⊂Hal.20⊃

3 2 0
                                    

☆ ㅤ ❏ ㅤ ⎙ ⌲
ᵛᵒᵗᵉ ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ ˢᵃᵛᵉ ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING ••►


        Zano menatap layar ponselnya dimana sebuah GPS menunjukan lokasi terakhir keberadaan Yoline, ia di temani oleh Zuyan mencari gadis itu yang sudah tidak ada kabar selama tiga hari.

"Lo yakin tempatnya disini?" tanya Zuyan menatap sebuah rumah minimalis di depannya.

"Iya gue yakin, lokasinya disini kok."

Keduanya segera melihat-lihat sekitar dan menghampiri pintu rumah itu, lalu mengetuknya beberapa kali. Tidak ada jawaban dari sang pemilik rumah, tak lama terdengar barang jatuh dari dalam rumah beserta teriakan seorang gadis yang keduanya kenali.

"Yoline? Lo di dalem? Woy buka pintu nya!!" seru Zano menggedor-gedor pintu dengan keras.

"Kayaknya Yoline dalam bahaya," kata Zuyan dan melihat sekeliling ia mengambil sebuah batu dan memecahkan kaca jendela, lalu membuka jaketnya membersihkan serpihan-serpihan di sekelilingnya daun jendela agar saat masuk keduanya tidak terluka.

Kedua laki-laki itu melewati jendela yang sudah tidak berkaca, Zano berlari mencari Yoline ke semua sudut rumah yang tampak berantakan, kamar mandi tampak kotor dengan banyak tetesan darah di lantai dan bathub.

Beberapa pecahan kaca pun berserakan di lantai, Zuyan mengikuti tetesan basah di lantai seolah seseorang menyeret sesuatu yang basah di lantai itu di sertai tetesan darah.

"Zano!" seru Zuyan membuat laki-laki itu mengikutinya menuju arah belakang rumah. Disana, Angga tengah menyeret tubuh Yoline yang sudah tidak berdaya di lantai, wajahnya pucat dan penuh memar, beberapa luka sayatan di tubuhnya, seragam yang kotor oleh darah dan tampak mengenaskan.

"Angga?" tanya Zano dengan wajah tidak percaya menatap nya. Angga menghentikan aksinya dan melepaskan Yoline ke lantai. Gadis itu terengah-engah dengan nafas yang tercekat, tatapan matanya saat sayu dan lelah.

"Zano..." ucap Yoline dan jatuh pingsan. Angga mengeluarkan pisau dan menodongkannya pada Zano serta Zuyan.

"Sialan lo bangsat," desis Zuyan menatapnya tajam.

"Itu akibatnya, kalau dia berani ngusik gue!" ucap Angga menunjuk Yoline.

"Persetan!" seru Zano menendang perut Angga dengan kuat, Angga pun tidak lengah meski tendangannya berhasil. Pisau itu pun berhasil menyayat kaki Zano. Sehingga keduanya mengaduh kesakitan, Zuyan tidak tinggal diam ia mengambil kursi kayu dan melemparkannya pada Angga.

Angga kehilangan keseimbangan dan jatuh di atas rumput, bersamaan dengan kursinya yang koyak. Zuyan menghampiri Angga dan menendanginya di tempat, menginjak-injak tubuhnya, meninju wajahnya, dan menjauhkan pisau dari jangkauannya.

Zano menatap kakinya yang mengeluarkan darah, ia melihat Yoline yang mengenaskan. Segera ia menelepon ambulans untuk segera datang agar Yoline bisa di tangani dengan cepat.

Angga masih bisa melawan dan segera bangkit untuk menyerang Zuyan, tetapi Zuyan tidak lengah dan kembali melumpuhkannya.

"Dasar iblis gak tau diri!" maki Zuyan menatapnya penuh amarah, Angga tertawa lepas meski wajahnya sudah bonyok.

"Sayang banget, padahal gue mau kubur dia hidup-hidup." ucap Angga dengan tawa yang lepas. Zano yang mendengarnya segera menghampiri dan meninju wajahnya berkali-kali membuat Angga muntah darah.

Meski ia babak belur jiwa psikopat nya tetap hadir dan tertawa mengejek keduanya, Zuyan menarik Zano yang terus kalap memukuli Angga.

"Lepasin!! Gue mau bunuh dia!!" seru Zano penuh amarah.

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang