⊂Hal. 5⊃

11 7 0
                                    

☆ ㅤ     ❏ ㅤ        ⎙           ⌲
ᵛᵒᵗᵉ    ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ    ˢᵃᵛᵉ       ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING ••►

       Zano turun dari motornya di depan gerbang rumah mewah keluarga Yoline, ia menelepon Yoline untuk memberitahu nya bahwa ia telah tiba.

Tidak lama, Yoline keluar dan langsung memeluknya. Wajah gadis itu tampak sembab dan penuh air mata. Zano menghela nafas dan membuat nya tenang.

"Sorry, gue baru tau kalau lo punya kakak." ucap Zano, Yoline melepaskan pelukannya dan mengangguk.

"Pacar lo kan bukan cuman gue, gakpapa." Zano mengusap air matanya dengan telapak tangan, gadis itu tersenyum tipis menatapnya.

"Lo udah makan? Mau cari makanan enak?" tanya Zano membuat Yoline menggeleng.

"Gue gak laper, lo gak bolos kan?" jawab Yoline dan balik bertanya.

"Ini udah jam berapa? Ya enggak dong. Oh iya, ini tas lo gue bawain." Zano berjalan menuju motornya dan memberikannya pada gadis itu.

"Makasih ya, kayaknya lo gak bisa masuk sekarang. Soalnya masih banyak tamu," ucap Yoline tampak tidak enak.

"Iya, gakpapa. Ini bunga nya," kata Zano memberikan sebuah bingkisan cokelat berisi sebuket bunga berwarna putih berbeda-beda jenis.

"Makasih banyak," ucap Yoline tersenyum menatap bunga-bunga itu. Zano mengangguk senang melihatnya, lengan laki-laki itu terulur dan menepuk pucuk kepalanya.

∴∵∴ 

   Zuyan duduk di kursi belajar, tepatnya di dalam kamar. Ia menatap ponsel menampilkan fotonya bersama Yuna kakak dari Yoline. Meski Yuna setahun lebih tua, keduanya tidak mempermasalahkan hal itu.

Ia berdiri dengan cepat dan melemparkan ponsel itu ke tembok hingga layar nya hancur.

"Den, Tuan sudah pulang. Katanya aden di tunggu di bawah." kata seorang PRT dengan sopan, ia  kepala PRT pribadi. Sering di sebut Bu Ani.

Zuyan memejamkan matanya dan segera manaiki hoverboard, ia melaju memasuki lift menuju lantai satu.

"Pria sinting itu ngapain balik sih?!" gumam Zuyan dengan sebal.

Setelah pintu lift terbuka ia melaju keluar menuju ruang tamu. Ia mendapati seorang pria dewasa dengan tubuh kekar dan senantiasa di dampingi ajudannya atau asisten pribadi yang selalu ikut kemana-mana, bisa juga di juluki kaki tangan nya.

"Gimana selingkunya? Lancar?" tanya Zuyan menatap pria itu.

"Kamu masih belum bisa bersikap sopan Zuyan?" pria itu balik bertanya. Zuyan mendengus dan duduk di seberang nya.

"Ini udah paling sopan," jawab nya acuh tak acuh.

"Sebentar lagi kamu akan lulus SMA, pastikan belajar dengan baik. Kamu akan menjadi pengganti perusahaan Papah sambil kuliah di China." tuturnya membuat Zuyan menatap enteng.

"Persetan dengan kuliah!" sahut Zuyan dengan kesal.

"Zuyan!" seru Papah sambil berdiri menatap nya tajam.

"Jangan ngatur-ngatur Zuyan lagi Pah! Lagian Zuyan bukan akan kecil! Papah urus aja urusan Papah, gak perlu dateng kesini lagi cuman untuk ngajak ribut," tutur Zuyan dengan tenang.

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang