat Lica semakin menangis.

"Maaf, Lica, maaf." Aksara mencoba menahan tawanya, lalu memeluk Lica yang semakin menangis keras.

"L--lucu, hah! Lucu apa? Gak lucu!"

"Iya, iya gak lucu, Sayang." Lica menghentikan tangisnya dan mengedipkan matanya berkali-kali mendengar kata sayang dari Aksara.

"O--om? Tadi manggil apa?" Aksara terdiam dan sadar apa yang dikatakannya pada Lica.

"H--hah? Emang saya bilang apa?" Dia mencoba mengalihkan pembicaraan dari Lica, hingga membuat Lica kecewa kepada Aksara.

"Gak ada."

"Ya udah, Om keluar aja! Aku mau tidur." Saat ingin melepaskan pelukannya dari Aksara. Aksara malah menahannya dan membisikkan sesuatu yang membuat badan Lica menegang di tempat.

"I Love You, Angelica Civania Arabella."

***

"Bagaimana? Apa dia setuju dengan perjanjian itu?" tanya seseorang dengan tatapan yang dingin dan juga sinis.

"Setuju, dia bahkan langsung menandatanganinya." Mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya, membuat orang itu semakin meresa bangga dan juga semakin yakin untuk menghancurkan seseorang.

"Bagus! Sekarang kita tunggu saja tanggal mainnya."

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang