1. Pamit

1.4K 72 4
                                        

Kini pria dengan garis wajah tegas itu tengah duduk di gazebo didekat pantai. Netranya menatap haru ombak yang bergelung. Suara deru ombak pun bagai melody favoritnya. Ia tak akan pernah melupakan tanah kelahirannya, tanah yang menjadi saksi kakinya berpijak hingga saat ini.

Sibuk merenung dengan pikiranya, suara seseorang yang begitu ia kenal membuyarkan lamunannya.

"Mas Abim?" Nakula mendekat, duduk disebelah Abimanyu.

"Hai" Abimanyu melontarkan senyum.

"Mas Abim kenapa malam² ngajak Naku ketemu?" Nakula memandang mata coklat milik pria nya yang terlihat sayu.

"Mas Abim lagi pengen ya? kan kemarin udah" ucapanya membuat Abimanyu tergelak kaget.

"Emang mas pengen apa?" tanya Abim.

"Pengen itu kan. . .?" pipi gembil itu memerah kala mengucapnya.

Kemudian pria gagah itu terkekeh ringan sembari membawa tanganya untuk mencubit hidung bangir Nakula.

"Kamu ini pikiranya itu terus"

"Hng. . .?"

Abimanyu memeluk pelan tubuh ramping pria manis didekatnya itu, menumpu dagunya di pundak si manis. Hanya keheningan, Abim hanya diam tak bersuara membuat Nakula kebingungan.

"Mas Abim kenapa?" tanya nya.

"Naku, mas lelah. Hidup seperti ini mas lelah Naku, biarkan mas seperti ini dulu ya?" Abimanyu mengeratkan pelukanya.

Nakula dengan senang hati memeluk erat tubuh Abimanyu yang terasa hangat di dinginya malam.

"Mas Abim mau cerita sama Naku?"

"Naku ada disini buat mas, Naku bakal dengerin semua curhatan mas Abim" Nakula dengan sabar mengusap rambut belakang Abim dengan lembut. Sejenak Abim menghela nafas pelan.

"Bapak sakitnya tambah parah, keuangan keluarga juga sudah menipis Naku. Penjualan ikan mas Abim turun drastis akhir² ini, uang kita ga cukup buat beli obat dan juga makan sehari hari" keluhnya pada sang kekasih.

Nakula mendengarkan dengan seksama curahan hati pujaanya.

"Kita gak bisa hidup hanya dengan bergantung sama pekerjaan mas yang jelas² penghasilannya sedikit"

"Terus mas maunya gimana?" tanya Nakula.

"Mas mau merantau ke china" ucapanya membuat pergerakan tangan Nakula pada rambutnya terhenti sejenak.

"Mas?" Abimanyu melepaskan pelukanya pada Nakula, memandang wajah manis itu dengan raut sedih.

"Maafkan mas karena mau meninggalkan kamu"

"Mas Abim emang butuh uang banget ya? ayah aku bisa minjemin buat mas Abim kok" Nakula memberikan tawaran pada Abimanyu agar tidak pergi merantau untuk meninggalkannya.

"Naku sayang, mas ini orang yang mau nikahin kamu nantinya. Sebagai seorang laki-laki, mas malu untuk meminjam uang pada ayahmu, bagaimana ayahmu akan memandang mas nantinya. Bagaimana jika beliau tidak merestui kita jika tau calonnya hanya orang miskin yang berani meminjam uang pada calon mertuanya?"

"Mas ini punya tanggung jawab yang besar Naku, mas harus rela meninggalkan orang-orang yang mas sayang termasuk kamu untuk mencari nafkah. Mas tidak mau bergantung pada siapa pun" Nakula rasanya ingin menangis, ia tidak bermaksud merendahkan Abim dengan tawarannya barusan.

Nakula ini anak seorang juragan tanah, orang tua nya punya tanah dimana mana. Keluarganya sangat disegani di kampung ini, Abimanyu sebagai seorang dari keluarga rendah jelas merasa malu dan minder dengan Nakula. Ia ingin berhasil, ia ingin menjadi orang sukses dan membuktikan pada semua orang bahwa ia berhasil keluar dari kemiskinan.

"Mas... Naku gak mau ditinggalin mas Abim" Nakula menunduk sembari terisak.

Abim juga sudah berkaca kaca, ia tak tega harus meninggalkan cintanya. tapi Abim sudah membulatkan tekad, Ia sudah berjanji pada sang ibu dan ayah akan pulang jika sudah menjadi orang berhasil.

Dengan cepat, tanganya menarik kembali pinggang ramping si manis dan membawanya dalam dekapan hangat. Nakula membalas pelukan Abim tak kalah erat.

"Maafkan mas Naku, sekali lagi mas minta maaf. Mas janji akan pulang, mas janji akan bertemu kamu lagi setelah mas berhasil, setelah mas sukses nantinya" Abimanyu memberikan kecupan pada kening Nakula.

"Yasudah jika itu sudah menjadi keputusan mas, Naku cuman bisa berdoa buat kebaikan mas Abim. Mas harus tepati janjinya untuk pulang ya?" dengan berat hati akhirnya Nakula memberikan ijin pada Abim

"Mas janji" kemudian memberikan sekali lagi kecupan dan pelukan hangat.

___o0o___

Enam bulan sudah Abimanyu lalui untuk ikut les bahasa, kini sudah waktunya ia untuk berangkat ke china. Naku berdiri sejajar disamping ibu sang kekasih. Abimanyu dengan satu koper dihadapanya memandang dua orang yang begitu amat sangat ia sayangi.

Ibu sedari tadi sudah menangis, pun juga Naku yang hanya bisa menahan dengan mata yang berkaca kaca.


"Buk, Abim pamit ya? Ibuk jaga kesehatan disini, jaga bapak juga ya buk" ucapnya.

Kemudian mata itu kembali menatap sosok lelaki dambaan hatinya.

"Nakula, mas Abim pamit ya? kamu belajar yang bener, jangan suka kabur²an dari rumah ya. Sebentar lagi kan sudah mulai masuk kuliahnya, jangan malas²an, jaga kesehatan terus"

"Mas titip ibuk sama bapak ya?"

Nakula mengangguk pelan, air matanya sudah turun begitu saja. Abimanyu dengan cepat membawa tubuh pria manis itu dalam dekapan untuk terakhir kalinya juga memberikan kecupan pada bibir ranum itu sekilas.

Abimanyu pun juga tak lupa mencium tangan sang ibu dan juga memeluknya. Ia benar-benar akan sangat merindukan semua orang disini, Abimanyu rasanya tidak ingin pergi namun juga tidak ingin berada di situasi seperti ini lebih lama.

Dengan hati yang sangat berat, ia pergi meninggalkan dua orang yang kini menatap punggungnya yang mulai menjauh. Abimanyu menaiki pesawatnya kala pengumuman terdengar jika pesawatnya sudah akan take off.

Terbang—  Abimanyu kini resmi meninggalkan tanah kelahirannya untuk saat ini. Doa kan ia bisa kembali untuk membuktikan pada semua orang bahwa ia sudah berhasil.

.
.
.
.
.
.
TBC

don't forget to vote+coment
enjoyy!

ABIMANYU || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang