⊂Hal. 23⊃

2 1 0
                                    

☆ ㅤ ❏ ㅤ ⎙ ⌲
ᵛᵒᵗᵉ ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ ˢᵃᵛᵉ ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING••►

         Zuyan terlihat duduk di kursi kebesaran di dalam ruang kerjanya, ia menatap televisi berita tentang aksi terorisme di Zieway Mall sore ini. Kabar terbarunya, sudah mencapai lantai 15 yang hancur oleh bom yang sudah di pasang.

Tentara penjinak bom mulai beranjak menjinakkan bom dari lantai satu, kini baru menuju lantai ke 5.

"Ziga, udah gila." gumam Zuyan tidak percaya dengan tindakan yang dilakukan oleh Ziga.

Tok...tok...tok...

"Masuk," ucap Zuyan membuat orang yang mengetuk pintu segera memasuki ruangannya, ternyata Bagas asisten nya.

"Tuan sudah mengamuk, dia meminta lebih banyak tentara dan polisi untuk mencegah kerugian di Zieway Mall," kata Bagas. Zuyan segera berdiri dan berjalan menuju ruangan Papahnya yang tak jauh dari ruangannya.

"Dasar gak becus!! Cepat cari tau siapa yang berani-beraninya mengacau bisnis saya!" terdengar teriakan didalam ruangan, seorang pria berjas rapi tampak marah-marah pada sambungan telepon nya.

"Pah, mustahil untuk hentikan aksi itu. Mereka butuh sesuatu yang harus Papah lakukan sendiri," ucap Zuyan menatap pria itu dengan yakin.

"Kamu tahu harga gedung itu? 995 Miliar! Semua akses perusahaan terpusat dari sana! Kalau semuanya hancur bisa bangkrut! Tidak adalagi pemasok dan penyokong perusahaan ini!" tutur Papah dengan penuh amarah.

"Siapkan mobil sekarang," ucapnya lagi pada Pak Qio asistennya yang segera mengangguk dengan patuh.

"Papah mau kemana?" tanya Zuyan.

"Kantor pemerintah! Kita tidak boleh rugi lebih banyak!" jawabnya dan segera meninggalkan ruangan.

"Apa tidak sebaiknya di cegah?" tanya Bagas, Zuyan menghela nafas dan menggelengkan kepala.

"Biarin aja, kita gak perlu ikut campur. Kita liat hal selanjutnya," jawab Zuyan menatap keluar jendela dengan jarak 20 km bisa terlihat dari atas gedung kepulan asap di sebrang sana yang tengah melahap gedung Zieway Mall.

∴∵∴ 

       "Bom ke 275 di lantai 11 berhasil di jinakan," ucap komandan militer memberikan laporan lewat telepon satelitnya. Mereka bersorak gembira setelah komendan menutup sambungan.

"Kerja bagus semuanya, segera periksa apakah ada korban di lantai lainnya."

"Baik Pak!" seru semuanya dengan kompak, mereka kembali bergerak menyelamatkan dan mengevakuasi warga yang masih tersisa.

Petugas pemadam kebakaran sibuk memadamkan api dilantai 14 dan lantai selanjutnya yang mengalami kebakaran.

Mendengar kabar 11 lantai berhasil di selamatkan, Papah Zuyan tampak senang dan menjabat tangan pemerintah dengan rasa terimakasih yang tinggi.

Sedangkan di ruangan yang jauh dari jangkauan, Ziga tampak kesal dan menggebrak meja dengan keras membuat Queena terlonjak kaget.

"Sialan," desisnya dengan tatapan tajam.

"Anja? Lo gakpapa? Kayaknya tangan lo sakit banget ya?" tanya Queena menatap Anja di dalam monitor yang tengah kesakitan karena tertimpa reruntuhan.

"Gakpapa kok," jawab Anja di sebrang sana dengan menahan rasa sakitnya.

"Siaran langsung," kata Ziga membuat Queena menoleh dengan heran.

"Gila ya? Bisa-bisa kita ketangkep nanti! Semua orang udah panik, awak media, polisi, tentara, gue gak mau di penjara!"

"Lakuin yang gue suruh!" sahut Ziga menatapnya tajam membuat Queena berdecak kesal.

"Oke, kalau gitu lo pastiin gue aman! Dan lo harus jemput Anja sekarang dia terluka gara-gara lo ya!"

"Bawel," sahut Ziga dan segera memakai topi hitamnya meninggalkan ruangan itu. Queena mendengus sebal dan mulai memakai topeng kelinci menyeramkan nya itu lalu menyalakan kamera siaran langsung yang menghubungkan dan meretas semua awak media seperti tadi.

"Yaaah, Pak militer kerja mu sangat bagus! Bagaimana menilainya ya? Hahahaha, aku akui kinerja mu memang hebat!" ucap Queena dengan ceria di depan kamera membuat semua orang kembali panik melihat siaran langsung nya yang kembali muncul.

"Bom ke 275 di lantai 11 Zieway Mall berhasil di jinakan ya. Hhmm, cukup cerdik. Nah, biar ku beritahu bahwa bom itu hanya memiliki daya ledak yang pendek. Yaah, wajah jika kalian bisa menjinakkan dalam waktu singkat sih." ucap Queena dan tertawa lepas sendirian.

"Jadi, apa pelajaran yang kalian dapat dari tragedi ini? Ada yang bisa menjelaskan?" tanya Queena mengacungkan lengannya seolah memberikan waktu untuk tanya jawab pada semua orang.

"Oke-oke, sebagian dari kalian mungkin berpikir ini tidak adil ya. Mengapa orang tidak bersalah bisa terluka? Kami hanya berbelanja di Zieway Mall, kami hanya berbisnis, dan kenapa kami terkena dampaknya? Wah! Itu semua adalah ketidakadilan yang tidak wajar bukan? Dan itulah yang dilakukan mereka!"

"Dengarlah, sesuatu yang kamu tabur akan kamu tuai! Jadi nantikan benih selanjutnya yang telah di tabur! Kalian akan menuainya dengan senang hati bukan? Bye bye bye!!" Queena mematikan siaran dan menghela nafas lega. Ia menyimpan topengnya dan bergegas keluar dari ruangan itu.

∴∵∴ 

       Anja menghindari keramaian dengan menekan luka di otot lengan sebelah kirinya, ia berjalan tertatih-tatih dengan darah yang menetes.

"Berhenti, apa kamu perlu di obati?" tanya petugas ambulans membuat langkah Anja terhenti, ia menoleh kebelakang sedikit dan kembali menolehkan pandangannya.

"Sebelah sini, pengobatan tersedia." kata laki-laki itu berjalan kian mendekat padanya.

"Gak, gakpapa." ucap Anja kembali melangkah meninggalkan nya. Laki-laki itu segera mempercepat langkahnya mendekati Anja.

"Kamu gak perlu bayar, kami datang sebagai relawan," kata laki-laki itu lagi. Ia menyentuh pundak Anja membuat gadis itu terkejut dan semakin gugup.

"Biar ku liat luka nya," ia menjulurkan tangannya untuk melihat otot lengan Anja.

Ziga datang dari arah samping Anja dan mendekap gadis itu di dekapannya tubuh tinggi Ziga membuat Anja tidak bisa menoleh lagi kebelakang.

"Kami mau langsung ke rumah sakit," kata Ziga menatap laki-laki itu.

"Oke, itu lebih baik." ucap laki-laki petugas relawan mengangguk setuju akhirnya. Ziga sgera membawa Anja menjauh dari hadapannya.

Anja dan Ziga menaiki motor besar dan meninggalkan area Zieway Mall yang masih ramai dan bising banyak orang-orang yang terluka kini di bantu oleh staf ambulans dan sebagian dilarikan ke rumah sakit.

Ziga menunggu Anja yang tengah di obati oleh dokter, kini lukanya sudah rapi tertutup perban. Ia keluar dan menghampiri Ziga yang sudah menunggunya di lobi belakang.

"Terimakasih," ucap Anja menerima kantong obat dari Ziga. Ia mengikuti langkah laki-laki itu menuju parkiran belakang rumah sakit.

"Kak Ziga gakpapa? Apa setelah ini bakal di penjara?" tanya Anja membuat Ziga menoleh, laki-laki itu tidak banyak bicara dan menaiki motornya.

"Gak ada yang bakal di penjara," ucap Ziga memakai helm full face nya.

"Kak Ziga berencana membunuh semua orang?"

"Gak ada yang mati,"

"Tapi mereka terluka, mereka gak bersalah. Bahkan anak kecil itu, terpisah dari ibunya dan gak tau kemana. Apa aku bakalan ke tangkap? Aku buronan sekarang ya? Gimana kalau-" Anja menghentikan ucapnnya saat Ziga menyentuh pucuk kepalanya membuat ia terdiam.

"Cukup percaya sama gue, dan lo bakal aman." ucap Ziga membuat Anja menelan saliva nya.

"Lo udah ngelakuin pekerjaan yang hebat, selanjutnya lo gak boleh lengah." lanjut Ziga dengan sorot mata yang teduh, Anja mengangguk perlahan meski banyak pertanyaan didalam benak nya. Apakah Ziga berencana melakukan hal yang lebih gila dari hari ini?

∷∷∷

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang