⊂Hal. 7⊃

13 6 0
                                    

☆ ㅤ     ❏ ㅤ        ⎙           ⌲
ᵛᵒᵗᵉ    ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ    ˢᵃᵛᵉ       ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING ••►

        Zuyan memasukan beberapa barang berharga nya ke dalam tas, wanita yang melahirkannya tampak menangis di ambang pintu menatap putranya.

"Zuyan...kamu mau meninggalkan Mamah, Nak?" pertanyaan yang menyayat hati, Zuyan tidak kuasa menatap nya lebih lama. Ia segera berdiri dan menenteng tas nya.

"Ini demi kebaikan kita, Mamah jaga diri disini. Zuyan akan sering kirim kabar," ucap Zuyan membuat Mamah menggeleng.

"Kamu tahu kan, cuma kamu yang Mamah miliki. Kalau kamu pergi, Mamah akan sangat kesepian."

"Zuyan gak mau liat mamah di sakiti papah lagi, cari laki-laki lain. Yang pantas bahagia sama Mamah,"

Keduanya saling memeluk dengan erat, Zuyan mati-matian menahan air matanya. Berbeda dengan wanita itu yang sudah banjir dan sembab oleh air mata.

Setelah saling melepaskan, Zuyan pamit pada nya dan keluar meninggalkan rumah itu. Ia menatap ke halaman dimana Papah dan Pak Juna menunggu. Sebelum pergi, Zuyan menatap rumahnya untuk terakhir kali, lampu-lampu nya tampak terlihat hangat, dan suasana yang akan selalu ia rindukan mulai saat ini.

Mobil melaju meninggalkan Mamah Zuyan yang semakin hancur dan menangis hebat, Zuyan menatap ke luar jendela langit malam, udara dingin, lampu-lampu kota yang menenangkan. Pikirannya tampak kacau.

∴∵∴ 

       Sinar matahari yang menerobos ke dalam kamar membuat Zano terusik. Ia merasa sebelah bahunya berat dan mati rasa, ia terkejut saat mendapati kepala Yoline tidur di bahunya, serta tangan cantik sebelah kiri memeluk Zano. Keduanya terlihat seperti pengantin baru.

"Yo...Yoline," ucap Zano membangunkannya ia menyingkap selimut dan perlahan bangkit membiarkan Yoline berpindah ke bantal.

Hal pertama yang ia lakukan adalah menghela nafas lega karena seluruh pakaian nya masih lengkap di kenakan, tidak ada yang berubah. Detik berikutnya ia di kejutkan dengan ketukan keras di luar pintu kamarnya.

Dok! Dok! Dok!

"Bang Zano!!"

"Bangun!!! Udah siang!!!"

"Buruan!! Jangan jadi kebo!!!" Teriakan Zany membuatnya mendengus sebal.

"Iya iya! Udah bangun ini!" sahut Zano dengan lantang, lalu terdengar langkah kaki Zany yang menjauh.

"Ada apasih? Kenapa teriak-teriak? Masih pagi juga," kata Yoline terusik dari tidur nya.

"Lo harus pulang sekarang, nyokap sama adek gue udah balik." ucap Zano segera meraih mantel Yoline dan tas nya, tidak lupa sepatu yang di pakai gadis itu tadi malam.

"Ish!" sahut Yoline dengan kesal segera bangkit dan memakai sepatunya.

Setelah Yoline bersiap, keduanya mulai mengendap keluar dari kamar. Zano memimpin di depan dan membaca situasi sekitar, Yoline mengikutinya dari belakang sampai ke lantai dasar.

"Ayo buruan," sahut Zano menariknya untuk berjalan lebih cepat, Yoline tetap mengikuti sampai di depan gerbang rumah Zano.

"Makasih ya, kalau gitu gue pulang dulu." Zano mengangguk sambil mengawasi situasi.

"Gue gak bisa anterin lo pulang, nanti kita ketemu di sekolah." kini giliran Yoline yang mengangguk, Zano segera memasuki pekarangan rumah nya kembali tetapi terkejut saat melihat Zany sudah berdiri di depannya.

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang