Pretty Boy [Complete]

33. 이것만은 진심이야

이것만은 진심이야
[Aku serius]

Jeonghan sedang merapikan barang-barangnya di ruang ganti saat seseorang mengetuk pintu ruangannya dengan pelan. Ia pun segera menghentikan kesibukannya dan membuka pintu itu, menemukan seorang pria beberapa centi lebih pendek darinya berdiri dengan raut tegas di sana. Jeonghan tidak mengenal pria itu sama sekali hingga ia memandangnya tanpa ekspresi, menunggu sang pria untuk berbicara karena ia tidak punya mood untuk memulai pembicaraan dengan orang asing yang mengetuk pintu ruang gantinya saat ia sedang sibuk.

"Apa benar, anda Yoon Jeonghan?"

"Ya? Ada perlu apa?" Tanya Jeonghan to the point.

Tiba-tiba pria itu membungkukkan badan dengan cukup dalam, mengejutkan Jeonghan yang segera mundur beberapa langkah untuk memberikan ruang kepada pria itu. Jeonghan benar-benar clueless hingga pria itu berbicara.

"Saya Lee Chan, manager Choi Seungcheol, benar-benar meminta maaf atas apa yang telah dilakukan oleh artis saya. Saya berjanji tidak akan membiarkan hal itu terulang lagi. Saya mewakili agensi dan Choi Seungcheol sendiri dengan tulus meminta maaf." Jelas pria bernama Lee Chan itu sambil membungkuk, membuat Jeonghan jengah dan harus memperhatikan ke sekitar koridor, memastikan tidak ada yang melihat kejadian ini.

"O-oke. M-maaf, Lee Chan... anda tidak perlu membungkuk." Kata Jeonghan buru-buru menyuruh Chan untuk berdiri dengan tegap lagi, setelah melihat sisi wajah Chan yang memerah.

"Untuk pengobatan dan segalanya, anda bisa menghubungi nomor saya di kartu nama ini. Saya harap anda tidak melaporkan ke wartawan atas kejadian itu." Kata Chan yang sudah berdiri dengan normal, ia meraih kartu nama dalam kantung bajunya dan memberikannya kepada Jeonghan yang menerimanya dengan kikuk.

"O-oh iya... jangan khawatir."

"Sekali lagi, saya min--"

"Yaa! Chan! Apa yang kau lak--sial!"

Suasana di koridor itu tiba-tiba hening saat Seungcheol berseru memanggil Chan yang ketahuan berbincang dengan Jeonghan di depan ruang ganti. Baik Jeonghan dan Chan menatap Seungcheol dengan ekspresi berbeda-beda, sedangkan Seungcheol sendiri menyoroti Jeonghan dengan sinis, mengingat apa yang telah terjadi di antara mereka.

Malu untuk memutar langkah, Seungcheol pun tetap berjalan menghampiri Chan. Ia meremas pundak managernya dengan cukup kuat, menyalurkan emosi yang tidak bisa ia keluarkan secara gamblang di ruang publik hingga ia meminta pria itu untuk beranjak dari sana.

"Aku ingin berbicara denganmu, Jeonghan. Kau ada waktu, kan?" Tanya Seungcheol memastikan, lebih ke pemaksaan karena nadanya yang seperti ingin mengancam.

"Kak, setel--"

"Sebentar saja." Pinta Seungcheol gusar, menghentikan omongan Chan yang tidak ingin kejadian buruk terjadi lagi di antara mereka.

Tapi, tahu Seungcheol tidak bisa dielak keinginannya, Chan pun menyerah dan berpamitan kepada Jeonghan. Meninggalkan dua manusia itu berdiri berhadapan di depan ruang ganti dengan aura yang tidak bisa dideskripsikan suasananya seperti apa. Intinya sangat tegang dan membuat energi orang tersedot tak bersisa.

"Aku akan ganti rugi pembiayaan rumah sakit dan obatmu." Kata Seungcheol tegas sepeninggal Chan dari koridor itu. Ia merebut kembali kartu nama Chan yang masih di pegang Jeonghan, meremukkannya dan memasukkannya ke dalam kantong celana.

"Hmm... oke." Balas Jeonghan kikuk, tidak punya keinginan untuk mengatakan apapun karena merasa permasalahan mereka telah usai.

Jeonghan terlalu lelah untuk memulai pertengkaran. Selain tubuhnya yang tidak sebugar Seungcheol untuk adu jotos, Jeonghan pun merasa sudah mengatakan apa yang ingin dikatakannya kemarin tentang Dohee kepada pria itu. Toh, sekarang Dohee juga sudah menjadi miliknya meski ia belum meminta perempuan itu untuk menjadi pacarnya secara official--Jeonghan selalu lupa karena rasanya mereka sudah berpacaran tanpa harus memberikan pertanyaan itu.