⊂Hal. 18⊃

4 3 0
                                    

☆ ㅤ     ❏ ㅤ        ⎙         ⌲
ᵛᵒᵗᵉ    ᶜᵒᵐᵐᵉⁿᵗ    ˢᵃᵛᵉ       ˢʰᵃʳᵉ

◄••HAPPY READING ••►

Pukul 16 : 30

      Ziga baru saja selesai mengikuti senam yang membosankan, ia duduk di tepi lapangan sambil menatap kerumunan yang perlahan berangsur lenggang. Seorang laki-laki yang sepantaran dengan nya berjalan menghampiri sambil membawa sebotol air mineral padanya.

"Minum," ucapnya tanpa basa-basi duduk di kursi yang agak jauh darinya. Ziga tidak merespon bahkan membiarkan botol itu berada di samping nya tanpa ia sentuh.

Laki-laki itu menatapnya dengan senyum miring, Ziga merasa risih dan menoleh menatapnya.

"Kenapa lo di penjara? Pencabulan?" tanya nya dengan terkekeh renyah.

Ziga segera berdiri dan meninggalkan nya, laki-laki itu segera menariknya dengan kasar dan menendangnya hingga tersungkur pada jaring pembatas. Beberapa orang menoleh kearah Ziga yang meringis menahan sakit.

Laki-laki itu segera menarik Ziga menjauh dari lapangan menuju tempat yang sepi, yang ia sudah hafal tidak ada penjaga disana.

"Kenapa lo bisa disini?" tanya laki-laki itu menatap Ziga dengan tatapannya yang tajam. Ziga tidak mengenal laki-laki di depannya, tetapi ia seolah memiliki sesuatu yang belum dirinya ketahui.

"Siapa lo?" tanya Ziga.

"Masa lo lupa sama gue? Gue juga dulu kerja sama bokap lo di kedai," jawabnya tampak meyakinkan. Ziga mengerutkan kening nya, ia terlihat bingung.

"Lo beneran lupa? Lo tau kan cowok keren dengan rambut punk warna merah?" tanya nya kembali, Ziga berusaha mengingat sulit di kenali karena sekarang rambutnya hitam cepak dan rapi.

"Makill?" tanya Ziga membuat laki-laki itu tampak kegirangan.

"Udah gue duga! Lo bakal inget gue!" sahutnya dengan ceria.

"Tapi disini nama lo bukan Makill kan?"

"Ya iyalah, orang itu cuman nama samaran. Bokap lo yang kasih nama itu, katanya gue cocok punya nama itu."

Ziga mengangguk-angguk paham, entah mengapa kini ia merasa lega karena bertemu seseorang yang ia kenal. Makill adalah sosok laki-laki yang seumuran dengan nya. Ia tidak sekolah sejak taman SD, dan bergabung menjadi pengedar narkoba bersama Ziga dan Ayahnya.

Makill sangat pandai bela diri, lihai dalam mengedarkan narkoba secara sembunyi-sembunyi, dia masuk penjara bukan karena sebagai pengedar. Tetapi, kasus pemerkosaan pada gadis yang dua tahun lebih muda darinya, hingga gadis itu memutuskan untuk bunuh diri setelahnya. Ia di vonis 7 tahun penjara dan baru menjalani masa di lapas 3 tahun. Masih panjang masa nya disini.

∴∵∴ 

     Seusai pertemuannya tadi siang, Ziga kembali bertemu dengan Makill di ruang cuci. Keduanya tampak tengah mencuci pakaiannya masing-masing dengan menggunakan kedua tangan.

"Sebenarnya gue gak merkosa cewek itu, dia sendiri yang goda gue. Tapi gak ada yang percaya, dia bunuh diri bukan karena  hal itu. Tapi, karena kasus pembullyan di sekolah nya." Makill mulai bercerita mengapa ia bisa berada disini.

BASED CHANGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang