26. Kegelisahan

441 29 4
                                    

"Bagaimana keadaanya?"

Seorang Dokter yang baru saja selesai memeriksa, tersenyum tipis pada Ningning. "Dia hanya demam biasa Nyonya, anda tidak perlu khawatir. Saya sudah memberikan Paracetamol yang akan menurunkan demam nya." ujar sang Dokter.

Ningning yang semula menggigit bibir nya itu akhirnya bisa bernafas lega. Ia begitu terkejut ketika melihat tubuh putri nya itu terbaring di lantai di dekat ranjang. Anak itu pingsan entah sejak kapan, hingga membuat Ningning begitu panik setelah merasakan suhu panas pada tubuh anak itu yang tidak biasa.

"Terima kasih Dokter." lepas itu sang Dokter pun pergi dengan di antar oleh Xiaojun.

Tak lama setelah kepergian sang Dokter, suara lirih sang putri mengejutkannya. Ningning buru-buru duduk di dekat sang putri, menggenggam tangan kecil itu dengan erat.

"Mama. . . " suara serak itu terdengar.

"Mama disini sayang."

"Dimana Papa?" tanya Jiao yang bahkan kedua mata nya masih tertutup rapat.

"Jiao merindukan Papa. . . " apa yang di ucapkan sang anak membuat Ningning merasa sedih.

Sedih karena tidak bisa memberikan apa yang putri nya inginkan. Entah ia egois atau hanya ingin semua baik-baik saja, Ningning tidak mengerti itu sekarang. Yang ia pikirkan hanya bagaimana semua bisa berjalan dengan baik. Disaat seperti ini seharus nya hal ini tidaklah terjadi. Namun, ini juga bukan kesalahan putri nya yang begitu merindukan Abimanyu.

"Papa akan pulang sayang." bisik wanita itu pada telinga Jiao. Anak itu akhir nya bisa merasa tenang setelah mendengar kalimat tersebut.

Memang hanya itu yang Jiao inginkan. Menginginkan agar sang Papa berada di sisi nya, menemani nya, dan memanjakan nya. "Terima kasih Mama. . . " balas anak itu sebelum kemudian mendengkur halus.

Ningning melihat betapa tenangnya wajah sang putri merasa begitu lega. Ia beri kecupan dalam pada kening sang putri, mengusap rambut halus itu dengan penuh kasih sayang. Tapi, dengan pikirannya yang terus melanglang jauh memikirkan sesuatu.

Ketika mengetahui jika anak nya begitu merindukan sosok Abimanyu. Disitulah Ningning merasa bingung dan pusing, karena ia tidak tahu harus berbuat apa. Ia ragu ketika memikirkan untuk menghubungi pria itu. Tapi, setelah melihat kesedihan di wajah sang putri membuat Ningning menghempas keraguannya dan memilih untuk menghubungi Abimanyu.

Wanita itu menekan tombol panggilan yang akan menghubungkannya dengan Abimanyu. Ia dengan perasaan resah menunggu jawaban dari sang empu. Akan tetapi, panggilan itu tidak dapat terhubung atau lebih tepat nya tak terangkat. Ningning sudah gelisah dan berapa kali menggigiti kuku jarinya.

"Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi."

Panggilan yang kesekian itu juga tak mendapat jawaban. Ningning semakin panik dan resah. Ia bingung harus melakukan apa agar bisa menghubungi pria itu.

"Mama. . . " panggilan sang putri membuat Ningning lantas berbalik dengan cepat.

Ia hampiri putri nya itu dan kembali duduk di sebelah sang putri. Wajah pucat itu membuat hati Ningning merasa sakit, ia tak tega melihat putri nya itu.

"Ada apa sayang?" tanya nya dengan lembut.

"Maafkan Jiao karena sudah membuat Mama kerepotan. Ji. . . Jiao hanya ingin bertemu dengan Papa, Mama." ujar Jiao dengan suara lemah nya.

"Mama mengerti sayang. Kita akan pergi menemui Papa, ya?"

"Benarkah?" Ningning dengan cepat mengangguk, meski perasaannya dilanda kebingungan. Yang terpenting sekarang adalah bagaimana membuat keadaan Jiao kembali membaik.

ABIMANYU || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang