35. Bahagia yang sesungguhnya.

601 31 6
                                    

Suasana sepi menyelimuti rumah sederhana kediaman Anggara. Sudah hampir satu tahun semenjak kepergian Bapak, rumah ini menjadi sangat sepi. Hanya ada Ibu yang beraktivitas dengan kegiatan sehari-hari nya.

Kini wanita tua itu tengah duduk di kursi kayu yang berada di ruang keluarga. Memangku nyiru yang berisi beras untuk ia tampi. Di sela kegiatannya itu, sayup-sayup ia dengar suara beberapa orang di luaran yang berisik entah membicarakan apa.

Bu Arum tidak menghiraukan itu, ia sudah terbiasa mendengar tetangga-tetangga yang sering sekali membacirakan seseorang. Namun, kegiatannya terhenti kala seorang pria menerobos masuk rumah nya secara tiba-tiba.

"Buk Arum!" ujar pria itu dengan nafas yang tergesa-gesa. Bu Arum bisa menebak jika pria itu habis berlarian.

"Enek opo to Roni?" bu Arum mendongakkan kepalanya dan bertanya pada Roni yang datang tergesa-gesa. Raut pucat di wajah pria itu seketika berubah dengan senyuman lebar. "Abimanyu sama Nakula pulang buk!" ujar nya penuh kegembiraan.

Bu Arum terkejut mendengarnya, ia tolehkan kepalanya untuk mengintip keluar Jendela. Apa yang dikatakan Roni benar adanya, karena di depan sana tetangga-tetangganya tengah berkerumun mengerubungi kedatangan Abimanyu dan Nakula.

Bu Arum pun lantas meletakkan nyiur yang ia pegang ke atas meja dan langsung bergegas keluar rumah.

"Abimanyu!" teriak wanita tua itu.

Abimanyu dan Nakula yang tengah berbincang pada orang-orang pun langsung menoleh, dan tersenyum senang kala melihat Ibu. Keduanya pun melanjutkan berjalan menghampiri Ibu yang berdiri di teras rumah.

"Cah bagus, kamu pulang kok gak kasih kabar ke ibuk to le. . . " bu Arum memeluk erat tubuh putranya.

"Kejutan buat ibuk." jawabnya.

Bu Arum lepaskan pelukannya dan memandang kedua orang itu silih berganti dengan senyuman haru.

"Nakula juga, biasanya telfon ibuk kok sekarang ga pernah telfon lagi." tukas ibuk pada Nakula.

Pria manis itu tersenyum simpul. "Ga dibolehin sama mas Abim buk, katanya buat kejutan." Nakula meringis. Bu Arum tidak bisa marah karena ia sekarang tengah bahagia dengan kedatangan mereka.

"Temui Ayah dan Ibu mu Nakula, mereka pasti senang sekali melihat kalian pulang."

"Iya buk, ini Nakula juga mau langsung pulang ke rumah. Katanya mas Abim mau ikut." Ucap Nakula.

"Yasudah, kamu temui mereka sekarang. Ibuk akan siapkan makanan buat kamu." ujar Ibu pada Abimanyu. Pria itu menganggukkan kepalanya. Ia memasukkan koper dan tas nya ke dalam rumah, lalu menyusul Nakula untuk pergi ke kediaman Sudirman.

Bu Arum memandang kepergian keduanya dengan perasaan sangat bahagia. Kemudian, ia masuk kedalam rumah untuk menyiapkan makan malam untuk putra tersayangnya.

***

Abimanyu dan Nakula berdiri di depan pintu besar rumah Sudirman. Pria manis itu mengetuk pintu dan berteriak memanggil Ayah nya.

Pak Sudirman yang tengah membaca koran di sofa mewah nya itu pun teralihkan atensi nya kala terdengar suara pintu terketuk. Ia terdiam sejenak setelah mendengar suara yang sangat ia kenali. Pak Sudirman pun beranjak untuk membukakan pintu nya.

Betapa terkejutnya setelah ia membuka pintu dan mendapati putra nya berdiri disana bersama seorang pria yang ia kenali sebagai putra mendiang sahabatnya.

"Nakula!"

"Ayah! Nakula pulang!" pria manis itu langsung menubruk tubuh sang Ayah, memeluknya seerat mungkin.

ABIMANYU || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang