그 여자를 도와줘
[Aku Membantu Perempuan itu]
"Aku dengar, Kak Jeonghan suka dengan pria. Kau yakin ingin dekat dengannya?"
Kedua telinga Dohee berjengit, kaget mendengar pernyataan Yewon yang baru keluar dari kamarnya saat ia sedang fokus mengedit foto di ruang tengah apartemen mereka. Langsung saja Dohee menghadiahi Yewon dengan dua sorot matanya yang tajam, menunggu perempuan itu memberikan penjelasan setelah mengambil air di dapur yang letaknya bersebelahan dengan ruang tengah.
"Kabar tentang kau dekat dengannya sedang ramai diperbincangkan di agensi. Aku sampai ditanya-tanya oleh orang." Kata Yewon lalu duduk di hadapan Dohee dan menyesap minuman dinginnya dengan santai.
"Mereka mengenal Jeonghan?"
Yewon mengangguk. "Hm... sepertinya. Ada beberapa staff dan model yang bilang kalau dia, Homo."
"Dan kau percaya?"
Raut wajah Yewon berubah, seperti baru saja tersadar akan sesuatu. Sedangkan Dohee menghela napas pelan, ia paham jika Yewon tahu maksud pertanyaan retorisnya tersebut. Rumor yang didengar Yewon, tentu saja, berasal dari sosok menyebalkan bernama Choi Seungcheol. Dohee yakin itu karena apa yang terjadi sesuai dengan ekspetasinya.
"Kenapa aku harus percaya, ya? Aku baru ingat kau sudah menanyakan orientasi seksualnya saat pertama kali bertemu, Kak, hahaha!"
Tawa Yewon terdengar renyah, puas sekali sampai membuat Dohee mendesis kesal dan melupakan pekerjaannya.
"Seungcheol benar-benar melakukannya. Pria brengsek!" Dohee tiba-tiba mengumpat, menghentikan tawa Yewon yang merasa tidak enak hati karena telah menertawainya. Teman satu apartemennya itu baru benar-benar sadar jika apa yang didengarnya di kantor adalah satu cara Seungcheol untuk membalas dendam kepada Dohee.
"Ehem... Jadi, begini caranya?"
"Kau pikir?" Tanya Dohee balik, sewot hingga membuat Yewon merasa kikuk di depannya.
"Apa kau lupa bagaimana orang-orang mengira kita berselingkuh di belakangnya? Apa kau lupa saat teman dekatmu mengira kau menyukai perempuan?" Dohee mencecar Yewon, meluapkan emosi yang tidak sempat ia tahan sampai tidak memperdulikan perasaan perempuan di hadapannya yang sudah menundukkan kepala--kalut setelah mengingat pengalaman buruk yang menimpanya dulu.
"Brengsek! Pria brengsek! Tolol!" Caci Dohee benar-benar marah, menyesakkan dada Yewon yang juga ingin bersumpah serapah kepada manusia yang menyebabkan banyak masalah pada hidupnya sejak setahun lalu--yang untungnya sudah berhasil ia atasi sekarang. Tetapi, meski begitu, Yewon tetap kesal dan terkadang ingin mencekik pria itu.
"Jadi... apa yang akan kau lakukan, Kak?" Yewon memberanikan diri untuk bertanya setelah menenangkan diri dengan teknik pernapasan yang ia pelajari saat Yoga. Ia tahu, Dohee juga sedang kalut sampai berani bersumpah serapah dengan suara lantang.
"Tidak tahu!" Seru Dohee yang masih kesal dengan dada yang naik turun. Kini, perempuan itu yang harus menenangkan diri. Perasaannya sangat buruk, selain teringat apa yang pernah dialaminya bersama Yewon, ia juga kepikiran akan Jeonghan.
Pria itu tidak membuat masalah apapun, tetapi kini harus menanggung rumor menyebalkan karena dirinya. Dan sosok yang menyebarkannya adalah manusia yang sama. Si Choi Seungcheol, mantan kekasihnya yang menyebalkan.
~~~
"Aku heran, deh. Kenapa, sih, Kak? Kau malah membantunya?" Mingyu bertanya frustasi, mendelik kepada Jeonghan yang sedang membereskan barang-barangnya, bersiap pulang setelah melakukan pemotretan dengan Mingyu.
Tentu saja pertanyaan itu menghentikan pergerakan Jeonghan. Ia paham maksud Mingyu, merujuk pada sikapnya yang membantu Dohee, berpura-pura sedang dalam tahap pendekatan dengan perempuan itu untuk menghentikan hal yang tidak-tidak dengan mantannya. Dan entah sudah berapa kali Mingyu mempertanyakan hal yang sama kepadanya sampai Jeonghan lelah.
"Kalau aku tidak membantunya, nanti dia akan bagaimana, Mingyu?"
"Ya, biarkan saja." Sahut Mingyu kesal dibalas sorot mata tajam Jeonghan yang kemudian tidak memahami hubungan pertemanan macam apa yang dihadapi oleh Mingyu dan Dohee sebenarnya.
"Maksudmu, membiarkan Dohee mengacau di studio? Membiarkan Dohee, sahabatmu itu, mempermalukan dirinya sendiri di depan orang banyak?"
"Dia sudah sering melakukannya." Seloroh Mingyu membuat Jeonghan tidak habis pikir.
Kening Jeonghan berkerut, memperhatikan Mingyu yang tengah menghela napas panjang, membalas tatapannya dengan kalut. Tanpa perlu ditanya, Mingyu pun kembali membuka mulut, berbicara dengan cepat kepada Jeonghan yang harus menunda waktu pulangnya itu.
"Anak itu sering melakukan sesuatu tanpa dipikir dua kali, Kak. Dia sering mengacau, emosinya tidak bisa diatur. Dohee juga sudah terkenal sebagai fotografer yang aneh. Pokoknya namanya tidak begitu baik. Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa karena dirinya, Kak. Dohee bukan seseorang yang harus kau bantu."
Hening. Mingyu melirik Jeonghan yang terdiam lama, terlihat sedang mencoba memahami penjelasannya tentang Dohee yang sudah dikenalnya sejak kuliah sambil memperhatikan lantai yang dipijakinya dengan intens. Bukannya jahat, Mingyu malah berniat baik ingin menjauhkan Jeonghan dari segala masalah yang bisa muncul karena berhubungan dengan Bae Dohee.
Mingyu akui, Dohee yang merupakan sahabatnya itu bukanlah sosok yang bisa diajak berkompromi meski sifatnya baik. Tidak semua orang bisa memahami Dohee dan ia tidak yakin Jeonghan bisa melakukannya pula.
"Apakah jika posisi Dohee dirubah menjadi diriku, kau juga akan mengatakan hal yang sama kepada orang lain?" Tiba-tiba Jeonghan mengeluarkan suara, nadanya sedikit tajam sampai Mingyu terkesiap.
"T-tidak... mak--"
"Kau ingat, kan, kalau aku juga terkenal sebagai model yang 'aneh'?" Tanya Jeonghan lagi, menyebut kata 'aneh' dengan sedikit penekanan, sengaja menyentil Mingyu yang sudah mengatupkan bibir sangking terkejutnya dengan pertanyaan retorisnya tersebut.
"Aku tidak mengerti..." Kata Jeonghan menyoroti Mingyu dengan tajam untuk kesekian kalinya hari ini, "apakah begitu caramu memperlakukan sahabatmu sendiri?"
"Tidak, Kak! Bukan begitu maksudku." Mingyu berkilah frustasi tetapi Jeonghan enggan mendengarkan dan kembali sibuk membereskan seluruh barangnya dengan cepat.
"Dohee itu tidak seperti dirimu, dia--dia bisa membuatmu pusing. Sifatnya menyebalkan, kau tahu sendiri, kan saat--"
"Aku pulang." Pamit Jeonghan seakan omongan Mingyu barusan hanyalah angin lewat.
"Kak..."
"Makasih hari ini." Ucap Jeonghan meski kesal tidak lupa berterima kasih kepada Mingyu yang tengah meringis putus asa. Enggan mendengar alasan lain dari Mingyu, Jeonghan pun segera bergerak keluar dari studio, meninggalkan pria yang mencoba memanggil namanya beberapa kali itu dengan lirih.
Begitu keluar dari studio, Jeonghan dengan refleks mengembuskan napas panjang. Ia tidak tahu mengapa ia merasa cukup kecewa dengan sikap Mingyu yang terkesan jahat kepada Dohee di matanya. Padahal, kalau dipikir lagi, Mingyu lebih tahu Dohee daripada dirinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, Jeonghan sudah terlanjur membantu Dohee. Perempuan itu memang aneh, seperti yang dikatakan Mingyu. Tapi, Dohee tetaplah manusia biasa.
Masih teringat jelas dalam ingatan Jeonghan bagaimana perempuan itu beradu mulut dan menangis karena mantannya. Bukankah pemandangan itu sudah sangat jelas kalau Dohee juga perlu dibantu?
Drrrtttt
Drrrtttt
Drrrtttt
Jeonghan terkesiap. Ponsel dalam kantung celananya bergetar. Buru-buru ia meraih ponselnya dari sana, melihat pemberitahuan yang tiba-tiba membeludak memenuhi tab notifikasinya. Pemberitahuan yang membuat kedua bola mata Jeonghan melebar.
Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Boy [Complete]
FanfictionBae Dohee menyukai wanita cantik dan membenci model pria. Kehidupan asmaranya pun tidak pernah berjalan mulus hingga ia bertemu dengan pria impiannya, seorang pria cantik bernama Yoon Jeonghan.
![Pretty Boy [Complete]](https://img.wattpad.com/cover/354729460-64-k18651.jpg)