Bab 41

7.4K 214 1
                                    


Aksara buru-buru berlari masuk ke dalam rumah sakit, karna mendapat pesan Lica ada di rumah sakit. Dan saat sibuk mencari ruangan Lica, tak sengaja mata Aksara melihat Lica yang berdiri di depan ruangan dengan gelisah.

"Lica!" Merasa terpanggil, Lica melihat kebelakang dimana Aksara berlari ke arahnya dan langsung memeluknya dengan erat.

"Kamu gak papa, 'kan? Apa ada yang sakit? Bilang sama saya." Lica masih sedikit kaget atas perlakuan Aksara yang tiba-tiba dan ditambah dengan pertanyaan beruntun itu.

"Lica gak papa, Om," ucap Lica dengan lembut.

"Terus kenapa kamu di rumah sakit? Siapa yang sakit?"

"Ila."

"Lica!" Aksara dan Lica melihat Bian yang keluar dari ruangan itu dengan tatapan yang tak bisa dijabarkan.

"Gimana keadaan, Ila?" tanya Lica dengan khawatir.

Aksara hanya diam dan tak bertanya sedikit pun, karna merasa ini masalah genting.

"Dia minta lo masuk ke dalam," ucap Bian dengan suara yang lirih.

"Lica masuk dulu yah, Om?" Aksara hanya menganggukkan kepalanya, saat Lica sudah masuk dia berjalan ke arah Bian dan mulai bertanya apa yang terjadi?

"Ada masalah apa ini?" Bian hanya diam, seakan tak ingin menjawab pertanyaan dari Aksara.

"Jawab!" tegas Aksara dengan suara yang dingin. Jangan salah-salah, Aksara ini dulu seorang mantan ketua geng motor yang sudah insaf.

Bian menatap ke arah Aksara dengan tatapan mata yang memerah seperti menahan tangis.

"Ila ... lumpuh."

Aksara shock di tempat mendengar ucapan dari Bian, jujur dia kasian dan juga tidak tega apa yang terjadi pada Ila.

"Jadi keadaannya sekarang gimana?"

"Tadi sempat mengamuk, tapi setelah itu dia mau, Lica, makanya Lica masuk ke dalam. Dan juga tadi sudah disuntik bius oleh dokter." Mendengar semua penjelasan Bian, Aksara benar-benar kasian terhadap kejadian yang menimpa Ila.

"Semoga dia cepat sembuh."

"Om Aksa!" Lica tiba-tiba keluar dari ruangan Ila dengan mata yang sembam.

"Lica, kamu gak pap---" Belum sempat Aksara bicara, Lica langsung memeluknya dengan erat seakan menumpahkan semua kesedihannya atas apa yang terjadi pada sahabatnya.

"O--om Aksa ...." Lica menangis tersedu-seduh, hingga baju Aksara basah terkena air matanya.

"Sabar Lic, kita berdoa untuk kesembuhan Ila." Bian melihat bagaimana dekatnya Aksara dengan Lica,  bukan seperti ponakan dan omnya. Melainkan seperti seorang pasangan.

'Apa perasaan gue aja?'

***

"Bagaimana? Kamu sudah melakukan apa yang saya bilang?" ucap seseorang itu dengan tegas.

"Sudah Bos, saya melakukan seperti yang Bos bilang."

"Bagus!"

"Kehancuran kalian sudah di depan mata," ucap seseorang itu dengan senyuman smirknya.

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang