Bab 46

6.3K 204 2
                                    


Aksara menutup kupingnya dari 15 menit yang lalu, karna Lica merengek minta ayam warna-warni.

"Stop! Bisa diem gak? Puyeng saya dari tadi." Aksara cukup pusing dengan permintaan random Lica.

"Ta-tapi Lica pengen banget Om, Lica pengen banget pelihara." Mendengar perkataan dan tatapan sendu itu membuat Aksara menjadi tidak tega.

"Ya sudah. Ayok!" Dengan semangat yang membara Lica langsung menarik tangan Aksara. Karna tidak sabar ingin membeli ayam warna-warni.

Selama di perjalanan, Lica bernyanyi-nyanyi dengan suara falsnya hingga membuat Aksara tertekan. Namun tetep harus tersenyum supaya tidak menyakiti hati mungil istri kecilnya itu.

"Suara Lica bagus kan, Om?" tanya Lica dengan pedenya.

"Iya."

"Kok iya doang? Gak ada apresiasi gitu? Lica sudah  mengeluarkan bakat terpendam selama 18 tahun ini," ucap Lica dengan sombong dengan mengibaskan rambut panjangnya.

"Mending dipendam aja," ucap Aksara dengan suara yang kecil supaya Lica tidak mendengarnya.

"Om bilang apa? Kecil banget suaranya."

"Gak bilang apa-apa! Sudah mending kamu diem saja. Kalau mau kita beli ayam warna-warni?" Ancam Aksara yang membuat Lica langsung kicep di tempat.

'Akhirnya, kuping saya sudah tidak sakit lagi.'

***

"Makan dulu yah? Gue suapin." Bian mengambil Mangkuk berisi bubur hangat itu untuk disuapin ke Ila.

Ila tidak menolak saat Bian menyuapinya. Dia hanya terharu melihat sikap Bian terhadapnya.

'Lica beruntung banget yah? Bisa dicintai dengan tulus oleh Bian.'

"Eh, kenapa bengong? Habisin yang dimulut lo," ucap Bian dengan nada yang sedikit ketus.

Setelah selesai menyuapi Ila, Bian pun memberi minum pada Ila dan tak sengaja matanya melihat ada sebiji bubur yang tertinggal diujung bibir Ila.

"Em ... maaf." Bian pun mendekat ke arah Ila dan mulai membersihkannya, mereka pun saling menatap satu sama lain hingga membuat keduanya sama-sama gugup.

"Sorry," ucap Bian dengan menjauhkan wajahnya dari Ila.

"Iya, gak papa kok. Dan makasih juga udah jagain aku di sini." Bian menganggukkan kepalanya paham, dan mulai merasa bersalah atas sikap kasarnya terhadap Ila. Padahal itu adalah kesalahan dari papanya.

"Gue minta maaf, atas kesalahan papa gue." Raut wajah Ila langsung berubah saat Bian mengatakan papanya.

"Jangan bahas papa kamu, aku gak suka," ucap Ila dengan nada yang dingin.

"Iya, gue paham. Lo mau jalan-jalan keluar? Cari udara segar." Senyum tipis terbit dari bibir mungil Ila, tanpa pikir panjang dia langsung semangat dan mulai turun dari ranjangnya.

"Eh, tunggu dulu dong! Semangat amat lo."

"Hehehe ... soalnya sumpek di ruangan mulu," ucap Ila dengan cengengesan ke arah Bian.

Bian pun tersenyum tipis dan tanpa sadar mengacak pelan rambut Ila. "Gini dong, senyum."

'Aduh, kok tiba-tiba baper yah?' ucap Ila dalam hati.

'Gue seneng liat lo senyum Il, tetep senyum selalu yah?'

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang