⊂Hal.14⊃

10 4 0
                                    

☆ ㅤ ❏ ㅤ ⎙ ⌲
ᵛᵒᵗᵉ ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ ˢᵃᵛᵉ ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING••►
________________________________________

1 Minggu Kemudian....

Semalaman penuh hujan sedang mengguyur ibu kota, hingga pagi tiba rintikan air dari langit itu masih membekas.

Para manusia sibuk hilir mudik di jalanan mengenakan payung, ada pula yang mengenakan jas hujan untuk melindungi diri dari rintikan hujan.

Zano keluar dari mobil sambil membuka payung, ia berjalan menuju gerbang sekolah. Terlihat seorang nenek-nenek yang berdiri di bawah rintikan hujan dengan memegang sebuah poster di depannya. Kulit keriput itu terlihat pucat kedinginan, wajahnya tampak datar menahan dingin nya cuaca pagi ini.

Bebaskan cucuku,
dia tidak bersalah
Ziga anak yang baik

Tulisan di poster yang tertulis dengan tinta biru itu tampak terpampang jelas, sudah satu Minggu ia berdiri disana setiap hari. Entah ia pulang atau tidak, makan atau tidak, tidak ada yang tahu. Para murid hanya bisa menatap nya iba, beberapa kali satpam menegurnya untuk pulang. Tetapi, sang nenek tua itu tidak beranjak dari tempatnya.

Zano menghela nafas dan menghampiri nenek Ziga, ia memberikan payungnya pada si nenek.

"Tolong bantu Ziga...bebaskan dia kau teman nya yang baik," ucap nenek seperti terakhir kali Zano menghampirinya.

"Dia tidak pantas di penjara, kamu tahu....dia seharusnya masuk sekolah seperti kamu, dan belajar dengan rajin..." lanjut nenek Ziga dengan wajah yang memelas.

Zano tidak kuasa melihat pemandangan itu, ia menutupi kepalanya dengan tudung hoddie yang ia kenakan. Remaja itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, ia berjalan menjauh memasuki area sekolah meninggalkan si nenek yang putus asa.

∴∵∴ 

"Sampai kapan pemandangan ini berlangsung?" tanya Yoline menatap keluar jendela, tepatnya pada Nenek Ziga di sebrang sana.

"Gak usah so merasa bersalah, lo juga terlibat." ungkapan Zuyan membuat Yoline menoleh padanya.

"Sebrengsek itu hidup lo," komentar Yoline dan menjauh darinya.

"Sial lo," kata Zuyan. Ia segera menghampiri Zano yang baru saja memasuki kelas dan duduk di bangkunya.

"Lo punya cara?" tanya Zuyan membuat Zano menoleh.

"Apa?" Zano balik bertanya.

"Soal pembebasan Ziga, udah satu Minggu dia di penjara. Lo gak khawatir?"

"Emang nya itu salah gue? Dia tetep di penjara meskipun video itu gak ada,"

"Ya masa kita diem aja? Kita juga kan ikutan, bahkan duitnya. Kita juga makan duit nya," tutur Zuyan membuat Zano tampak kesal. Zano berdiri dan meraih kerah seragam Zuyan dengan kasar.

"Kalau lo mau nyusul ke penjara silahkan, gue gak ikutan!" sahut Zano menghempaskan nya dengan kasar pula.

"Lo gak khawatir sama temen lo?"

"Temen?! Situasinya udah beda. Lo pengkhianat, gue pengkhianat! Masih mikir tentang pertemanan? Pake otak lo,"

"Seenggaknya gue inget! Walaupun keadaan maksa, Ziga tetep temen gue." Zuyan melangkah dengan kesal meninggalkan kelas, Zano menatap kepergian nya dengan jengah. Jujur saja, ia pun menyesal dan tidak tahu harus berbuat apa.

∴∵∴ 

Queena menatap pria di hadapannya yang tengah sibuk menghitung tumpukan uang. Ia tidak mempedulikan gadis itu, rokok yang sudah pendek ia injak di lantai dan menyalakan rokok yang baru.

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang