Sontak Aksara dan Gama melihat ke arah pintu, dimana seorang anak kecil berlari ke arah mereka dan memeluk Aksara dengan kuat.
"Papi kok gak jemput Tia sih? Untung tadi ada pak supir yang jemput Tia!" ucap Tia dengan mengerucutkan bibir mungilnya itu ke arah Aksara.
"Lepasin saya!" ucap Aksara dengan dingin ke arah Tia.
Tia pun melepaskan pelukannya itu, dan menatap sendu ke arah Aksara.
"Tia, sini sama opah!" panggil Gama kepada Tia, hingga membuat Tia berlari ke arah Gama.
"Gimana sekolah Tia tadi?" tanya Gama dengan lembut.
"Seru, Opah! Dan Opah tau gak? Tia dapat nilai yang tinggi dari Bu guru!" ucap Tia dengan semangat, hingga membuat Gama terkekeh ke arahnya.
"Wow! Pinter dong cucu opah."
"Iya, dong."
Aksara tidak menggubris apapun yang diceritakan oleh Tia dan Gama, dia hanya sibuk memandangi foto seorang perempuan dengan rambut yang dikuncir kuda, dan menggunakan seragam SMA.
'Di mana kamu sekarang? Saya sudah mencari keberadaan kamu dimana pun itu! Kenapa saya tidak bisa menemukan kamu? Apa kamu sudah menemukan pengganti saya?'
Aksara menaruh kembali foto itu di dalam laci dengan hati-hati, lalu keluar dari ruangan itu, dengan meninggalkan Gama dan Tia berdua di dalam ruangan itu.
"Papi kenapa benci sama Tia, Opah?" Mendengar pertanyaan Tia, membuat Gama menjadi tidak tega.
"Papi gak benci kok sama, Tia. Papi lagi capek aja! Makanya tadi papi ngomong gitu," ucap Gama dengan lembut sambil mengelus pelan pucuk kepala Tia.
"Jadi papi gak benci sama Tia?"
"Gak dong! Papi itu sayang banget sama Tia, kan Tia anak pinter!" Mendengar itu membuat senyuman yang mereka dibibir mungil Tia, hingga membuat Gama terkekeh melihatnya.
"Opah betul! Papi sayang sama Tia!"
'Saya tidak tega kalau membenci kamu, Tia. Walaupun, ibu kamu sudah menghancurkan kehidupan anak saya! Tapi saya masih punya hati untuk tidak membenci anak kecil seperti kamu.'
***
"Woy, Bian! Fokus banget lo!" Bian tidak menggubris apapun yang dikatakan oleh Jordan, dia hanya sibuk dengan gadgetnya.
"Lo denger gue gak sih?" tanya Jordan dengan jengah ke arah Bian.
"Apa sih lo! Ganggu gue yang sibuk main game aja!" Sontak Jordan membulatkan matanya dan menatap sinis ke arah Bian.
"Apa kata orang di perusahaan ini, kalau tau bos mereka sibuk dengan gamenya?" ucap Jordan dengan julid ke arah Bian.
"Gue gak peduli!"
Sudah lima tahun berlalu, Bian mengurus perusahaan papanya, dia menjadi Direktur di perusahaan itu. Sedangkan Jordan dia angkat menjadi sekretarisnya.
Mengenai papa Bian, Mahendra telah dipenjara akibat perbuatannya, setelah dipenjara, tidak lama dari situ Mahendra terkena sakit keras yang membuat dia kehilangan nyawanya. Awalnya Bian tidak mau mengurus perusahaan itu, tapi mengingat dendamnya terhadap Aksara, dia mau menerima perusahaan itu. Untuk menjatuhkan Aksara, akibat perbuatan Aksara yang membuat Lica pergi.
"Gue mau pergi dulu!" Saat mau keluar dari ruangannya, tiba-tiba Jordan memanggilnya.
"Pergi kemana?" tanya Jordan dengan bingung.
"Pergi ke 'rumah Ila'." Jordan tersenyum tipis mendengar ucapan Bian, lalu mengatakan sesuatu yang membuat Bian terkekeh.
"Hati-hati, nanti digoda neng Ila."
"Ngacok! Ya udah, gue pergi dulu!"
'Gue tau Bian, sebenarnya lo ada rasa sama Ila dulu! Tapi tertutup rasa gengsi lo.'
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Tuan Aksara (End)
Teen Fiction"Saya seakan berdosa, sudah menikahi gadis belia seperti kamu." Aksara Putra Dewana