Tak terasa Lica dan keluarganya telah sampai di Indonesia, dan tubuh Lica tiba-tiba terasa kaku, saat tiba-tiba semua kenangan lima tahun yang lalu terlintas dipikirannya.
'Lica yang dulu polos ini, telah kembali!' Lica menatap lekat mata Aksara yang juga menatapnya dengan sangat dalam.
"Assalamu'alaikum!"
"Walaikumsalam!" Ayana yang keluar dari dalam rumahnya pun langsung shock, bahkan tanpa sadar air matanya sampai jatuh membasahi pipi mulusnya. Dia sampai berpikir ini adalah sebuah mimpi, yang dimana Lica sedang berdiri di hadapannya dengan senyuman yang tak pernah berubah sedikit pun.
"Anakku!" Ayana langsung memeluk Lica dengan erat, dia bukan menganggap Lica sebagai menantunya, melainkan sebagai anaknya.
"Mama ...." Lica sama halnya dengan Ayana, dia membalas pelukan Ayana tidak kalah erat. Tiba-tiba atensi Ayana teralih pada seorang anak kecil yang memakai dress warna biru dan jepit rambut kupu-kupu dikepalanya.
Ayana berjalan perlahan ke arah Kia, dan langsung membawa Kia ke dalam pelukannya.
"Cucu oma." Semua itu tidak jauh dari penglihatan Tia, tapi dia senang melihat Kia yang bisa juga merasakan kasih sayang seorang oma. Walaupun, dari kecil dia belum merasakan hal itu, karna Ayana juga membencinya sama seperti Aksara.
"Oma?" Kia menatap Ayana dengan mata yang berbinar-binar, entah mimpi apa dia? Sampai bisa dipertemukan oleh oma, opah, dan daddynya.
"Iya, Sayang, itu adalah oma Kia, dan juga omanya, Tia." Tiba-tiba semuanya menjadi hening, saat Lica mengatakan hal itu kepada Ayana. Ayana pun melihat ke arah Tia yang tersenyum dengan sumringah, bukan tanpa alasan Tia tersenyum, karna baru kali ini ada yang menganggapnya sebagai cucu Ayana.
Ayana mendengarkan semua penjelasan dari Gama melalui handphone, awalnya hati Ayana memang masih belum bisa untuk menerima Tia.
Tapi saat melihat Gama yang mengirimkan sebuah vidio yang dimana Lica mencoba menyadarkan Aksara bahwa Tia tidak ada salah apa-apa, membuat setitik rasa iba dihati Ayana, karna dia tidak pernah menganggap Tia sebagai cucunya. Walaupun sebenarnya hal itu fakta, tapi Ayana juga iba dengan bagaimana hidup Tia yang tanpa ada orang tua disisinya.
"Tia!" panggil Ayana dengan suara yang pelan.
Tia berjalan ke arah Ayana dan tanpa aba-aba pun Ayana memeluk Tia dengan erat. Dan meminta maaf atas semua sikap buruknya selama ini kepada Tia. Tia yang mendengar itu pun memeluk Ayana dengan erat juga, lalu manggil Kia untuk memeluk Ayana bersama.
"Tia sama Kak Kia, sayang sama Oma! Tia gak peduli sama yang terjadi dulu, yang Tia mau sekarang keluarga kita sudah lengkap! Dengan adanya Mommy Lica dan Kak Kia." Semua orang yang ada di tempat itu pun menjadi terharu mendengarnya.
"Iya, Oma! Setidaknya, Kia udah rasain gimana punya daddy, adek dan opah!" ucap Kia dengan senyuman manisnya.
"Cucu-cucuku! Ayok masuk ke dalam, kita makan ayam goreng masakan oma!"
"Ayok, Oma!" Lica dan Aksara terkekeh melihat bagaimana tingkah Ayana dan juga kedua anak mereka.
"Papa duluan yah, mau main sama cucu papa yang menggemaskan itu dulu!" ucap Gama dengan semangat.
"Iya, Papa!"
"Sayang."
"Apa?" tanya Lica dengan menaikkan sebelah alisnya. Aksara yang mendengar itu pun langsung mendekatkan bibirnya ke arah telinga Lica, dan mulai membisikkan sesuatu yang membuat pipi Lica bersemu merah.
'Buat adik, untuk bocil-bocil kita!'
"Ishh ... apaan sih! Gak mau."
"Gak peduli! Ayok kita buat." Aksara langsung menggendong tubuh Lica ala bridal style, hingga membuat Lica memukul dada Aksara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Tuan Aksara (End)
Ficção Adolescente"Saya seakan berdosa, sudah menikahi gadis belia seperti kamu." Aksara Putra Dewana