17. Deeptalk

495 35 3
                                    


Malam minggu seperti ini lebih asik jika menghabiskan waktu bersama sahabat. Seperti saat ini, Nakula berbaring dengan selimut yang sudah menutup sebagian tubuhnya. Ia tengah menunggu Harsha yang tengah buang air kecil. Kedua sahabat itu baru saja menyelesaikan satu film yang begitu seru.

cklek'

Harsha keluar dari kamar mandi, dan melihat jika Nakula belum memejamkan mata. Sahabat nya itu menunggu nya. "Sebelum lo tidur, gue mau bahas sesuatu." ujar Harsha yang berjalan mendekat.

"Hoam. . . aku ngantuk Sha, besok aja kalau mau bahas kerjaan." pria itu sudah hampir menutup matanya.

"Ga ada yang mau bahas kerjaan, gue mau bahas soal Abimanyu."

Mata yang hampir tertutup itu kini terbuka lebar. Mengerutkan keningnya dalam. "Males banget aku bahas dia, mending tidur deh."

"Eits— enak aja, buruan bangun dulu!" Harsha menarik kaki Nakula hingga pria itu hampir saja terjatuh.

Nakula berdecak sebal dan ingin sekali memukul Harsha dengan bantal. Ia sudah sangat mengantuk dan sahabat nya itu memaksanya bangun hanya untuk membahas hal yang di anggapnya tidak penting.

Nakula pun terpaksa menurut dan duduk bersila sembari memeluk bantal. Pandanganya itu menatap Harsha dengan malas. "Buruan, mau tanya apa?" tanya Nakula dengan ketus.

Harsha pun kini memposisikan tubuhnya sama dengan Nakula. Pria berkulit tan itu terlihat lebih semangat dan fresh. Membuat Nakula heran, mengapa sahabatnya itu sibuk dengan urusannya dengan Abimanyu yang bahkan ia sendiri tak ingin lagi berurusan dengan pria itu.

"Perasaan lo sama Abimanyu. . . gimana?" tanya Harsha dengan sangat pelan. Ia menaikkan kedua alis nya untuk menggoda sahabat nya itu yang terlihat sangat jengah dengan tingkah nya.

"Kita tidur aja deh Sha, pertanyaan kamu ini ga ada jawabannya."

"Eh eh!" Harsha menahan tangan Nakula yang hampir saja merebahkan diri.

"Kalau lo gamau jawab, itu artinya lo masih suka sama dia bahkan lo masih cinta sama dia!"

"Iya! aku masih cinta sama dia, puas kan kamu? sekarang ayo kita tidur!" lagi dan lagi, Harsha menahannya untuk tak tidur.

"Apalagi. . . ?"

"Ck, kita ini lagi deeptalk Nakula. Tolong jawab gue dengan jujur!" Nakula mendongak ke atas sembari mendesah sebal, ia sangat mengantuk.

"Lo masih cinta kan sama dia?"

"Iya, aku masih sayang dan cinta sama dia Harsha." jawab Nakula, namun kali ini terlihat lebih tulus.

"Terus kenapa lo hukum dia kayak gini? kenapa gak lo maafin aja sih dia?"

"Dari awal dia minta maaf itu sudah aku maafkan Harsha. Tapi yang nama nya kecewa, butuh waktu untuk menghilangkan perasaan itu."

Nakula menunduk lesu. Sekarang ia terbawa suasana yang membuatnya berakhir mengeluarkan kesah nya pada Harsha. "Meskipun aku masih cinta sama dia. Tapi rasa kecewa ku ini masih belum mau menerima dia lagi Harsha."

"Kalau gitu coba lo hilangkan rasa kecewa lo itu Na. . . " pinta Harsha dengan baik. Ia menggenggam tangan Nakula dengan lembut.

"Sedang aku coba Harsha. Kamu pikir selama ini aku tahan dengan perasaan ini? enggak. Aku berusaha buat hilangkan semuanya, dan terus mengingat kenangan manis ku dengan mas Abim."

"Tapi setiap kali melihat wajah itu tersenyum. Selalu bayangan wanita itu yang ikut muncul. Se akan-akan, bukan aku penyebab bahagianya mas Abim, tapi wanita itu." Nakula menelan ludah nya. Tenggorokan nya terasa sakit menahan sesak. Mata nya pun juga sudah berkaca-kaca.

ABIMANYU || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang