12. Harsha Marah

542 43 7
                                    


Semenjak kepulangan Abimanyu dan kepergian bapak, Nakula merasa bahwa ia harus segera kembali ke Jakarta. Melihat pria yang dicintai nya itu telah memiliki kehidupan lain yang lebih baik, ia merasa bahwa dirinya sudah tak di perlukan.

Nakula tak ingin sedih. Tapi, hati nya tak bisa berbohong jika ia begitu tersakiti dan kecewa. Ia pun enggan untuk menyapa Abimanyu terlebih dulu. Padahal sebelum Abimanyu datang, ia selalu berharap agar bisa bercerita banyak hal pada pria itu.

Pagi ini ia tidak ada rencana untuk keluar rumah sama sekali. Meskipun rindu dengan suasana disini, Nakula lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama kedua orang tua nya dirumah. Tapi itu semua pasti hanya akan menjadi wacana karena Harsha saat ini sudah mengetuk pintu kamar nya dengan keras.

"Nakula, lo udah bangun belom?!" telinga nya bagaikan tuli, Nakula bahkan tak menjawab sama sekali.

"Gue tau ya lo udah bangun, gue pengen ngajak lo ke pantai nih. Udah ditungguin sama Roni juga!"

"Nakula!" teriak Harsha yang tak kunjung berhenti.

Dengan segala rasa malas nya itu, Nakula berdecak sebal dan membuka selimut nya. Sebenarnya ia sudah memakai pakaian harian, tak lagi mengenakan baju tidur. Tapi karena rasa malas nya itu ia harus merebahkan diri lagi dibalik selimut.

"Iya sebentar to!" pria manis itu merapikan ranjang nya dan berjalan dengan malas menuju pintu.

'kriet

Pintu pun terbuka, disana sahabatnya itu sudah berdiri sembari melipat kedua tanganya didepan dada.

"Akhirnya lo mau keluar juga" Hela nafas Harsha begitu lega.

"Ya gimana gak keluar, orang kamu ketuk ketuk pintu keras banget!" decak Nakula yang merasa sebal.

"Udah deh, yuk turun. Roni udah didepan nungguin kita" Harsha menggandeng tangan sahabat nya itu yang malas-malasan.

Di depan sana Roni tengah berdiri sembari bersiul siul memandang sangkar burung milik pak Sudirman. Roni dengan kaos oblong dan celana pendek nya sudah bersiap menunggu kedua sahabatnya.

"Roni, kok kamu tumbenan banget ngajak ke pantai?" tanya Nakula yang sudah berdiri di belakang Roni.

Sang empu berbalik badan, melihat dua sejoli yang lama tak dilihat nya itu kini berhadap-hadapan dengannya. "Opo? wong tadi Harsha subuh-subuh dateng ke rumah ku kok" tukas nya.

"Kan, sudah tak tebak kalo ini ide nya Harsha. Aku ki males banget keluar rumah Sha. . . !" Nakula merengek dan ingin kembali kedalam, namun ditahan oleh Harsha.

"Gue tau ya lo galau karena si bangsat itu!" cetus Harsha tanpa sopan, sahabatnya itu bahkan memaki Abimanyu dihadapannya.

"Lambemu ya!"

"Ron, kalo lo tau kelakuan Abimanyu pasti juga marah si. Sahabat kita disakiti sama dia!" Roni sebenarnya tidak tahu menahu soal hubungan Nakula dan Abimanyu saat ini. Yang ia tahu ya keduanya yang menjalin hubungan jarak jauh.

"Gausah banyak pikir, mending kita ngobrol di pantai aja!" Harsha menggandeng kedua tangan sahabat nya itu untuk pergi.


***

Dilain Sisi, kehidupan Abimanyu setelah ditinggal pergi bapak tidaklah berarti apa-apa. Pria itu merasa bersalah, dan kecewa pada dirinya sendiri hingga terlambat untuk menyadari semuanya. Kenapa ia tak pernah pulang, dan kenapa ia tak pernah memberi kabar. Itu semua punya alasan tersendiri, karena setelah kehidupannya yang di ambang kehancuran waktu itu.

Tetapi ditinggal bapak pergi rasanya lebih hancur dan menyakitkan. Rasa rindu nya belumlah terobati, anak itu merindukan orang tuanya setiap saat. Bahkan ia tak sabar untuk segera pulang. Tapi ia sudah berjanji jika dirinya belum sukses ia takkan pulang. Dan setelah semua ini, terasa tak ada guna nya untuk Abimanyu jika orang yang ingin ia banggakan sudah tiada.

ABIMANYU || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang