26. 기분이 좋아져요

230 47 10
                                        

기분이 좋아져요
[Itu membuatku lebih baik]

Jeonghan lebih banyak diam, memandang makan siangnya tanpa nikmat karena masih memikirkan sikapnya yang sangat egois kepada Dohee. Ia sendiri tidak mengerti mengapa sangat marah saat menemukan Dohee di bilik khusus untuk orang yang merokok, sampai berani menghampiri perempuan itu dan merebut puntung rokok dari bibirnya sebelum dinyalakan. Seakan ia dan Dohee memiliki hubungan lebih dari teman hingga ia mengkhawatirkan kesehatan perempuan itu.

Aneh, pikir Jeonghan.

"Kak? Kau tidak diet, kan?" Tanya Dohee sambil melambaikan satu tangannya di depan wajah Jeonghan--yang akhirnya tersadar dari lamunannya.

"Aku makan." Ucap Jeonghan lirih, menyuapi dirinya dengan makanan khas Korea yang dibelikan Dohee untuknya siang ini.

"Kau ada pemotretan di kantorku hari ini atau--"

"Aku ingin menemuimu." Kata Jeonghan memotong omongan Dohee yang memang sempat terhenti untuk mencari kemungkinan lain dari alasan Jeonghan berada di kawasan kantornya--dan mendengar pernyataan Jeonghan membuat Dohee hampir tersedak. Ia tidak mengira pria itu ingin menemuinya sampai rela menghampirinya ke kantor.

"Ehem... a-ada apa, Kak?" Tanya Dohee lalu meminum air mineral dengan cukup banyak untuk melegakan tenggorokannya. Kini ia benar-benar meletakkan alat makannya di sisi mangkuk nasi, berhenti makan untuk mendengarkan Jeonghan sepenuhnya.

"Mingyu menelponku."

Bedebah. Dohee menahan diri untuk tidak mendesis dengan jelas saat mendengar nama sahabatnya yang menyebalkan itu tersebut oleh Jeonghan. Ia tidak tahu masalah apalagi yang dibawa Mingyu ke dalam hidupnya hari ini, membuat Dohee ingin mengunci leher pria itu jika mereka bertemu kelak.

"Aku minta maaf, karena diriku kalian jadi bertengkar."

"Dia yang harusnya meminta maaf. Kenapa harus kau, Kak?" Tanya Dohee sewot lalu menghela napas gusar, kali ini Mingyu sudah kelewatan batas pikirnya.

Bisa-bisanya Mingyu membuat Jeonghan rela menemuinya untuk minta maaf di siang hari. Padahal yang seharusnya minta maaf adalah Mingyu yang seenak jidat menuduhnya macam-macam, menyalahinya yang masih berpura-pura berhubungan dengan Jeonghan dengan intensi lain. Entah Mingyu bisa disebut lagi sebagai sahabatnya atau tidak, Dohee rasanya muak. Ia tidak paham dengan jalan pikiran pria itu yang menurutnya terlalu protektif kepada Jeonghan dengan cara yang salah.

"Aku seharusnya menjelaskannya kepada Mingyu."

"Tidak perlu." Elak Dohee cepat. "Kau punya hak untuk tidak melakukannya. Ini urusan kita dan dia tidak punya andil untuk ikut campur."

"Tapi, kau jadi disalahkan, Dohee."

"Aku juga tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Tapi, kau tidak perlu mengkhawatirkan hal itu, Kak. Mingyu memang menyebalkan."

Dohee tampak berususah-payah menahan emosinya, disadari oleh Jeonghan yang langsung menghela napas panjang. Jeonghan benar-benar tidak enak hati. Bukannya membantu Dohee, ia malah merasa selama ini sudah menyusahkan perempuan itu dengan segala macam masalah. Belum lagi membuat Dohee bertengkar dengan Mingyu yang diketahuinya setelah menjawab telepon Mingyu pagi ini yang kalang-kabut saat mendengar kabarnya yang 'sakit' kemarin.

Jeonghan pun tahu Mingyu memarahi Dohee setelah pria itu mencak-mencak menyumpahi Dohee yang tidak kunjung menyelesaikan hubungan pura-pura mereka. Padahal, menurut Jeonghan, yang patut dimarahi adalah dirinya. Bukan Dohee, yang selama ini sudah banyak membantunya.

"Mingyu bersikap terlalu berlebihan. Aku juga heran, sampai tidak tahu apakah ia menganggapku sebagai sahabat atau tidak. Dia seakan memperlakukanku sebagai penjahat." Dohee mengeluh, kali ini sembari mengunyah makan siangnya karena tiba-tiba merasa lapar setelah emosi yang daritadi menguasai.

"Aku tahu, dia mungkin khawatir aku sengaja memperpanjang hubungan pura-pura kita karena aku menyukaimu, tapi dia terlalu berlebihan seakan aku akan menyakitimu. Benar-benar bedebah." Tambah Dohee yang tidak sadar susah berkeluh-kesah di depan Jeonghan yang memperhatikannya dengan intens.

Dohee cerewet sekali pikir Jeonghan, mengingatkannya akan Mingyu. Tetapi, perempuan itu jauh terlihat lebih imut di matanya, sambil mengunyah makan siang dengan pipi yang sedikit mengembung. Diam-diam, Jeonghan pun tersenyum kecil. Ia hampir melupakan keresahan yang menyapa hatinya tadi, keasyikan memperhatikan Dohee sampai perempuan itu berhenti bicara dan mendelik kepadanya.

"Kau tidak makan, Kak?" Tanya Dohee sambil menunjuk makan siang Jeonghan yang mungkin sudah mendingin di atas meja.

Jeonghan pun tersadar dan gelagapan. "A-aku akan makan."

"Hmm... kalau masih lapar, aku akan memesankamu lagi atau kalau mau dipanaskan ak--"

"Aku akan memakannya, Dohee." Kata Jeonghan lembut, mulai menyuapi dirinya kembali dengan nasi dan side dish yang ada, berhasil mendiamkan Dohee yang menggulum senyum kepadanya. Senyum yang sukses membuat jantung Jeonghan berdegup tidak keruan.

~~~

"Kak Jeonghan!"

Telinga Dohee memanas mendengar suara menyebalkan itu. Suara yang menahan langkahnya dan langkah Jeonghan yang sudah berbalik untuk melihat sang pemilik suara yang membuat senyum Dohee lenyap di wajah. Mihye. Model yang baru bekerja dengannya itu ternyata masih ada di kantor.

"Oh... Mihye? Kau di sini?" Jeonghan menyapa Mihye balik, tersenyum kecil pada perempuan itu yang sempat melirik Dohee dengan sinis.

Hati Dohee pun memanas, ia berusaha menahan diri untuk tidak emosi di depan Jeonghan yang bersikap ramah kepada perempuan menyebalkan itu. Ada rasa heran pula melihat Mihye terlalu berani mendekati pria yang sudah berpacaran--meski sebenarnya ia dan Jeonghan tidak benar-benar berpacaran.

"Aku baru selesai pemotretan, Kak. Kau sendiri ngapain, Kak?" Tanya Mihye manja yang membuat Dohee gemas karena seharusnya perempuan itu tahu alasan Jeonghan ke kantornya. Tentu saja karena Dohee!!

"Menemui Dohee."

Tuh, kan...

"Oh iya, ini pacarku Bae Dohee." Jawab Jeonghan lalu menarik Dohee mendekat, meningkatkan rasa percaya diri Dohee yang sudah menyunggingkan senyum kemenangan kepada Mihye.

"Oh..."

"Dia modelku tadi, Kak." Kata Dohee dengan manja kepada Jeonghan sambil menatap pria itu dengan dua mata berbinar--cukup mengejutkan Jeonghan yang sempat mengirimkan tanda tanya besar kepada Dohee lewat tatapannya.

"Ah... begitu." Ujar Jeonghan dengan cengiran kecil di wajah. Ia lalu melirik Mihye yang mendelik kepada Dohee, tersadar jika perempuan itu tidak menyukai Dohee.

Sebenarnya, Jeonghan jadi merasa lega telah memperkenalkan Dohee kepada Mihye. Selama ini perempuan itu selalu mencoba mendekatinya, mengirimkannya pesan--yang tidak pernah Jeonghan balas--dan akhirnya sekarang ia punya alasan untuk mengindahkan sikap Mihye yang mengganggunya.

"Hmm... kalau begitu, aku pergi dulu, Mihye. Dohee harus beres-beres untuk jadwal selanjutnya. Ya, kan, Dohee?"

Dohee mengangguk cepat, senang karena Jeonghan mengusulkan ide itu untuk segera beranjak dari Mihye yang sudah malas dilihatnya. Sedikit terkejut karena Jeonghan bisa berbohong atas nama dirinya, tetapi ia tidak peduli. Yang penting Jeonghan tidak memperdulikan Mihye dan itu sudah membawa angin segar untuk Dohee yang yakin jika pria di sampingnya tersebut have no interest kepada sang model menyebalkan di depan mereka.

"Ya! Jadwal pacaran, kan? Hehe..." Dengan sengaja Dohee menggoda Mihye yang mendesis kecil karenanya.

Jeonghan pun terkesiap, menahan senyum saat melihat wajah pongah Dohee yang tertuju kepada Mihye. Perempuan itu lucu pikir Jeonghan lalu buru-buru berpamitan kepada Mihye dan berbalik menarik Dohee menjauh sebelum ada perang tak terlihat di antara dua perempuan tersebut.

Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^

Pretty Boy [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang