⊂Hal. 11⊃

9 5 0
                                    

☆ ㅤ ❏ ㅤ ⎙ ⌲

ᵛᵒᵗᵉ ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ ˢᵃᵛᵉ ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING ••►

         "Stop, bayar uang kas." Kaila mencegah Zuyan yang akan memasuki kelas.

"Sial lo pagi-pagi," ucap Zuyan merongoh sakunya dan memberikan beberapa lembar uang pada Kaila.

"Omong doang sultan, uang kas nunggak!" sahut Kaila.

"Tiga kali doang anjir," ucap Zuyan mendengus dan memasuki kelasnya. Kaila segera mencatatnya di buku kas.

"Eh tunggu!" seru Kaila saat Ziga memasuki kelas, ia menoleh dengan wajah datar membuat Kaila sedikit takut.

"Lo aman kok," ucap Kaila setelah memastikannya. Ziga segera kembali melangkah tanpa melihatnya lagi.

"Gue punya omongan penting," kaa Ziga membuat Zuyan dan Zano menoleh padanya.

"Apaan?" tanya Zano, tidak ada jawaban dari Ziga. Laki-laki itu menyimpan tas nya dan keluar dari kelas.

Zano dan Zuyan saling pandang lalu bergerak kompak mengikuti langkah Ziga. Tepatnya, laki-laki itu menuju belakang sekolah yang sepi.

"Ada apa sih? Serius banget," ucap Zano penasaran.

"Tiap hari wajah dia serius," ujar Zuyan yang sepertinya sudah tidak asing lagi. Berbeda dengan Zano, yang sepertinya sudah mengenal Ziga dengan baik.

"Bantu gue nyari Angga," kata Ziga menatap keduanya bergantian.

"Angga? Bukannya sekarang dia buronan polisi? Ngapain lo nyari dia?" tanya Zano.

"Dia ngambil koper gue," jawab Ziga membuat keduanya terperangah.

"Koper...duit lo?!" seru Zuyan, Zano menggeplak tengkuknya karena seruan Zuyan terdengar keras.

"Iya, semuanya." Ziga memejamkan mata sejenak.

"Sial," umpat Zano.

"Gue bilang juga apa? Pake duitnya! Lo sih di diemin gitu aja, banyak alesannya. Gue bilang beliin rumah baru, mobil, atau lo pake buat seneng-seneng," tutur Zuyan dengan bersungut-sungut.

"Gue gak kepikiran duit gue di maling," ucap Ziga seadanya.

"Kok bisa sih? Itu beneran Angga?" tanya Zano.

"Jadi, waktu gue gak masuk sekolah. Nyokapnya Anja meninggal. Itu...ulah Angga, nenek gue akhirnya bawa Anja buat tinggal di rumah. Karena gak ada keluarga lain yang jemput Anja," akhirnya Ziga menceritakan yang sebenarnya terjadi.

"Angga masih belum nyerah untuk menjual Anja, dia datang ke rumah gue. Tapi nenek mencegahnya. Dia juga nyari gue, karena gue gak ketemu. Dia akhirnya ambil koper gue," lanjutnya.

Zuyan dan Zano tampak mengangguk-angguk, keduanya tampak mengerti sekarang.

"Oke, gue bakal bantu cari dia." Zano menepuk pundak Ziga.

"Kalau ada waktu, gue siap." Zuyan menepuk dadanya dengan sombong.

"Thanks," sahut Ziga membuat keduanya mengangguk.

∴∵∴ 

     Queena tampak lincah di ruang chers, tepatnya di depan tiga juri alumni sekolah yang menyeleksi untuk memilih ketua chers tahun ini.

Beberapa pelamar menunggu giliran di ruang tunggu. Dengan baju seragam chers yang lucu, Queena bergerak bebas di depan ketiga nya. Ketiga juri itu memberikan penilaian sesuai pengamatan nya masing-masing.

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang