⊂Hal. 12⊃

9 5 0
                                    

☆ ㅤ ❏ ㅤ ⎙ ⌲
ᵛᵒᵗᵉ ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ ˢᵃᵛᵉ ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING ••►

        Zuyan mengikuti langkahnya menuju belakang sekolah, tempat yang sepi. Jauh dari keramaian.

"Kenapa sih? Mantan?" tanya Zuyan bersandar di tembok dengan tenang dan melipat kedua lengan nya di depan.

"Apa-apaan video itu? Mau lo apa sih?!" tanya Prisa menatapnya dengan kesal. Zuyan tersenyum sekilas dan menghela nafas.

"Kenapa? Lo cemburu? Mau gue cium juga?" tanya Zuyan mendekat wajahnya pada Prisa.

Plak!

Zuyan memejamkan matanya saat Prisa memberikan tamparan yang keras di pipinya, ia berdiri tegak dan menghela nafas.

"Kenapa lo berubah? Lo bukan Zuyan yang gue kenal, lo brengsek!" seru Prisa dengan keras.

"Terus kenapa? Perasaan lo terluka?" tanya Zuyan dengan tampang menyebalkan. Prisa menatapnya dengan terkejut.

"Kalau gitu, lo mau lakuin yang gue mau?" tanya Zuyan lagi, ia mendekat pada Prisa dengan tatapan yang sulit di artikan. Prisa menjadi was-was, ia terkejut saat Zuyan menariknya berbalik ke tempatnya bersandar di dinding.

"Apa maksud lo?" tanya Prisa menatapnya tajam.

"Lo benar, gue brengsek." Zuyan menyudutkan Prisa dan semakin dekat dengannya. "Dan sekarang gue lapar," lanjut Zuyan membuat Prisa takut.

"Zu-zuyan..." ucap Prisa mulai ketakutan. Zuyan semakin dekat dan mengikis jarak keduanya, Zuyan menyentuh pipi Prisa dan mengusap bibir marun nya dengan ibu jari.

Prisa mendorongnya menjauh dengan cepat, Zuyan lebih kuat dan memegangi kedua tangannya dengan satu tangan di tekan ke atas. Prisa berkaca-kaca menatapnya marah.

Zuyan menyentuh lehernya dengan lembut, dan mengusapnya dengan perlahan. Prisa tidak bisa beranjak karena Zuyan mengurungnya dengan kuat. Ia hanya bisa menangis tanpa suara, Zuyan seperti orang lain. Yang sama sekali tidak ia kenal.

"Kenapa lo nangis? Gue belum ngelakuin apa-apa," kata Zuyan menatap nya tanpa ekspresi.

"Zuyan. Cukup," ucap seseorang membuat keduanya menoleh, Prisa tampak begitu terkejut melihat kedatangan Ziga. Zuyan menghela nafas dan menjauh dari Prisa.

"Ngapain lo?" tanya Ziga menatapnya tanpa ekspresi, Zuyan menoleh pada Prisa yang mengusap air matanya. Gadis itu segera berlari meninggalkan keduanya.

"Gue cuman ngasih dia pelajaran," ucap Zuyan tersenyum menatap Ziga.

∴∵∴ 

Bugh!

Brakk!!

Plak!!

      Pukulan dan barang-barang jatuh terdengar di dalam kamar Zuyan, laki-laki itu menerima hukuman dari Papah nya lagi.

Beberapa barang-barang terjatuh saat Zuyan terdorong menabrak meja dan lemari. Wajahnya telah memar di beberapa titik, bahkan ia terbatuk-batuk saat Papah kembali menjatuhkan pukulan di tubuhnya.

Ia tersungkur di lantai dengan kening berdarah menghantam meja, ia menatap Papahnya dengan menyeringai. Papah menampar mulutnya hingga ia memekik tertahan saat ujung lidahnya tergigit oleh gigi hingga berdarah. Ia meludah sembarangan di lantai.

"Sial," desis Zuyan dengan menahan sakit. Ia tertawa lepas dan menatap Papahnya yang tampak jengkel.

"Kamu tidak akan bisa memberontak, tidak akan bisa membuat Papah berpaling." Papah menghela nafas dan berdiri tegak.

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang