9. Diriku Tanpa Kamu

396 31 3
                                    


7 Tahun Kemudian.

Hidup di Ibu Kota tanpa orang tua yang menemani membuat Nakula sangat merindukan keduanya. Bukan hanya dua. Namun, keempat orang yang sudah ia anggap sebagai orang tuanya.

Hidupnya berjalan seperti biasa, makan, tidur, belajar, dan sesekali bermain dengan Harsha. Nakula berkuliah mengambil jurusan bisnis. Dan selama berkuliah disini, Nakula sama sekali enggan untuk akrab dengan beberapa teman barunya. Ia hanya akan mengikuti Harsha, kemanapun pria itu pergi.

Kini mereka telah lulus dan sudah mendapat pekerjaan. Sangat cepat karena Nakula bekerja di perusahaan milik orang tua Harsha. Sahabat kecil nya itu merupakan anak seorang pengusaha tambang. Karena Nakula juga ingin segera mendapat pekerjaan, Harsha pun memberikan tawaran padanya untuk bekerja di perusahaannya. Lagi pun, perusahaan itu juga akan jatuh di tangan Harsha bukan?

Akan tetapi, kehidupannya tidak semudah dan seindah kelihatanya. Pria manis itu merasa tersiksa selama ini. Hidup tanpa separuh belahan jiwa nya yang hilang. Nakula tersiksa, pria itu akan sering menangis dimalam hari.

Tujuh tahun bukanlah hal yang mudah untuk ia jalani seperti biasanya. Seperti saat sebelum pujaan hati nya meninggalkan dirinya. Nakula menahan rasa rindu yang amat sangat mendalam pada Abimanyu nya.

Mimpi buruk sering datang padanya, menghantui tiap malamnya. Memori soal Abimanyu tidak bisa ia musnahkan begitu saja dan tidak akan pernah sanggup untuk ia lupakan. Walau Harsha beberapa kali mencoba mendekatkannya pada pria-pria tampan seperti Abimanyu. Tapi, mereka tidak setara dan tidak sepadan. Abimanyu hanya satu, Abimanyu nya tidak memiliki seorang pengganti, hanya Abimanyu Satria Anggara yang akan menetap di hatinya.

Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Nakula baru saja pulang setelah bertemu dengan Harsha. Sahabatnya itu memberikan surprise untuk dirinya, mengajaknya berkeliling kota dan mencoba makanan-makanan enak. Seharian penuh mereka meliburkan diri dari pekerjaan.

Pria Tan itu memberikannya hadiah, sebuah liontin yang harganya sangat mahal. Nakula tidak menolaknya, karena itu merupakan bentuk usaha dari sahabatnya itu di hari spesial ini. Jujur, benda itu mengingatkannya pada sosok lain diluar sana.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, di setiap malam ulang tahunnya ia akan berdiri di balkon untuk menatap bintang. Nakula merasa jika Abimanyu berada di antara bintang-bintang itu. Ia akan selalu mengajak benda langit itu mengobrol.

Seperti saat ini, ia duduk termenung di atas balkon. Memandang ribuan bintang yang bertebaran di lautan gelap itu. Angin malam menerpa wajahnya yang bersih, Nakula menatap langit malam itu dengan tatapan penuh arti.

Seolah bintang-bintang itu membentuk rasi seperti huruf A. ia terhenyak, kemudian kembali tenang. Itu hanyalah khayalan, pikiranya porak poranda hingga membuatnya teringat pada sosok Abimanyu.

"Ini hari ulang tahunku, apa kamu ngga mau ucapin buat aku?" tanya nya sembari menatap langit.

"Okey, Naku tau. . . " ia menghembuskan nafas pelan.

"Hari ini Harsha kasih kado buat aku, kalung yang sangat cantik!" ujarnya dengan gembira, memperlihatkan liontin dengan inisial N itu. 

"Cantik kan? tapi kamu tenang aja, kalung dari kamu tetap yang paling cantik kok!" ujar nya lagi dengan senyuman lebar.

"Kamu mau tau? Harsha bilang, dia gamau tanya ke aku mau kado apa. Kamu mau tau alasannya? dia bilang, dia takut kalo aku minta kamu di hari ulang tahunku ini" Nakula tertawa ringan.

"Dia lucu kan? dia emang lucu kok, dia selalu buat aku ketawa disaat kamu ga ada disini. . ." netranya berkaca-kaca. Rambut yang terbawa angin itu menutupi kesedihan di wajahnya.

ABIMANYU || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang