6🌹

567 61 33
                                    

Tidak biasanya gadis itu mengunjungi tempat ini di pagi hari. Sejuk udara yang masih terasa, angin sedikit berhembus meniupkan beberapa helai rambut merah mudanya yang dibiarkan tergerai.

Pemandangan yang selalu sama yang gadis itu lihat. Satu spot yang menjadi tujuan ia datang kemari, ia langkahkan kakinya kesana. Ke arah nisan bertuliskan "Makam Keluarga Sano", yang makin didekat semakin jelas dari pandangan matanya.

Gadis itu tersenyum lembut ketika langkahnya berhenti tepat di depan makam, meletakkan satu buket mawar kuning yang biasa ia bawa.

"Selamat pagi, Emma" sapanya, meski sangat tau ia tidak akan mendapatkan balasan sama sekali.

Gadis itu mulai bersimpuh dengan kedua tangan bertumpu dagu. Menatap makam temannya, sempat berpikir hal gila, apakah temannya itu tidak bosan terus tidur disana. Tak lama kemudian ia menghembuskan nafas kasar. Sepertinya ia memiliki masalah yang sangat membebani pikirannya.

"EMMA, BISA BANGUN BENTAR GAKK?! AKU SANGAT KESAL DENGAN KAKAKMU- " gadis itu tiba-tiba saja merengek dengan suara yang cukup keras.

"Kalo begini aku tidak akan bisa diterima di Bonten.... haha apa karena minuman semalam ya?" Ia tiba-tiba tertawa miris ketika ingat kejadian semalam saat dirinya menumpahkan minuman ke wajah Mikey. Alhasil pria itu sangat marah padanya.

"Emmaa, coba kek kamu bangun bentar nanti ketemu sama kakakmu, terus suruh dia nerima aku kerja di Bonten." Ia kemudian mengusap wajahnya kasar karena sadar apa yang ia bicarakan tidak masuk akal apalagi di tempat seperti ini.

Menutup wajahnya dengan kedua tangan. Merasa sangat frustasi karena rencana yang ia lakukan untuk merayu pemimpin Bonten itu gagal karena kecerobohannya sendiri. Ia terlalu takut dan malu untuk kembali lagi ke tempat itu dan berhadapan dengan Mikey yang ia kenal sebagai manusia yang dingin dan kejam. Di sisi lain, ia sangat kesal kepada Mikey kenapa dirinya tak kunjung diterima padahal ia akan sangat berguna jika bergabung dengan Bonten.

"Dia beneran kakakmu kak? Kok nyebelin gitu ya? Apa susahnya nerima aku disana? Coba saja aku ketemu dia pas kita-kita masih SMA, pengen kutonjok tuh muka sumpah nyebelin banget. Kalau sekarang sih aku gak berani, ya karena dia bos Bonten" gadis itu tetap mengoceh tak peduli dengan keadaan sekitar.

"Kalau bukan bos Bonten, udah kuajak duel tuh kakakmu. Ihh, nyebelin banget woyy si Sano itu. Arghhh Sano Manjirou, kau ngeselinn, rasanya inginku tonjok- "

"Oh gitu?" suara bariton yang tidak asing bagi seorang Akashi Senju yang sejak tadi mengoceh di depan makam Emma, kini dibuat bungkam-sebungkamnya. Ia terkesiap, terkejut dengan kedatangan seorang yang menjadi korban ocehannya. Pria itu tiba-tiba tepat berada di sampingnya.

"Eh..a-ada Tu-tuan Sano"

Setelah mendelik tajam ke arah Senju, pria bernama Sano Manjirou itu meletakkan buket tulip merah di samping mawar kuning yang Senju bawa, kemudian ia mulai berdoa di makam adiknya. Terlihat memejamkan mata dimana Senju dapat memperhatikan wajah pria itu dari dekat. Sesaat Senju memuji tampang teduh dari sosok pemimpin Bonten. Ia sedikit terpesona, hanya sedikit.

Tapi itu tak penting, ia berada dalam masalah lagi. Apa yang ia katakan tadi, mengadu yang tidak-tidak ke adiknya sendiri soal kakaknya? Ya Tuhan, Senju benar-benar kelewat batas. Ia tak menyangka jika Mikey akan datang kesini hari ini.

'Mampus' batin Senju.

Selesai berdoa, Mikey langsung berdiri dari tempat itu. Tanpa mengalihkan pandangannya untuk menoleh sedikit saja ke arah Senju. Seperti tidak ada orang lagi. Malang, gadis itu benar-benar diabaikan olehnya.

"Tu-Tu-Tuan?" panggil Senju sekali lagi walau terbata-bata.

Tidak peduli, ia tetap melanjutkan langkahnya. Mikey benar-benar meninggalkan Senju dalam rasa bersalah setelah mengumpatnya di makam adiknya sendiri.

Stand By You || MaisenjuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang