Bab 65

7K 223 8
                                    

Ting! Tong!

Terdengar suara bel dari luar rumah yang membuat Netha langsung keluar untuk membukanya.

Saat membuka pintu itu, dengan girang Netha langsung memeluk keponakan kesayangannya itu. Hingga membuat Bian yang ada disamping Kia menautkan kedua alisnya.

"Dari mana lo, Cil? Mak lo mana? Gue nungguin kalian dari tadi!" ucap Netha dengan mengomel.

"Maaf! Anda siapa yah?" tanya Bian dengan santai.

Netha berdiri dari jongkoknya dan menatap Bian dari bawah hingga atas dengan tatapan sinis.

"Seharusnya? Gue yang nanya! Lo siapa? Kenapa ponakan gue ada sama lo?" ucap Netha dengan ketus ke arah Bian.

"Gue temennya Lica, tadi gue ada bawak Kia pergi makan es krim." Netha membulatkan matanya mendengar Kia makan es krim.

"Kenapa lo kasih dia makan es krim! Lo tau kan? Itu bisa buat dia pilek! Kalau misalnya terjadi sesuatu sama ponakan gue? Gue tuntut lo!" Mendengar perkataan Netha, membuat Bian menatapnya dengan jengah.

'Lebay!'

"Ya ampun Onty ndak laku-laku! Om ini baik ama Kia, dia ajakin Kia mam es krim! Mommy juga kasih kok." Bian menatap ke arah Netha dengan senyuman yang bangga, seolah dia menang dari Netha.

"Lo denger sendiri? Orang dia baik-baik aja, terus tadi juga Lica ngasih. Makanya gak usah lebay!" tekan Bian di akhir kalimat.

"Lo? Lo gak tau apa-apa! Jangan sok paham tentang keluarga gue!" ucap Netha dengan tegas.

"Ayok, Cil! Kita masuk ke dalam, gak boleh ada orang asing yang masuk ke rumah ini."

Kia menatap ke arah Bian dengan perasaan yang merasa bersalah, akibat perkataan tantenya.

"Kia masuk dulu yah, Om? Nanti kita jumpah lagi."

"Iya, Cantik, gih masuk ke dalam! Jangan lupa ganti baju dan makan yah? Om pamit dulu." Akhirnya Bian pergi dari perkarangan rumah Lica dengan senyuman yang manis mengarah ke Kia.

Saat masuk ke dalam rumah, Netha langsung menanyakan semuanya kepada Kia.

"Siapa orang itu? Kenapa kamu bisa pergi sama dia? Dan kamu tau, 'kan? Onty udah larang kamu? Jangan makan es krim! Kenapa kamu langgar?" Rentetan pertanyaan itu membuat Kia menatap Netha dengan malas.

"Ya ampun, Onty! Om itu temen mommy, tadi dia udah minta izin sama mommy! Kalau soal makan es krim, mommy juga udah izinin!" Netha menghela napas mendengarnya, dan dia pastikan saat Lica pulang. Dia bakal menanyakan semuanya.

"Ya udah, sekarang kamu ganti baju! Dan setelah itu makan, dan ingat? Ini terakhir kali onty liat kamu melanggar ucapan onty! Paham?"

"Iya, Onty."

'Kurang ajar lo, Lic. Biarin anak sendiri sama orang lain! Awas aja lo nanti.'

***

"Aduh! Kenapa bisa bocor gini sih? Tadi aman-aman aja." Lica menggerutu saat melihat ban mobilnya bocor, padahal dia mau pulang ke rumah setelah membeli beberapa cake untuk Netha.

Tiba-tiba mata Lica melihat ke arah lain di mana seorang anak muda sedang main game di taman.

"Zein!" Anak muda itu melihat asal suara itu dan menaikkan sebelah alisnya saat melihat siapa yang memanggilnya.

"Kak Lica?"

"Woy! Sini bentar! Gue butuh pertolongan lo nih." Mendengar itu, Zein langsung lari ke arah Lica dan melihat apa yang ingin perempuan itu mau.

"Kenapa, Kak?"

"Tolongin gue dong, ini ban mobil gue bocor! Kasian anak gue di rumah, udah nungguin gue," ucap Lica dengan memelas ke arah Zein.

"Bengkel jauh dari sini, Kak, mana gue juga gak ada peralatan, emang lo ada ban cadangannya, Kak?"

"Ada!"

"Oke, gue bantuin!" Lica tersenyum senang mendengar ucapan dari anak muda yang di hadapannya ini.

Melihat Zein yang begitu mahir dalam membuat ban mobilnya, membuat Lica teringat akan Netha.

"Gue denger, lo udah ada pacar?" Saat sedang memperbaiki ban itu, membuat Zein menghentikan sejenak kerjanya.

"Udah."

"Lo gak kejar Netha lagi? Lo udah nyerah yah? Dan cari orang lain?" Zein hanya bisa bungkam dari semua pertanyaan yang keluar dari mulut Lica.

"Gue gak bakal ngejar orang yang gak bisa buka hatinya buat gue, gue nyerah! Sekarang ada orang lain dihidup gue, yang lebih menghargai gue! Apa lagi umur gue juga terpaut jauh sama dia, pasti dia bakal ketemu yang lebih baik."

Lica sebenarnya bisa melihat bagaimana sikap Zein kepada Netha, tapi Lica juga tau, Zein berhak bahagia.

"Lo bener, Netha itu keras anaknya! Do'ain yah? Semoga dia cepet dapet jodoh," ucap Lica dengan bercanda.

"Amin." Mendengar ucapan Zein membuat Lica merasa Zein betul-betul serius sama ucapannya.

"Makasih udah cinta sama Netha, lo berhak bahagia."

"Makasih, Kak!"

Tak terasa bahwa ban mobil Lica sudah siap diperbaiki, membuat Lica tersenyum senang dan mengeluarkan beberapa lembar uang dari tasnya.

"Nih, buat lo!" Lica menyodorkan beberapa lembar uang itu, tapi Zein tidak mengambilnya, dia malah menatap ke arah Lica dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Buat apa? Upah? Santai aja kali, gue nolonginnya tulus kok, itung-itung sedekah," ucap Zein dengan santai.

"Serius ini buat lo, terima dong! Sebagai tanda terima kasih dari gue."

"Sorry, Kak! Gue gak bisa terima, kalau lo ngasih itu? Gue gak bakal nolongin lo lagi."

"Ish! Kok gitu sih? Gue tulus ngasihnya."

"Gue juga tulus nolong lo! Gue gak bakal terima!" ucap Zein dengan tegas.

"Ya udah, kalau lo gak terima. Sebagai tanda terima kasih gue? Lo mau gak? Makan malam nanti di rumah gue? Sebelum gue pergi acara nanti malam."

"Gue gak bisa, gue sibuk, Kak! Ya udah gue permisi yah." Melihat Zein yang langsung pergi dari hadapannya, membuat Lica menarik napas dalam-dalam.

'Kasian, tapi cinta juga gak bisa dipaksa! Semoga lo langgeng sama cewek lo, Zein.'

Tak terasa hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, Lica sudah siap dengan dressnya yang sangat mewah, dan belum lagi make upnya yang mirip dengan artis Korea.

"Huwaaaa! Mommy cantik banget," ucap Kia dengan semangat.

Netha hanya melihat Lica sekilas dan enggan memberi apresiasi. Karna tadi saat pulang mereka ada terjadi bentrok, hingga membuat keduanya hanya saling diam.

"Makasih cantik mommy, ya udah! Mommy pergi dulu yah? Kia di sini sama onty, oke?"

"Oke, Mommy!"

"Neth, gue titip Kia."

"Hm."

Saat akan membuka pintu rumahnya, Lica kaget melihat Bian yang sudah berdiri di depan pintunya dengan senyuman yang mengembang.

"Ngapain lo di sini?"

"Gue tungguin lo! Kita pergi bareng."

"T--tapi?"

"Gak ada tapi-tapi! Lo mau kita terlambat?"

Akhirnya, mereka pun pergi ke acara itu, bahkan semua mata tertuju pada Lica dan Bian, karna seakan mereka adalah pasangan yang serasi. Padahal bukan.

Saat sedang bersapa dengan beberapa tamu, tiba-tiba Bian mengajak Lica untuk menyapa tamu yang baru datang, dan saat berbalik badan. Minuman Lica jatuh ke lantai saat matanya bertemu dengan seseorang.

"A--aksara!"

Tbc

Istri Kecil Tuan Aksara (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang