⊂Hal. 15⊃

13 4 0
                                    

☆ ㅤ ❏ ㅤ ⎙ ⌲

ᵛᵒᵗᵉ ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ ˢᵃᵛᵉ ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING ••►
_____________________________________

    Queena membuka matanya, ia mendapati tubuhnya tertutup selimut. Setelah menyadari situasi, ia sadar bahwa kini dirinya ada di ruang UKS. Gadis itu perlahan bangkit, seorang perawat staf UKS berjalan menghampiri.

"Sudah sadar? Apa yang kamu rasakan?" tanya nya sambil mengecek suhu tubuh Queena dan hidung nya.

"Kenapa saya disini Bu?" tanya Queena dengan bingung.

"Kamu pingsan di gudang, dan hidung kamu mimisan. Untungnya, Alan nemuin kamu. Kala kamu sakit, seenggaknya istirahat di rumah."

"Alan? Maksud nya, Kak Alan yang cupu?"

"Jangan mencela orang, ada baiknya kamu berterimakasih padanya. Kalau sudah merasa lebih baik, silahkan tinggalkan ruangan ini." Staf UKS kembali meninggalkan nya dan menjalankan tugasnya yang lain.

Queena menghela nafas dan mendorong kan dirinya sendiri kembali ke atas brankar.

"Sial, kenapa harus si cupu itu yang nolongin?" tanya nya tampak menyesal, "Zuyan sialan, gue pastiin lo bayar kelakuan lo!"

Ia segera bangun dan berjalan meninggalkan ruang UKS, saat melihat jam tadi tampaknya tengah waktu istirahat. Jadi ia memutuskan untuk mencari Alan, seperti kata staf UKS tadi 'Ada baiknya ia berterimakasih padanya' walau sedikit merepotkan, Queena tidak menemukan laki-laki itu di kantin, di kelas, bahkan di ruang OSIS.

"Sorry kak, kak Alan biasanya istirahat dimana ya?" tanya Queena membuat beberapa laki-laki itu menatap heran.

"Cantik-cantik ngapain nyari si cupu?" tanya salah satunya dengan berlagak sombong dan di kekehi teman-temannya.

"Mending duduk sama kita aja, disini." Goda yang lain.

Queena jengkel dan menggebrak meja membuat mereka terkejut, dengan tatapan tajam ia menatap mereka satu persatu.

"Gue udah sangat sopan, mau dengan cara keras?" tanya Queena meregangkan otot-otot lengannya membuat mereka terkejut.

"Di samping gudang, dia suka menyendiri," sahut laki-laki berwajah bulat dengan cepat. Tanpa pikir panjang, Queena segera pergi begitu saja tanpa mendengarkan ocehan mereka lagi tentang dirinya.

Benar saja, Alan duduk sendirian menyantap makan siangnya. Queena segera duduk di sebrangnya membuat Alan terkejut dan hampir tersedak, gadis itu menatapnya tanpa ekspresi.

Alan menelan sisa makanan di mulutnya dan menyodorkan kotak makan siangnya yang masih banyak itu ke hadapan Queena. Tanpa pikir panjang, gadis itu menyantap makan siang Alan.

"Lo orang kaya? Kenapa makanan lo enak? Lo makan ini tiap hari?" tanya Queena dengan mulut penuh. Tampak Alan mengangguk dengan gugup.

"Btw, makasih lo udah nolongin gue." Alan kembali mengangguk.

"Lo gak bisa ngomong? Kenapa lo gak jawab omongan gue?" tanya Queena menatapnya heran. Alan hanya terdiam dengan wajah yang kaku dan gugup.

"Nih," ucap Queena memberikan potongan sosis dengan sendok garpu, "Lo juga harus makan, inikan makanan lo. Jawab gue,"

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang