"Astaga, enak banget, Ma," seruku sambil menghabiskan kue sus dengan cream custard buatan Mama. Entah kapan terakhir kali Mama membuatkan kue ini untukku. Saking enaknya, aku sampai menjilati jari-jariku yang berlumuran custard.
"Sebenarnya Mama lebih cocok punya toko cake and bakery daripada bisnis kosmetik."
Mama mengekeh. "Kamu sendiri lebih cocok jadi anak kecil tukang makan daripada jadi perempuan dewasa yang selalu kelihatan sok tegar."
"Aku memang tegar, kok. Aku kan banyak belajar dari Mama," sahutku.
Kali ini Mama tersenyum dengan ekspresi sayang. Mama mengusap-usap kepalaku seperti yang dulu selalu Mama lakukan ketika aku kecil. Tidak peduli walaupun saat ini usiaku sudah memasuki kepala tiga, aku masih tetap anak kecil bagi Mama.
"Tumben kamu menginap di sini dan minta dibuatkan kue sama Mama?" kata Mama.
"Aku juga nggak tahu kenapa tiba-tiba pengin makan kue buatan Mama. Mungkin untuk memuaskan inner child aku aja karena aku udah lama nggak dimanja sama Mama."
Kali ini Mama memperhatikanku dengan serius. "Gimana hubungan kamu dengan Atharva?" tanyanya kemudian.
"Seperti mau Mama. Aku sudah meninggalkan Atharva." Sekeras apa pun aku berusaha untuk terlihat tegar, aku tetap tidak bisa menampik getaran dalam nada bicaraku.
"Are you ok with that?"
Aku mengangguk. "I'm hanging in there. Thanks for asking."
"Saat ini memang rasanya menyakitkan, tapi, semuanya akan sepadan dengan kebahagiaan yang akan kamu dapatkan nanti, Dier. Percaya sama Mama. Laki-laki tukang selingkuh itu nggak pantas kita pertahankan."
Suasana kembali sunyi karena kami sama-sama terdiam. Saat inilah aku sadar keadaan sekarang tidak lagi sama. Sesuatu yang besar sudah berubah, dan aku tidak tahu apakah itu baik atau buruk. Yang jelas, aku merasa hatiku kebas dan tidak lagi bisa merasakan apa pun.
Keesokan harinya, aku sedang di kantor saat Mama menelepon. "Kamu sudah makan siang, Dier?" tanya Mama dari seberang telepon.
"Ini udah mau break makan siang, Ma. Kenapa?"
"Makan siang sama Mama di FX, ya. Tinggal nyebrang aja dari kantor kamu, kan?"
"Memangnya Mama di FX sama siapa?"
"Mama lagi sama Tante Ami."
Aku langsung paham maksud Mama saat mendengar nama Tante Ami. Sudah pasti ada hubungannya dengan Reno. "Oke, Ma. Setengah jam lagi Diera ke sana."
Aku sedang merapikan barang-barangku ketika Rere memasuki ruanganku. "Mau makan siang, Mbak?"
"Iya, Re. Gue diajak nyokap makan siang bareng di FX. Ada apa, Re?"
"Ini, Mbak... ada titipan dari Mas Athar."
Aku menatap amplop cokelat yang diasongkan Rere untukku. "Titipan apa?"
"Gue juga nggak tau isinya apa. Alvin yang kasih titipan ini ke gue."
Aku menerima amplop itu dengan rasa penasaran bercokol dalam pikiranku. "Thanks ya, Re."
"Oh iya, Mbak. Mbak Diera tahu kalau Mas Athar mau balik lagi ke London?"
Gerakan tanganku yang semula akan membuka amplop itu spontan terhenti. Aku kembali menatap Rere. "Athar mau balik lagi ke London?" tanyaku tak percaya
"Alvin bilang Mas Athar mau balik lagi kerja di BBC, Mbak."
"Terus istrinya gimana?"
"Yang gue dengar operasinya berhasil, dan sekarang istrinya sudah dipindahkan ke ruang HCU. Menurut cerita dari Alvin, Mas Athar sudah menyerahkan semua proses perceraian dengan istrinya kepada pengacaranya."
![](https://img.wattpad.com/cover/350906609-288-k698382.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengapa Jatuh Cinta Harus Sesakit Ini?
Любовные романыTerima kasih telah mengajarkan aku bahwa semua yang kita miliki di dunia ini adalah fana. Dan fana itu hanya sementara.