⊂Hal. 10⊃

8 4 0
                                    

☆ ㅤ     ❏ ㅤ        ⎙           ⌲
ᵛᵒᵗᵉ    ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ    ˢᵃᵛᵉ       ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING ••►

        Angga mengenakan masker dan menutupi kepalanya dengan tudung hoddie hitam. Ia berjalan memasuki gang-gang sempit, menghindari keramaian dan tatapan orang-orang.

Beberapa poster di dinding menampakkan foto dirinya yang sekarang tengah menjadi buronan polisi. Ia memasuki pemukiman gedung-gedung kosong yang banyak coretan berbagai gambar di seluruh dindingnya.

"Woy! Angga!" seru seseorang dengan ceria memanggilnya. Ia terkejut dan menatap kedepan, beberapa orang tampak tengah menunggunya. Rambut hijau, tatapan tajam, wajah tengil itu tersenyum lebar saat Angga tiba.

Kedua teman Angga sudah babak belur menahan sakit di lantai. Yakni, Yoga yang berambut cokelat, dan Sandi yang berambut gondrong.

"Sial," desis Angga menatap mereka. Ia membuka maskernya dan menatap meraka dengan tatapan tajam.

"Kemana adek cantik lo? Duit gue juga mana?" tanya laki-laki itu menghampiri Angga.

"Gini Gan, duitnya udah gue pake main judi-"

Bugh! Belum tuntas ucapan Angga, perutnya sudah di hantam bogem mentah dari Gana. Laki-laki berambut hijau itu menarik pucuk rambut nya dengan kasar.

"Kepercayaan setan gue udah selesai, berani nya lo khianati gue." Gana kembali meninju, kini di rahangnya dengan kuat.

"Biar gue jelasin! Gue bakal bawa adek gue buat lo!" seru Angga dengan tegas dan berdiri tegak kembali sambil menahan rasa sakit.

"Gue gak percaya lo lagi! Balikin aja duit gue, atau lo berakhir di tangan polisi!" teriak Gana dengan lantang.

"Gue ngerti, kasih gue kesempatan lagi,"

"Persetan kesempatan!" Gana kembali memukul Angga, kini di sertai dengan tendangan yang keras. Angga terjatuh di lantai dan tubuhnya menerima tendangan bertubi-tubi dari kaki Gana.

"Sialan! Mati aja lo bangsat!"

∴∵∴ 

     Ziga memanjat jendela saat pelajaran tengah berlangsung, Bu guru sedang mencatat materi di papan tulis.

Zuyan dan Zano membantunya dengan selamat memasuki kelas. Ketua kelas pun bersekongkol memberikan tanda hadir di buku absen. Ziga tampak berterimakasih lewat isyarat.

"Emang boleh kalian gitu?" tanya Kaila sang wakil ketua kelas.

"Diema lo, awas kalau cepu." Zano tampak memperingati nya. Kaila tampak menunjukan bombastic side eyes nya.

"Kemarin lo kemana?" tanya Zuyan menatap Ziga.

"Ada urusan," jawab Ziga dengan singkat.

"Tangan lo kenapa?" tanya Zano.

"Gakpapa,"  jawab Ziga. Ia kembali menghadap ke depan. Zano dan Zuyan tampak saling pandang dan menggedikan bahu.

Yoline tampak memperhatikan Zano dan Zuyan bergantian. Ia masih penasaran mengapa kedua orang itu bisa mengenal kakak nya?

"Apa mungkin...Ziga juga tau?" gumam Yoline dan beralih menatap Ziga. Ia segera memutar tubuhnya menatap Prisa, gadis itu tampak tekun mencatat pelajaran.

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang