11. Duka Pun Menyambut

537 42 5
                                    


Semenjak datang ke rumah sakit ia tak pulang sama sekali. Pria manis itu senantiasa menunggu pak Anggara di rumah sakit. Pak Sudirman dan Bu Lastri bertemu dengan putra semata wayangnya itu ketika mengunjungi pak Anggara. Sungguh Bu Lastri terkejut melihat putra nya itu berada disini, ia menangis haru karena rasa rindu nya terobati setelah melihat putranya. 

Saat ini Nakula dan bu Arum tengah duduk di ruang tunggu. Dokter tengah memeriksa keadaan bapak. Ia meremat tanganya yang dingin. Dalam hati ia merapal kan doa agar kondisi bapak baik-baik saja.

Tak lama, dokter pun keluar dari ruangan. Ia memanggil nama Nakula untuk masuk kedalam karena pak Anggara ingin bertemu. Dan sekarang pria itu sudah duduk di sisi ranjang bapak.

"Bapak sudah tidak punya harapan untuk hidup lagi Nakula. Bapak sudah tua, dan semakin hari penyakit bapak semakin parah" ujar pak Anggara dengan suara pelan. Nakula mendengar dengan seksama.

"Jika nanti bapak sudah tiada, dan Abimanyu pulang. . . katakan padanya jika bapak sangat rindu dengannya" Nakula termenung, dia menunduk dalam. Pak Anggara mengambil tanganya untuk di genggam.

"Nak, bapak tau kamu masih mencintai Abimanyu kan?" tanya bapak pada Nakula. Pria itu tak menjawab, ia sendiri tidak tahu apakah masih mengharapkan sosok itu kembali atau tidak.

"Maafkan dia ya, maafkan Abimanyu. Jika nanti dia pulang, jewer saja telinga nya itu" Nakula terkekeh kecil mendengarnya. Air matanya sudah turun.

"Sampaikan pesan bapak untuk Abimanyu ya" bapak mengusap pelan surai halus itu. Nakula memeluk tubuh ringkih bapak.

Ia tahu, pria manis itu tahu jika pria tua dihadapanya sudah tidak memiliki banyak waktu di dunia ini. Dalam hati ia berjanji, berjanji akan menghukum Abimanyu jika pria itu pulang.

***


Abimanyu menangis dalam diam. Setelah tujuh tahun akhirnya ia bisa menghirup udara segar di negri nya sendiri. Pria itu bersama dengan Ningning dan putri nya baru saja turun dari pesawat. Malam ini Abimanyu kembali menginjakkan kaki nya di tanah kelahiran.

"Ayo" ajak nya. Ia menggenggam tangan Ningning dan juga Jiao.

"Papa kita mau kemana?" tanya bocah itu yang tak tahu sekarang tengah berada dimana.

"Ini adalah negri papa, tempat papa dilahirkan, di Indonesia" jawab Abimanyu.

"Indonesia?" Abimanyu mengangguk.

"Jiao pernah mendengarnya?" tanya nya dan anak itu hanya menggelengkan kepala.

"Kamu baru saja mendengarnya" ucap Abimanyu tersenyum ringan.

Ningning hanya terdiam mendengar interaksi Abimanyu dan putri nya. Ia menggigil sebab angin disini berhembus sangat kencang. Seolah tau apa yang tengah dirasakannya, Abimanyu menggenggam erat tangan wanita itu. Ningning tidak berbohong jika ia merasa senang melihat sikap manis Abimanyu. Tapi ia langsung tersadar jika ia kini tidak boleh menaruh harapan lebih pada pria itu.

Ia harus ingat bahwa Abimanyu memang memiliki sikap seperti ini. Mungkin tidak hanya padanya, sikap nya itu bisa saja dilakukan pada orang lain. Ningning memaklumi itu, ia tidak merasa kecewa sama sekali. Wanita itu memang sudah sadar bagaimana ia harus bersikap.

Pria itu memesan taksi untuk mengantar mereka pulang ke kampung halaman. Di sepanjang perjalanan, Abimanyu tak henti-henti nya bersikap gusar. Perasaannya entah mengapa sangat tidak enak. Hati nya tidak tenang. Rasanya ia ingin segera tiba dan bertemu dengan kedua orang tua nya, apalagi bapak. Abimanyu sangat merindukan sosok ayah nya itu.

ABIMANYU || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang