24🌹

212 18 4
                                    

"Senju!!"

"Senju... jangan..."

"Maaf Kak Haru... Senju pergi ya"

"SENJUUU!!!"


Sontak ia terbangun. Peluh membasahi dahi dan napasnya seakan tercekat. Sekali lagi, ia sekali lagi melihat bayangan itu. Begitu mengerikan. Tidak terbayang akan melihat rupa wajah seseorang yang ia sangat kenali terpampang berlumuran darah.

Mencoba mengatur napas sambil mengusap peluhnya, Sanzu berpikir kenapa ia harus bermimpi itu lagi. Padahal ia sudah menganggap mimpi itu sebagai hukuman atas kesalahannya di masa lalu. Hingga ia sadar dan telah menebus kesalahannya dengan berusaha menjadi kakak yang baik.

Tengah malam itu pula ia masih mengucapkan syukur, bahwa itu hanyalah sekedar mimpi. Namun bohong jika ini tidak membuatnya kepikiran, sampai-sampai ia tidak tenang untuk sekedar melanjutkan tidurnya. Ia pun bangkit dari ranjang dan keluar dari kamar. Berusaha mencari cara menghilangkan jejak bayangan mimpi buruk itu dalam pikirannya.

Berencana keluar dari mansion juga untuk mencari angin segar dan menenangkan pikiran, namun sebelum itu ia melihat kedua Haitani tengah bersama beberapa wanita di ruang tengah mansion Bonten.

"Sial." Ia hampir mengumpat dan ia rasa decakan kesalnya cukup keras untuk sampai ke telinga Haitani bersaudara itu. Melihat mereka yang tengah mabuk-mabukan, rasanya ingin sekali ia melempar botol bir kearah kepala mereka satu persatu. Namun urung karena tidak ada gunanya menciptakan keributan di tengah malam begini.

"Kenapaa Sanzuuuu..." Wajah cengengesan yang Rindou tunjukkan sambil memeluk dua wanita berbaju kurang bahan di samping kanan dan kirinya, berhasil membuat Sanzu membalas dengan raut wajah jijik.

"Jangan menampilkan ekspresi begitu, kau juga ahlinya kan? Ayo gabung sini...." Kini Ran yang bersuara dengan niat terselebung untuk mengejek Sanzu yang ia ketahui sejak kedatangan adiknya di Bonten, ia tidak bermain dengan para wanita lagi.

"Gak sudi."

Ran dan Rindou tertawa.

"Awas saja kalian, kalau Senju sampai melihat ini, akan kubunuh kalian."

"Aman...aman." Balas Rindou yang dilanjutkan dengan mencium langsung bibir satu wanita di samping kanannya. Hal yang normal jika mengingat mereka adalah Bonten.

Daripada rasa ingin memukul kedua Haitani itu semakin meningkat, Sanzu pun lebih memilih pergi.

Pria itu sampai di salah satu taman Bonten. Taman yang tampak terawat rapi dan bersih. Duduk di bangku taman yang ada di samping air mancur luas dan tentunya megah. Ia menyandar di bangku sembari mengeluarkan sebatang rokok. Dihidupkannya rokok tersebut dan mulai memejamkan mata menghirup zat nikotin yang pasti membuat candu.

"Mau?"

Ternyata dia tidak sendirian disana.

"Tumben mau dekat-dekat denganku? Kesurupan apa?"

Dibalasnya dengan tatapan sinis, ia mengurungkan niatnya menawarkan rokok ke pria disebelahnya yang merupakan kakaknya sendiri. Sejak awal pria itu sudah duluan duduk disana.

Sanzu malas berdebat walaupun Takeomi tetap meraih sebatang rokok yang urung Sanzu tawarkan tadi. Tidak lengkap rasanya jika saat begini tidak merokok sambil menikmati udara malam.

"Aku tadi mimpi Senju meninggal."

Terlihat wajah Takeomi tanpa ekspresi, hanya terdengar suara hirupan rokok dari bilah bibirnya. Sebenarnya ia terkejut mendengar penuturan Sanzu, tapi tak ingin menganggap ini terlalu serius karena merupakan hal yang sangat mengerikan baginya jika ini benar-benar terjadi.

Stand By You || MaisenjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang