☆ ㅤ ❏ ㅤ ⎙ ⌲
ᵛᵒᵗᵉ ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ ˢᵃᵛᵉ ˢʰᵃʳᵉ◄••HAPPY READING ••►
Laboratorium pusat kota,
"Ini cuma bubuk mesiu, bahan peledak yang terbuat dari campuran belerang, arang, dan kalium nitrat. Biasanya membakar dengan cepat dia bahan pendorong pada senjata api dan kembang api. Mesiu diklasifikasikan sebagai bahan peledak yang lemah karena daya ledaknya yang rendah," tutur Pak Derik seorang kepala ilmuan.
"Bukannya penggunaan bubuk mesiu sebagai senjata, pertama kali didokumentasikan juga dalam bentuk bom. Yang digunakan oleh tentara Kerajaan Spanyol pada abad ke-13," kata Delina adik kandung sekaligus asistennya di lab.
"Ya, orang itu mungkin memahami tentang sejarah. Kemungkinan orang itu pun pinter dalam hal ilmuan," ucap Pak Derik dengan mengangguk-angguk.
"Tapi tujuan nya untuk apa? Jelas-jelas bom nya lemah, tapi di siarkan besar-besaran." Delina tampak penasaran, sebab apa bom lemah disimpan di setiap lantai Zieway Mall dan melakukan siaran yang meresahkan masyarakat.
"Mungkin ada sesuatu yang ingin di sampaikan, tapi caranya lengah. Dia mungkin baru pertama kali melakukan perbuatan itu,"
"Jumlah korban juga lumayan banyak," kata Delina menatap artikel di layar ponselnya. Pak Derik menyimpan rapi-rapi bubuk bom yang tengah ia teliti di dalam sebuah botol kecil yang bening.
"Mereka terluka tidak di sebabkan bom ini, tapi jumlah bom yang banyak mampu membuat reruntuhan terjadi dan menimpa mereka," kata Pak Derik tanpa menoleh pada asistennya.
"Berarti...mungkin gak ya, kalau si pelaku ini gak bermaksud buat nyakitin orang lain. Karena udah di kasih peringatan kan sebelum nya untuk keluar dari gedung itu?"
Pak Derik menoleh dan mengangguk-angguk, "Mungkin saja, ada kata-kata tersirat yang tidak bisa kita mengerti. Sudah, cepat buat laporan. Pak Zuen sudah mengamuk."
"Ah ya, benar juga." sahut Delina terkekeh dan segera melanjutkan pekerjaannya serta berhenti menjadi penasaran.
∴∵∴
Sudah tiga hari sejak peledakan gedung Zieway Mall, foto Queena yang tengah siaran mengenakan topeng kelinci yang menyeramkan terpampang di dinding jalanan sebagai buronan yang di cari oleh polisi dan pemerintah.
Queena mendengus sebal melihat poster-poster menyebalkan yang bertebaran setiap waktu, tapi sampai tiga hari ini polisi masih belum menyangka itu dirinya. Itu artinya ia masih aman untuk saat ini, apa yang akan terjadi kedepannya ya?
Gadis itu keluar dari Campusnya dan berjalan dengan menikmati eskrim Cornetto di tangannya. Sejak kemarin topik hangat nya adalah tentang Bunny boom yang tiada orang tahu bahwa itu Queena sendiri yang berkeliaran di sekitar mereka.
"Queena!" seru seseorang membuatnya menoleh ke arah laki-laki yang turun dari sepeda motornya dengan stelan kurir Go food dari restoran ayam. Dia masih memakai kacamata seperti saat SMA, tidak banyak yang berubah dari tampangnya.
"Kak Alan?" tanya Queena tersenyum manis menatapnya.
"Bukannya lo gak boleh berkeliaran? Bahaya kan kalau polisi-" ucapan Alan terhenti saat Queena tiba-tiba memasukan eskrim itu kedalam mulut Alan.
"Gila lo ya! Pelanin suara lo!" sahut Queena dengan kesal dan menoleh ke sekeliling memastikan tidak ada orang lain yang mendengarkan percakapan keduanya. Alan menjauhkan eskrim dari mulutnya dan mengangguk.
"Tapi...kok lo tau?! Lo mata-mata ya!" seru Queena membuat Alan menggeleng dengan cepat.
"Gak tau kenapa, gue langsung ngenalin kalau itu lo." kata Alan dengan yakin. Queena mendengus sebal, ia menatap Alan dengan resah.
"Apa ada orang lain lagi yang tau?" tanya nya.
"Kayaknya gak ada," jawab Alan seadanya.
"Kalau sampai ada yang tau, gue bakal nuduh lo langsung. Dan sampai gue ditangkap, gue bakal sebut lo sebagai kaki tangan gue." tutur Queena terdengar tajam sebagai ancaman di telinga Alan.
"Kenapa...gue jadi terlibat?" tanya Alan dengan tampang polos.
"Lo yang nentuin, inget itu baik-baik." ucap Queena menepuk bahunya dan segera meninggalkan laki-laki itu yang hanya mengangguk saja.
∴∵∴
"Alan?" tanya Ziga memantulkan bola pingpong ke lantai dan kembali ia tangkap, lututnya bergerak ke kanan dan ke kiri memutar-mutar kursi hitam besar itu.
"Iya, kakak kelas waktu SMA. Bukannya satu angkatan sama lo? Itu lho yang cupu dan anggota OSIS." kata Queena dengan kesal.
"Biarin aja," kata Ziga dengan santai.
"Biarin kata lo? Dia tau Bunny boom itu gue, kalau sampai dia lapor polisi, gue seret lo juga ya! Gak mau gue jatoh sendirian." ucap Queena menahan amarahnya karena sikap Ziga yang kelewat santai.
"Dia gak akan berani laporin apapun, waktu di bully dia diem aja." ucap Ziga membuat Queena menghembuskan nafas panjang.
"Yah...masa kita diem aja. Lakuin sesuatu kek, kita pindah kemana gitu. Gue gak tenang kak, gila lo ya. Orang gila mana yang tetap tenang setelah ngelakuin aksi teroris yang di siarin besar-besaran sampai ngehack awak media?"
Ziga terkekeh kecil, "Ngapain kita pindah, kabur? Orang polisi aja gak nemuin kita,"
"Ya mungkin aja belum, karena masih di selidiki. Gue gak ngerti jalan pikiran lo,"
"Santai aja, apa yang perlu ditakutin?"
"Kak Ziga lo paham gak sih? Yang kita lakuin itu? Me-le-da-kan-bom! Dan banyak orang terluka gara-gara itu."
Ziga menghela nafas membuang bola pingpong ke tempat sampah yang berjarak hanya empat langkah di depannya.
"Hey, lo tau konsekuensi nya. Dan lo setuju ngelakuin ini, kenapa sekarang lo yang ribet sih? Kabur sana sejauh mungkin, gue harus disini dan terusin balas dendam ini. Karena lo gak tau seberapa jauh gue nyusun semuanya," tutur Ziga ia berdiri dan meninggalkan nya sendirian. Queena memutar bola mata dan menendang sofa dengan kesal.
∴∵∴
Malam hari yang sunyi, Alan menutup restoran ayam dan mengunci pintunya dengan rapat. Ia berbalik dan terkejut karena seseorang tiba-tiba berdiri di hadapannya. Dengan pakaian serba hitam dan topi hitam menatap Alan dengan tatapan tajam.
Asap mengepul saat Ziga menyesap rokoknya dan di buang ke tempat sampah.
"Kita kemu lagi, cupu." ucap Ziga tersenyum miring dan mengangkat tangannya.
"Zi-ziga?" tanya Alan dengan gugup. Ziga menarik kerah baju nya menyeret Alan ke tempat yang gelap.
"Eh! Eh!" seru Alan dengan panik.
Beberapa detik kemudian, Alan menelan saliva nya saat melihat 11 tangga di depannya yang tampak curam ke bawah sana. Ia menoleh pada Ziga dengan was-was yang masih memegangi kerah bajunya.
"Janji sama gue, jangan mati dulu." kata Ziga membuat Alan semakin panik. Ia menendang kaki Alan dengan keras membuatnya meringis dan terhuyung ke depan. Ziga melepaskan pegangannya dan membiarkan Alan melayang di depannya menuju tangga-tangga itu.
Namun, sebelum Alan benar-benar terguling. Ia berhasil menarik baju Ziga untuk ikut bersamanya. Ziga terkejut dan terlambat untuk mengelak ia pun ikut terjatuh bersama Alan dan berguling di 11 pijakan tangga beton.
Keduanya terjatuh ke dasar dengan beberapa goresan luka di tangan dan wajahnya. Mereka mengaduh kesakitan.
∷∷∷
KAMU SEDANG MEMBACA
BASED CHANGE
Ficção AdolescenteZazizu, sebutan dan singkatan dari ketiga remaja laki-laki yang terkenal di sekolah. Laki-laki pertama yang di gemari banyak perempuan karena tampan dan ramah. Selain itu ia berasal dari keluarga yang serba ada, ia juga sudah memiliki penghasilan s...