Panas terik menerpa kulit bocah cilik yang kini tengah berjalan kaki sembari menggendong tas ransel nya. Gadis cilik itu berjalan menuju keluar gerbang dan menunggu mobil yang akan menjemputnya. Ia terus berdiri di pinggir jalan, meskipun dalam hati nya kesal karena ia terlambat untuk di jemput.
"Jiao, apa Papa mu akan menjemput?" seorang anak kecil lain berdiri di sampingnya sembari bertanya.
"Paman Xiao yang akan menjemputku." jawab nya tanpa menoleh sedikit pun. Raut wajah nya pun juga sudah masam.
"Kenapa? dimana Papa kesayangan mu itu?" ujar anak itu dengan raut yang sedikit mengejek.
"Papa ku sibuk bekerja, bukan seperti Ayah mu." sontak anak itu melotot pada Jiao.
"Kau— "
Tin!
Suara klakson mobil mengejutkan keduanya yang hendak berdebat lebih lanjut. Itu adalah Xiaojun yang sudah turun dari mobil guna menjemput Jiao. "Nona!"
"Paman Xiao kenapa lama sekali? hari ini cuaca nya panas tau!" decak anak itu sembari menghentakkan kaki nya sebal. Ia pun bergegas masuk kedalam mobil setelah melempar tatapan sinis pada temannya itu.
Xiaojun yang merasa bersalah pun hanya bisa terdiam dengan gugup. Melihat betapa kesal nya wajah Jiao, ia tak berani untuk mengajak anak itu mengobrol.
Sesampai nya dirumah, Jiao langsung saja naik ke kamar nya guna meletakkan ransel dan kemudian kembali turun menuju lantai bawah. Ia berlari untuk menemui sang Ibu yang saat ini tengah berada di ruang kerja.
"Mama!"
Yang di panggil mengalihkan pandangan nya dari berkas pekerjaannya dan melihat putri nya itu yang sudah berdiri di depan meja kerja nya dengan bersedekap dada.
"Ada apa Jiao? kenapa kau berteriak seperti itu?" tanya Ningning.
Anak itu terdiam sejenak, kemudian menurunkan kedua tangannya. Bahu nya merosot setelah menghembuskan nafas. "Mama, kapan Papa akan pulang?" sontak saja, raut anak itu berubah murung.
"Kenapa tiba-tiba menanyakan itu? Papa mu tengah bekerja saat ini." jawab Ningning tanpa mengalihkan perhatiannya dari pekerjaan.
"Jiao merindukan Papa, sudah lama Jiao tidak di antar dan di jemput oleh Papa. Jiao merindukan bermain dengan Papa dan Jiao merindukan segala nya dengan Papa." ujar Jiao tanpa jeda sedikitpun. Bagaimana wajah sedih nya itu menggambarkan seberapa rindu nya ia dengan sang Ayah. Ningning tahu itu semua.
"Bersabar lah sayang, Papa masih sibuk bekerja."
"Apa Papa lebih mencintai pekerjaannya dari pada Jiao, putri nya sendiri?" Ningning tidak menjawab dan memilih diam.
"Mama, tolong katakan pada Papa untuk segera pulang. Atau kalau tidak, biarkan Jiao yang pergi untuk menemui Papa." mohon anak itu.
"Jiao. . . tolong mengertilah."
"Jiao sudah lelah untuk terus mengerti Mama, seorang Ayah bukankah seharus nya bisa meluangkan waktu untuk anak nya?"
"Ataukah Mama juga sama dengan Papa yang lebih mementingkan pekerjaan dari pada menghabiskan waktunya untuk Jiao?!" suara anak itu meninggi. Anak itu terlalu pintar untuk mengerti keadaan sekarang.
"Kalau Mama tidak bisa, maka Jiao akan meminta paman Xiaojun untuk mengantarkan Jiao menemui Papa!" Jiao keluar dari ruang kerja Ningning dengan perasaan kesal.
"Jiao!" panggilan Ningning pun tak ia gubris. Wanita itu memijat keningnya yang tiba-tiba merasa pusing. Melihat perilaku Jiao yang semakin besar membuat kesabarannya kadang menurun.
Sesaat kemudian, Xiaojun memasuki ruangan. Melihat gadis cilik yang baru saja bersama nya itu keluar dari ruangan dengan keadaan marah.
"Ada apa dengan Nona Jiao, Nyonya?" tanya Xiaojun.
"Anak itu selalu saja keras kepala. Dia ingin menemui Papa nya, Xiao. Kau tau jika Abimanyu saat ini tengah mengejar cinta nya, bagaimana aku bisa mengganggu nya." ujar Ningning dengan perasaan gulana.
"Tidak masalah jika anda hanya membiarkan Jiao berbicara lewat telfon Nyonya."
"Tidak Xiao, anak itu pasti akan berbicara panjang lebar dan meminta Abimanyu untuk pulang. Kau juga tau jika Abimanyu sangat menyayangi Jiao, dia pasti akan memikirkan hal itu. Aku tidak ingin membuat nya khawatir." melihat betapa resah nya Ningning membuat Xiaojun ikut gelisah.
"Xiaojun, tolong kau jangan turuti permintaan Jiao untuk menyusul Abimanyu. Jangan biarkan dia pergi kemana pun se suka hatinya." perintah Ningning pada bawahannya itu.
Xiaojun pun mengangguk paham. "Baik nyonya, saya tidak akan membantu Nona Jiao." tukas nya.
Malam pun tiba. Akan tetapi, gadis cilik dengan rambut yang tergerai itu tidak membiarkan mata nya menutup. Ia resah karena perasaan rindu nya pada sang Papa yang sudah terlalu besar.
"Papa. . . kapan Papa pulang?" gumam anak itu.
Jiao sangat ingin pergi untuk menemui sang Ayah. Tapi, ia masih sangat kecil untuk mengambil keputusan sendiri, dan ia pun juga takut jika membuat sang Ibu marah. Jiao pun akhirnya memilih untuk menutup mata, berharap jika esok hari Ayah nya bisa berada disisi nya.
***Keesokan hari nya, Ningning sama sekali tidak melihat putri nya itu berkeliaran di rumah. Biasanya jika pagi begini, anak itu akan segera turun dengan seragam yang sudah rapi dan semangat untuk berangkat ke sekolah. Namun, hal itu tidak terlihat pagi ini.
Ia pun khawatir dan berpikir untuk menengok putri nya itu di kamar. Wanita itu meletakkan piring yang berisi roti panggang dan segelas susu di atas meja makan, kemudian berlalu menuju lantai atas.
Ia ketuk pintu bercat putih dengan gantungan Panda yang tertera di papan pintu. Memanggil nama sang putri yang ternyata tak mendapat balasan. Ia ketuk sekali lagi dengan suara yang kebih keras, dan hasil nya pun sama. Sunyi sepi tanpa jawaban satu pun.
Dengan hati gundah, ia putar gagang pintu itu dengan perlahan. Ia intip sejenak kedalam untuk melihat putri nya. Netra nya berkeliaran melalui celah sempit di antar daun pintu dan gawang, mencari sosok sang putri yang tak terlihat.
Dengan penasaran ia pun membuka pintu sedikit lebih lebar. Alis nya mengernyit tajam kala radar nya tak menemukan sosok kecil putri nya. Hal itu semakin membuat Ningning was was. Ia melangkah masuk kedalam kamar bernuansa pink dengan boneka-boneka dan mainan yang tertata rapi di rak-rak kamar.
Saat ia meneliti sudut-sudut ruangan itu, kedua mata nya menangkap sesuatu yang membuat perasaannya berdebar tak karuan. Kedua bola mata yang hampir keluar dan tangan yang bergetar hebat.
"Jiao!"
.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
ABIMANYU || Nomin
FanfictionAbimanyu merupakan seorang anak dari kalangan bawah. Ia memutuskan untuk bekerja ke China dan meninggalkan kekasih juga keluarganya. Namun siapa sangka, di negri orang Abimanyu malah mengalami kejadiaan naas hingga membuat hidup nya berubah seketika...