⊂Hal. 2⊃

29 7 0
                                    

☆ ㅤ     ❏ ㅤ        ⎙           ⌲
ᵛᵒᵗᵉ    ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ    ˢᵃᵛᵉ       ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING ••►

|Pukul 19 : 30

        Hujan deras di malam hari, beberapa kendaraan tampak terjebak karena kemacetan. Ziga berjalan di trotoar berbalut jas hujan hitam panjang, kepalanya tampak tertutup rapi dengan tudung itu. Di punggungnya tas anti air di biarkan terkena tetesan hujan.

Sudah 20 menit ia berjalan, akhirnya sampai di sebuah kedai tua. Ia membuka jas hujan lalu menggantungnya di dinding dekat pintu bersama jas hujan pengunjung lainnya.

Ia memasuki kedai kopi itu, banyak orang-orang dewasa yang singgah hanya untuk minum kopi atau berjudi ilegal. Di bagian dalam setelah kedai, ternyata sangat luas. Suasana nya tampak hangat dan berisik berbeda di kedai yang tenang dan dingin.

Ziga memasuki sebuah ruangan VIP dan mendapati seorang laki-laki yang tengah menghitung uang di Money Counter. Satu lengan kanan nya menggapir sebatang rokok yang berasap.

"Lu dateng awal hari ini," terdengar suara berat itu saat kedua manik hitamnya bertemu dengan milik Ziga.

"Nenek, lagi gak di rumah." jawab Ziga, ia segera duduk di sebrang nya yang terhalang meja lebar itu.

Ziga membuka tasnya dan mengeluarkan 8 gepok uang, masing-masing bernilai 20jt di atas meja.

"Kerja bagus," sahut pria itu memasukan semua uang itu kedalam brankas. Ziga kembali memakai tas nya dan berdiri.

"Bapak gak mau pulang? Nenek nanyain terus," kata Ziga menatap ayah kandungnya itu.

"Wajar dia tanya-tanya, karena gua anaknya. Jangan berani lu ungkit apapun tentang gua," ucap pria itu tanpa menoleh, sibuk menghitung uang.

"Sekolah lu gimana?" tanya pri itu kini mengangkat wajahnya.

"Biasa aja," jawab Ziga dan segera berbalik meninggalkan ruangan itu.

"Dia beneran anak gua bukan?" tanya nya menatap kepergian Ziga dengan geleng-geleng kepala.

Ziga kembali memakai jas hujan nya dan segera menjauh dari kedai itu, hujan masih belum reda.

∴∵∴ 

     Di dekat lampu merah, ia melihat seorang gadis yang tengah memegang payung. Serta plastik kecil yang berisi obat, tangan kanannya memegang sebuah kruk. Kedua manik nya yang bergerak-gerak tetapi tidak dapat melihat apapun, hanya bayangan buram yang di dapatkannya.

Ziga berjalan mendekat dan menggenggam pergelangan tangan gadis cantik itu, gadis itu tampak terkejut dan menengadah menatap nya, meski ia tidak bisa melihat tapi gadis itu mampu tersenyum dengan manis.

"Kak Ziga? Ini kak Ziga kan?" tanya nya, ia tampak senang. Ziga menoleh tanpa ekspresi.

"Ngapain disini?" Ziga balik bertanya, dan kembali menatap ke depan.

"Anja...abis beli obat Ibu, bang Angga baru pulang. Katanya capek, gak mau di ganggu." jawab Anja, dia tetangga Ziga. Jarak rumahnya hanya terhalang jalan saja, alias bersebrangan.

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang